Oleh : Dara Millati Hanifah, S.Pd (Pemerhati Pendidikan)
.
Permasalahan yang terjadi pada perempuan takkan pernah usai. Ada saja masalah yang silih berganti datang, dan salah satu yang banyak dijadikan tumbal adalah isu keseteraan gender. Saat ini, isu tersebut digalakkan lagi sehubungan dengan peringatan beijing +25.
.
Masalah kesetaraan gender yang paling santer diangkat di Indonesia adalah masalah pendidikan. Sesuatu yang amat penting bahkan begitu diutamakan di berbagai belahan dunia. Kenapa masalah pendidikan? Pasalnya dunia pendidikan di Indonesia masih dianggap belum merata untuk seluruh warga, terutama bagi kaum perempuan. Adat istiadat dan masalah finansial menjadi dua faktor utama yang menyebabkan kaum perempuan tidak mendapatkan hal yang sama dalam pendidikan sebagaimana kaum laki-laki.
Hal di atas sejalan dengan pendapat psikolog pendidikan, Reky Martha yang menyebutkan bahwa pendidikan menjadi peluang bagi perempuan untuk meningkatkan derajat juga mensejahterahkan hidupnya. Bahkan bisa memberikan ilmu kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Namun sayangnya, masih banyak perempuan Indonesia di beberapa daerah terutama pelosok yang harus mengalah lantaran berbagai macam faktor diantaranya karena kurangnya fasilitas sekolah, tuntunan ekonomi bahkan ada yang langsung dinikahkan oleh orang tua. Memang, tugas utama perempuan adalah mengurus anak dan suami. Tetapi, pendidikan itu harus diutamakan dan bukan suatu penghalang untuk perempuan. (Detik.com 10/03/2017)
.
Tidak ada istilah kesetaraan gender dalam islam. Semua sama dihadapan sang pencipta, yang membedakan hanya tingkat ketakwaannya. Begitupun dalam pendidikan. Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :
"Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan" (HR Ibnu Adil Barr).
Dari dalil hadis diatas jelas bahwa tidak ada larangan dalam menuntut ilmu, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Semua harus mendapatkan hak yang sama terutama dibidang pendidikan. Perempuan adalah komponen yang penting dalam keluarga juga masyarakat, dimana ia akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak. Jika dia tidak memiliki ilmu yang cukup, bagaimana ia akan mengajarkan anak-anak nya? Begitupun di dalam masyarakat.
.
Ketika Islam berjaya, banyak sekali tokoh perempuan yang bermunculan dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah Fatimah Al Fihri, ia membangun universitas Qarawiyyin di Maroko. Universitas tertua di dunia yang sampai saat ini masih digunakan untuk proses pembelajaran. Tentu ini menjadi bukti telak bahwa Islam tidak pernah melarang muslimah untuk belajar dan beraktifitas lebih di luar rumahnya. Masya Allah, sungguh islam sangatlah sempurna. Islam sangat memuliakan orang-orang yang menuntut ilmu dan mengangkat derajatnya.
Sungguh kisah yang menakjubkan sebagaimana di atas tidak akan bisa terwujud jika Negara tidak mau ikut andil dalam proses mencerdaskan umatnya. Tak peduli gender ataupun status sosialnya, dalam Islam, Negara bertanggung jawab secara penuh dalam hal penyelenggaraan pendidikan. Kepala Negara harus memberikan fasilitas yang memadai agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien. Ditambah kurikulum yang digunakan haruslah berbasis Islam.
Selain itu, didukung dengan tenaga pengajar yang ahli dibidangnya. Dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah pasti akan lahir generasi muslimah yang berakhlakul karimah, paham intelektual, dan siap menjadi seorang ibu yang akan menjalankan perannya sesuai dengan al-qur'an dan as-sunnah, begitupun ketika ia terjun ke masyarakat. Alhasil, muslimah saat ini tak butuh kampanye-kampanye tentang kesetaraan gender. Hanya satu yang mereka butuhkan, yakni penerapan syariat Islam secara kaffah. Yang dengannya kaum perempuan tak lagi diposisikan sebagai makhluk kedua yang tidak punya hak apapun, bahkan atas dirinya sendiri.
.
Wallahu 'alam bis shawab
Tags
Opini