Asah Empati di Tengah Pandemi




Oleh: Yuli Ummu Fatih

Pandemi Covid-19 masih terus menyelimuti dunia. Menurut laporan John Hopkins University pada 13 April, ada sekitar 1,8 juta lebih penduduk dunia terpapar virus Corona, dengan sekitar 114 ribu korban meninggal. Di Tanah Air, hingga 14 April jumlah korban terinfeksi mencapai 4.839 Positif, 426 sembuh dan 459 meninggal (Tirto.id,  14/4).

Wabah yang sudah menyebar ke 93 negara juga mengancam sektor ekonomi. Banyak keluarga kehilangan pendapatan. Aktivitas perekonomian terancam lumpuh. Sejumlah perusahaan menghentikan usahanya. Ada yang sementara waktu. Bahkan ada yang bangkrut. Pandemi Covid-19 memang membuat perekonomian warga terpukul jatuh.

*Sabarlah*

Kondisi yang tengah dihadapi umat hari ini persis sebagaimana yang diingatkan Allah SWT.:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Sungguh akan Kami uji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan serta kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Karena itu gembirakanlah orang-orang yang sabar (TQS al-Baqarah [2]: 155).

Meski demikian, Allah SWT tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya didera ujian musibah tanpa tuntunan. Allah SWT mengajari hamba-Nya untuk senantiasa bersabar saat dihantam musibah. Orang-orang sabar akan mendapatkan petunjuk dan rahmat Allah SWT (QS al-Baqarah [2]: 157). Kesabaran adalah sebagian tanda ketakwaan hamba kepada Tuhannya (QS al-Baqarah [2]: 177).

*Asah Empati*

Musibah yang menimpa sebagian saudara seiman sepantasnya memunculkan rasa kasih sayang dan jiwa tolong-menolong pada sebagian Muslim yang lain. 

Wujud kecintaan pada sesama Muslim adalah dengan memberikan perhatian, bantuan dan doa. Memberikan bantuan dan perhatian pada sesama Muslim memiliki kemuliaan amat besar di hadapan Allah SWT. Nabi saw mengingatkan:

مَا آمَنَ بِي مَنْ بَاتَ شَبْعَانًا وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ بِهِ

Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan sampai ke lambungnya. Padahal ia (orang yang kenyang itu) tahu (HR ath-Thabarani).

Umat Muhammad saw. bukanlah umat yang egois, yang mementingkan diri sendiri tanpa peduli pada sesama. Hati seorang Muslim seharusnya tergerak untuk menolong saudaranya yang kesusahan.

Namun demikian, pihak yang paling bertanggung jawab atas kehidupan rakyat tentu adalah para pemimpin. Mereka harus bekerja keras bukan saja menanggulangi bencana wabah penyakit, tetapi juga menjamin kebutuhan hidup masyarakat. Negara harus mengutamakan keselamatan jiwa rakyat ketimbang berbagai program pembangunan, apalagi  investasi asing. Inilah yang diingatkan Nabi saw.: 

فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Pemimpin masyarakat adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR Muslim).

Semoga Allah SWT segera mengangkat wabah ini dari negeri-negeri kaum Muslim, menyelamatkan umat Muhammad saw., menghilangkan para pemimpin zalim serta bersegera mengganti 
 dengan para khalifah yang adil dan sungguh-sungguh berkhidmat mengurus umat dengan menerapkan syariah-Nya yang agung.

Wallahu'alam bish shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak