Oleh : Ummu Aziz
Pegiat Opini di Palembang
Dalam Islam keluarga merupakan tumpuan yang utama dan pertama dalam mempersiapkan generasi penerus peradaban. Dan ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi seorang anak. Lantas bagaimana jadinya jika pendidik anak yang pertama dan utama ini tidak lagi berfungsi mendampingi anak-anaknya? Bagaimana ketahanan keluarga mereka bisa terjaga?
Menurut Dian Kusumawardani dalam majalah ummi, setiap individu yang berkeluarga pasti mendambakan keluarga yang sakinah. Keluarga sakinah adalah keluarga yang mampu memberikan ketenangan, ketentraman dan kesejukan yang dilandasi oleh iman dan takwa, serta dapat menjalankan syariat Islam dengan sebaik-baiknya.
Namun kita dihadapkan fakta yang justru sebaliknya menyelimuti banyak permasalahan dikeluarga muslim. Nyaris setengah juga pasangan suami istri (pasutri) di Indonesia cerai sepanjang 2019. Dari jumlah itu, mayoritas perceraian terjadi atas gugatan istri.
Namun kita dihadapkan fakta yang justru sebaliknya menyelimuti banyak permasalahan dikeluarga muslim. Nyaris setengah juga pasangan suami istri (pasutri) di Indonesia cerai sepanjang 2019. Dari jumlah itu, mayoritas perceraian terjadi atas gugatan istri.
Berdasarkan Laporan Tahunan Mahkamah Agung (MA) 2019 yang dikutip juga di detikcom, Jumat (28/2/2020) perceraian tersebar di dua pengadilan yaitu Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama. Pengadilan Agama untuk menceraikan pasangan muslim, sedangkan Pengadilan Negeri menceraikan pasangan nonmuslim.
Dari data Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia, hakim telah memutus perceraian sebanyak 16.947 pasangan. Adapun di Pengadilan Agama sebanyak 347.234 perceraian berawal dari gugatan istri.
Ini sungguh fakta yang sangat disayangkan, melihat rusaknya keluarga muslim. Sayangnya, mewujudkan keluarga ideal semacam ini bukan sesuatu yang mudah. Sistem sekuler yang mengungkung masyarakat kita saat ini membuat kehidupan serba sempit. Berbagai krisis terus mewarnai kehidupan masyarakat, mulai dari krisis politik yang berujung konflik, krisis ekonomi, krisis moral dan budaya, krisis sosial, dan lain-lain.
Setiap keluarga muslim berkewajiban memperkuat ketahanan keluarganya masing-masing. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman ! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan“ (at-Tahrim : 6).
Ketahanan keluarga adalah konsep dalam menjaga kehidupan rumah tangga islami dari nilai-nilai liberalisasi dan sekuler yang dapat mengancam eksistensi keluarga tersebut dalam mengamalkan nilai-nilai yang islami.
Era globalisasi yang terjadi saat ini banyak yang mempengaruhi ketahanan keluarga muslim. Perempuan sebagai istri dan pendidik generasi menjadi sasaran empuk untuk menghancurkan ketahanan keluarga muslim. Sejak awal kapitalisme memandang perempuan rendah. Hanya sebagai pekerja atau faktor produksi. Peran puncak perempuan hanya diterjemahkan semata dalam bahasa ekonomi, yakni bagaimana bagi bisnis kapitalis. Kepentingan jahat kapitalisme ini pada masa awalnya dibalut oleh ide-ide feminisme sehingga tampak manis bertopeng pemberdayaan perempuan. Hillary Clinton dalam APEC Women and The Economy Forum, 29 Juni 2012 menyatakan, “Perempuan sekarang mewakili 40 persen dari angkatan kerja global, 43 persen dari tenaga kerja pertanian secara global, dan lebih dari separuh mahasiswa universitas dunia. Jadi, itu logis saja : Membatasi potensi ekonomi wanita untuk setiap negara seperti meninggalkan uang diatas meja. Itu tidak masuk akal apalagi ketika kita masih berjuang dari krisis ekonomi.
