Penulis: Fitri Andriani, S.S.
Dunia Barat senantiasa mengagung-agungkan kebebasan dalam berbagai macam hal, salah satu diantaranya adalah tentang wanita. Mereka membuat ide persamaan gender sebagai tipu daya bagi para wanita, sebagai dalih pemikiran akan kebebasan. Tak hanya sampai disana, mereka pun tak segan-segan untuk mengambil manfaat daripadanya.
Berbagai upaya dilakukan guna mengusung ide ini, salah satunya dengan menjadikannya sebagai tema sentral pada Konferensi Dunia ke-4 PBB, pada September 1995. Konferensi yang diadakan di Beijing Tiongkok tersebut membicarakan tentang konsep kesetaraan gender yang dituangkan dalam BPfA (Beijing Platform for Action). Konsep tersebut kemudian diadopsi oleh 186 negara yang diantaranya merupakan negeri-negeri muslim. (MuslimahNewsID, Maret 2020)
Kondisi kaum wanita yang terpuruk saat ini mereka anggap sebagai akibat dari adanya ketimpangan sosial, distorsi ajaran agama dan budaya, serta yang paling utama adalah hilangnya konsep kesetaraan gender di tengah masyarakat. Alhasil, solusi terbaik yang harus ditempuh menurut mereka adalah dengan penegasan eksistensi kesetaraan gender agar hak-hak wanita saat ini dapat sejajar dengan laki-laki.
Bisa bekerja di luar rumah dan tidak hanya berkutat di area domestik seakan menjadi cita-cita tertinggi seorang wanita. Sebab pekerjaan wanita di rumah tangga telah dianggap sebagai sesuatu yang rendah semisal hamil, mengurusi anak, memasak, dandan cantik di rumah untuk suami, atau memasak enak demi memuaskan suami.
Mereka berpendapat, bahwa wanita layak untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Wanita harus sama derajatnya dengan laki-laki, berhak mengenyam pendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan yang layak. Jadi setelah sekolah tinggi, wanita juga harus sederajat dalam lapangan pekerjaan. Harus setara dalam kedudukan di pemerintahan.
Faktanya, ketidaksejahteraan, kemiskinan dan keterpurukan di dunia ini tidak hanya menimpa kaum wanita. Anak-anak dan kaum lelaki juga mengalami kondisi yang sama, dan dengan akar masalahnya sama. Yakni sebab diterapkannya sistem kapitalis sekuler yang begitu memuliakan materi dan menihilkan agama atau spiritual (dalam hal ini Islam) dari berbagai sendi kehidupan.
Sistem kapitalis sekuler ini lah yang menyebabkan segala macam kesengsaraan terjadi, yang tidak hanya menimpa pada kaum wanita saja. Ideologi ini jelas-jelas sangat merusak. Karena idiologi kapitalis (sekuleris) adalah murni hasil pemikiran manusia. Manusia yang serba kurang dan terbatas. Ide yang ketika diterapkan hanya akan menguntungkan beberapa individu saja namun mendzolimi yang lain. Jelas aturan kapitalis ini tidak sesuai dengan fitrah manusia.
Laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda, namun bisa saling melengkapi. Berbeda fungsi, tapi satu sama lain saling membutuhkan. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di hadapan Sang-Pencipta dilihat dari fungsi diciptakannya jenis laki-laki dan perempuan tersebut kecuali ketakwaannya.
Manusia membutuhkan aturan yang sesuai dengan akal dan fitrah manusia sendiri. Dan kebutuhan itu hanya bisa dipenuhi dengan mengikuti aturan yang dibuat oleh Sang-Pencipta, yaitu Allah SWT. Ketika hukum Allah diterapkan, maka sungguh keselamatan dan kemuliaanlah yang akan terwujud. Segala macam kesengsaraan dan keterpurukan yang selama ini meliputi kaum wanita, anak-anak dan kaum lelaki akan sirna. Sungguh hanya aturan Islam lah yang bisa menyelesaikan masalah tanpa menambah masalah.
Wallahu A'lam Bis Shawwab
Tags
Opini