Oleh : Shinta Putri
Muslimah Peduli Negeri
Pernyataan kontroversi yang dilontarkan oleh Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila(BPIP) Yudian Wahyudi membuat umat Islam gerah dengan mengusulkan penggantian Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh dengan salam pancasila. Sebenarnya siapa sosok Yudian Wahyudi ini? Dia adalah Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang di tunjuk Presiden Jokowi menjadi ketua BPIP. Yudian baru dilantik di Istana Negara pada hari rabu, tanggal 05 Februari 2020.
Presiden Jokowi berharap Yudian Wahyudi mempercepat upaya pembumian Pancasila terutama kepada generasi milenial (anak-anak muda dibawah usia 39 tahun) yakni sekitar 129 juta orang. Generasi muda menurut Jokowi membutuhkan sebuah injeksi terutama tentang berPancasila dalam keseharian.
Pernyataan dari presiden Jokowi jelas menampakan sekulerisasi, rezim mau menjauhkan agama dari kehidupan generasi muda yang mana mayoritas agama yang dianut penduduk Indonesia adalah agama Islam. Perintah dari Jokowi, Yudian Wahyudi segera melaksanakan tugasnya untuk segera mengamalkan butir-butir pancasila kepada rakyat Indonesia.
Ditambah dengan pernyataan Yudian Wahyudi bahwa agama musuhnya Pancasila. Sebelum menjabat ketua BPIP Yudian juga membuat aturan di kampusnya melarang mahasiswi memakai cadar. Memang pantes jika Yudian Wahyudi di pasang rezim untuk melemahkan ajaran islam. Meskipun kepala BPIP ini beragama islam tapi kebijakannya sangat-sangat sekuler.
Di masa Rezim Jokowi ini banyak pejabat dan tokoh-tokoh anti Islam. Ibu Shinta Nuriyah juga mengatakan jilbab tidak wajib. Semakin banyak bukti rezim Jokowi dengan kebijakannya yang anti Islam. Kenapa hanya agama Islam saja yang harus mengalah sedangkan agama yang lain di biarkan, sehingga hanya penganut agama Islamlah yang terpojokan, rezim selalu mempertentangkan ketaatan kaum muslim dengan loyalitas bernegara. Terutama dalam hal pengamalan Pancasila. Padahal dengan aturan Islamlah Pancasila bisa sepenuhnya terlaksana dengan baik. Keinginan umat Islam untuk taat syariat dengan sempurna terhambat karena opini-opini sesat bahkan sanksi yang selalu di gaungkan rezim saat ini, membuat umat takut akan melaksanakan aturan agamanya sendiri, akhirnya berhasilah rezim dengan opini sesat tersebut, apalagi umat Islam yang belum kuat pemahaman dan keimanan tentang Islam. Banyak umat Islam dengan tsaqofah rendah ikut arus yang rezim kehendaki.
Pemerintahan Jokowi adalah rezim sekuler radikal yang selalu berusaha memisahkan agama dari kehidupan. Ini adalah asas dasar dalam sistem kapitalis bahwa tidak cocok politik pemerintahan diurusi oleh agama. Maka rezim menganggap Islam sebagai ancaman terbesar, karena Islam adalah sebuah ideologi yang mengatur seluruh masalah kehidupan dalam bidang ekonomi, pemerintahan, politik, hukum, pertahanan keamanan, ibadah dan akhlak secara sempurna dan menyeluruh.
Keinginan mengganti Assalamu'alaikum dengan salam pancasila berarti telah menyelewengkan ajaran agama Islam. Salam bagi umat Islam adalah doa. Arti Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh adalah semoga keselamatan dan rahmat Allah Swt serta keberkahanNya terlimpah juga kepada kalian. Mengucap salam bagian dari perintah Rosulullah Saw dalam hadistnya, "Afsyus salaam bainakum : sebarkanlah salam diantara kamu." (HR. Muslim)
Jadi mengucap salam itu berpahala sebab hukumnya sunah sedangkan yang menjawab salam hukumnya wajib. Lalu apakah bermakna jika salam tersebut diganti dengan salam pancasila? Tentu jawabannya, tidak. Salam Pancasila tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam pastilah tidak ada pahalanya jika seorang muslim mengucapkannya. Salam sudah diajarkan dalam Islam mulai zaman Rasul, dengan salam akan menumbuhkan akhlak ramah tamah sopan santun salah satu ciri khas rakyat Indonesia di mata dunia international.
Umat seharusnya mulai membuka mata menyadari permasalahan ini, karena penggantian salam bagian dari opini-opini rezim yang jauh dari nilai Islam termasuk bagian dari upaya sistematis, terstruktur, dan masif menjauhkan kaum muslim dari keterikatan terhadap agama Islam sendiri dan mau mengganti serta mereduksi identitas Islam dengan identitas liberal yang bebas semau gue, menerjang halal haram, tidak takut kepada Sang Pencipta.
Inilah lemahnya negara yang berpenduduk mayoritas Islam tetapi sistem yang diadopsi adalah sistem kapitalis buatan akal manusia bukan sistem aturan hidup dari Sang Pencipta yang sempurna sehingga tidak ada penjagaan dari penguasanya untuk selalu taat dengan hukum aturan Islam. Hanya dengan khilafah aturan Islam bisa terlaksana seratus persen.
Wallahu a'lam bishawwab.
Barakallah
BalasHapus