Oleh: Tita Rahayu Sulaeman
Hal yang positif hari ini, ketika ramai kaum muslim mencari tahu bagaimana kehidupan Rasulullah dulu untuk kemudian menirunya. Mulai dari cara berpakaian, cara makan hingga bagaimana pendidikan ala Rasulullah. Meneladani Rasul, yang sekarang lebih sering kita dengar : sesuai dengan sunnah.
Sunnah, memiliki dua arti. Pertama, Sunnah dalam arti dalil syar'i, yang berupa ucapan, perbuatan bahkan diamnya Rosulullah. Kedua, Sunnah dalam arti hukum perbuatan yang jika dilakukan mendapatkan pahala, jika tidak dilakukan tidak mendapatkan apa-apa.
Setidaknya ada dua hal yang perlu diluruskan perkara Sunnah ini.
1. Tidak semua Sunnah bersifat Sunnah
Ketika berbicara Sunnah dalam konteks dalil syar'i perlu kita ketahui bahwa tidak setiap Sunnah (ucapan, perbuatan, ketetapan) Rasulullah bersifat Sunnah. Ada Sunnah Rasulullah yang merupakan perincian dari perintah Allah dalam Al-Qur'an. Sunnah ini sifatnya wajib. Seperti misalnya hadist tentang jumlah rakaat dalam shalat. Sunnah (dalil syar'i) ini sifatnya wajib kita ikuti. Jika tidak, maka kita berdosa. Ada juga Sunnah yang bersifat Sunnah. Seperti misalnya dalil tentang sholat Sunnah dhuha atau puasa senin dan kamis.
Meski ada keharusan bagi kita untuk meneladani Rasulullah, namun ada beberapa dari perbuatan Rasulullah yang tidak boleh (haram) kita lakukan. Seperti misalnya berpuasa hingga malam. Atau bagi laki-laki tidak boleh berpoligami lebih dari 4 istri. Hanya Rasul yang boleh melakukannya sementara kita tidak.
2. Sunnah merupakan anjuran untuk melaksanakan
Hukum perbuatan yang sifatnya Sunnah adalah jika dilaksanakan mendapatkan pahala, jika tidak dilaksanakan tidak mendapatkan apa-apa. Namun sering kali, perbuatan yang sifatnya Sunnah ini dinomor-duakan, bahkan dianggap tidak apa-apa jika tidak dilaksanakan.
Memang betul bahwa perbuatan yang sifatnya Sunnah jika ditinggalkan tidak akan berdosa. Tapi di dalam dalil-dalil perbuatan Sunnah terdapat pujian-pujian dari Allah maupun Rosul jika dilaksanakan.
Maka ketika pun dihadapkan pada pilihan boleh dilakukan, atau boleh tidak dilakukan, jika kita pahami perkara perbuatan Sunnah ini betapa Allah mengharapkan kita melaksanakannya, maka kita akan melaksanakan perbuatan Sunnah ini.
Meniru bagaimana kehidupan Rasul dahulu, adalah bentuk kecintaan kita pada Rasulullah. Melaksanakam perkara ibadah yang sifatnya Sunnah niatkan untuk Taqorub ilallah.
Hal yang perlu disadari juga oleh ummat, bahwa meneladani Rasulullah harus dalam segala aspek kehidupan. Ibadah, muamalah, pendidikan, cara bergaul, hingga bernegara. Baik itu yang sifatnya wajib maupun sunnah, keduanya perintah yang berasal dari Allah untuk dilaksanakan.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya…” [An-Nisaa’/4: 59]
Wallahu'alam bish shawab.
Tags
Opini