Era globalisasi yang terjadi saat ini banyak yang mempengaruhi ketahanan keluarga muslim. Perempuan sebagai istri dan pendidik generasi menjadi sasaran empuk untuk menghancurkan ketahanan keluarga muslim. Sejak awal kapitalisme memandang perempuan rendah. Hanya sebagai pekerja atau faktor produksi. Peran puncak perempuan hanya diterjemahkan semata dalam bahasa ekonomi, yakni bagaimana bagi bisnis kapitalis. Kepentingan jahat kapitalisme ini pada masa awalnya dibalut oleh ide-ide feminisme sehingga tampak manis bertopeng pemberdayaan perempuan. Hillary Clinton dalam APEC Women and The Economy Forum, 29 Juni 2012 menyatakan, “Perempuan sekarang mewakili 40 persen dari angkatan kerja global, 43 persen dari tenaga kerja pertanian secara global, dan lebih dari separuh mahasiswa universitas dunia. Jadi, itu logis saja : Membatasi potensi ekonomi wanita untuk setiap negara seperti meninggalkan uang diatas meja. Itu tidak masuk akal apalagi ketika kita masih berjuang dari krisis ekonomi.
Jelas dari perkataan Clinton ini terungkang motif sebenarnya dari penguasa dinegeri-negeri kapitalis. Mereka tega menumbalkan kaum perempuan mereka. Mereka memandang mereka sekedar sebagai pekerja dan mesin pertumbuhan ekonomi, bukan sebagai ibu pencetak generasi dan kehormatan yang harus dijaga.
Islam menawarkan Solusi Ketahanan Keluarga
Gelombang disrupsi hebat yang mengguncang bangunan keluarga di negara negara industri sekuler hingga berujung pada kematian keluarga, juga semakin dirasakan gejalanya oleh negeri negeri muslim. Oleh karena itu di era disrupsi ini, vital bagi umat islam agar kembali pada ajaran agamanya dan terus mengkampanyekan visi politik islam dalam melestarikan keturunan manusia dan memelihara keluhuran peradaban Islam.
Beberapa prinsip penting ajaran Islam yang tidak pernah usang dan selalu relevan agi keluarga modern harus dijadikan pegangan. Diantaranya adalah :
Islam mempromosikan pernikahan dan memuliakan lembaga pernikahan sebagai satu satunya metode melestarikan keturunan.
Islam menurunkan seperangkat hukum hukum berkeluarga yang menata pembagian peran antara suami dan istri, juga mengatur pola hubungan persahabatan diantara keduanya.
Gelombang disrupsi hebat yang mengguncang bangunan keluarga di negara negara industri sekuler hingga berujung pada kematian keluarga, juga semakin dirasakan gejalanya oleh negeri negeri muslim. Oleh karena itu di era disrupsi ini, vital bagi umat islam agar kembali pada ajaran agamanya dan terus mengkampanyekan visi politik islam dalam melestarikan keturunan manusia dan memelihara keluhuran peradaban Islam.
Beberapa prinsip penting ajaran Islam yang tidak pernah usang dan selalu relevan agi keluarga modern harus dijadikan pegangan. Diantaranya adalah :
Islam mempromosikan pernikahan dan memuliakan lembaga pernikahan sebagai satu satunya metode melestarikan keturunan.
Islam menurunkan seperangkat hukum hukum berkeluarga yang menata pembagian peran antara suami dan istri, juga mengatur pola hubungan persahabatan diantara keduanya.
Islam menekankan betapa bergengsinya peran sebagai seorang ibu bagi kaum perempuan
Tujuan keluarga dalam islam adalah ibadah kepada Allah Swt, yakni melestarikan keturunan dan mewujukan ketentraman.
Islam memberikan fondasi keimanan dan ketakwaan akan rezeki bagi kaum muslim sehingga tidak menggoyahkan pembagian peran dalam keluarga, laki- laki sebagai penanggung jawab nafkah bagi keluarga.
Islam menerapakan sistem ekonomi yang sehat. Islam menolak model keuangan cacat kapitalis yang berbasis riba.
Islam menerapakan sistem ekonomi yang sehat. Islam menolak model keuangan cacat kapitalis yang berbasis riba.
Islam mewajibkan penguasa negeri negeri muslim untuk bersatu dalam naungan Islam. Sungguh inilah perisai sejati umat Islam yang akan menjamin ketahanan keluarga, kehormatan kaum ibu dan kemuliaan generasi muslim yang bermartabat.
Dari sinilah Islam melalui perisainya, akan mampu membangun ketahanan keluarga di era badai kapitalisme dan tuntutan materialistik yang kian melanda keluarga muslim. Dalam hal ini, Usman bin Affan ra.pernah berkata, “Sungguh Allah Swt telah memberikan kewenangan kepada penguasa untuk menghilangkan sesuatu yang tidak bisa dihilangkan oleh Al qur’an.
Wallahua’lam bi shawab.
Tags
Opini