Saat Childfree Jadi Pilihan





Oleh: Neng Ipeh 
(aktivis BMI Community Cirebon)



Masih banyak muda-mudi Indonesia yang menganggap menikah sebagai ‘ending yang bahagia’. Padahal, justru kehidupan sebenarnya dimulai dari sana. Istilahnya, ‘welcome to the jungle’, karena tak ada lagi hidup di bawah ketiak orang tua, apalagi kalau nanti berencana punya anak dan memikirkan biaya untuk menghidupi mereka. 

Pernah mendengar istilah childfree?
Childfree adalah sebuah sebutan untuk para pasangan yang sengaja memutuskan untuk tidak mempunyai anak, baik itu anak kandung, tiri, atau angkat. Bukan karena belum dikaruniai anak. Penggunaan istilah Childfree untuk menyebut orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak ini mulai muncul di akhir abad 20.

Menjalani hidup tanpa anak kini telah menjadi tren gaya hidup. Akhir-akhir ini, banyak pasangan menikah yang memutuskan childfree, bahkan nyaris seperti mengkampanyekannya di media sosial. Mereka mengunggah foto-foto bersama pasangan ketika berlibur dan bersenang-senang dengan menyantumkan tagar #childfree.

Corinne Maier, Penulis asal Paris dalam bukunya yang berjudul "No Kids: 40 Reasons For Not Having Children" mengungkapkan beberapa alasan kenapa sebagian pasangan yang menikah memilih untuk menndukung gaya hidup childfree, seperti:

1. sudah banyak tanggung jawab sosial dan keluarga, seperti menjadi perawat atau pengasuh utama dari orang tua, saudara atau pasangan yang disabel. 

2. keyakinan bahwa seseorang bisa memberikan kontribusi besar pada kemanusiaan lewat usahanya, bukan lewat cara membuat anak.

3. keyakinan bahwa adalah suatu tindakan yang kurang tepat untuk sengaja membuat anak sementara di luar ada banyak anak yang butuh diadopsi.

4. antinatalism, keyakinan bahwa membuat manusia-manusia baru ke dalam dunia adalah suatu sikap immoral yang dilakukan turun termurun.

5. keyakinan akan kondisi bumi yang terus memburuk ke arah negatif sehingga menolak untuk membawa seorang anak ke dalam situasi yang kian memburuk tersebut (global warming effects,perang, kelaparan) Segala peristiwa buruk tersebut dapat membawa anak hidup dalam penderitaan hingga kematian.

6. berbagai ketakutan yang melanda semisal: takut tidak mampu menjadi orang tua yang sabar dan bertanggungjawab, takut melahirkan anak yang cacat, takut tidak mampu membiayai anak, takut bentuk tubuh berubah saat kehamilan hingga melahirkan dan menyusul, takut aktivitas seksual berkurang, takut kariernya menjadi terhambat, serta beragam alasan-alasan ketakutan lainnya. (id.m.wikipedia.org/10/03/2020)

Menurut para penganut childfree, justru sungguh egois apabila memaksakan diri memiliki anak. Hal ini karena memiliki anak tidaklah sesederhana ungkapan “Ah, itu dipikir sambil jalan aja” atau “Rezeki anak sudah ada yang ngatur”. Padahal, membesarkan anak adalah sebuah tanggung jawab besar yang membutuhkan kesiapan finansial, mental, dan emosional yang matang.

Dalam banyak hal, gagasan tentang kebebasan anak sangat terkait dengan feminisme. Kelahiran seorang anak selalu dianggap bukan hanya tugas, tetapi juga keinginan "alami" dari perempuan mana pun. Apalagi secara "alami" seorang perempuan memiliki naluri keibuan. Padahal menurut mereka, perempuan seharusnya mengambil kendali reproduksi.

Kaum feminis telah membandingkan perempuan dengan banyak anak dan childfree. Dimana statistik mereka menunjukkan bahwa childfree itu mandiri, sukses, dengan kecerdasan tinggi,  pendidikan luar biasa, karier hebat, dan memiliki bisnis mereka sendiri. Sebaliknya, perempuan dengan banyak anak seolah-olah harus melepaskan mimpi mereka, tidak lulus dari sekolah, dipaksa menjadi ibu rumah tangga dan hidup untuk persetujuan pasangan serta anak mereka.

Pandangan yang seperti ini jelas salah besar. Karena dalam Islam, banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki anak bahkan mempunyai anak lebih dari satu. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ

“ …dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu (yaitu anak)” [Al-Baqarah/2 : 187]

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” [QS. Al An’am/6: 151]

Cukuplah ayat di atas sebagai dalil yang tegas dan terang bahwa Islam memerintahkan mempunyai anak dengan jalan nikah dan bercampur suami-istri. Dan sekaligus merupakan larangan dan celaan terhadap mereka yang tidak mau mempunyai anak padahal ada jalan untuk memperolehnya dengan qada Allah. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam pun bersabda:

تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاشِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ

“Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu)” [Shahih Riwayat Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah mendoakan Anas bin Malik:

اَللَّهُمَّ أَكْشِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَبَارِكْ لَهُ فِيْمَا أَعْطَيْتَهُ

Ya Allah! Banyakanlah hartanya dan (banyakanlah) anaknya dan berkahilah apa yang engkau telah berikan kepadanya” [Hadits shahih riwayat Bukhari (7/152, 154, 161, 162 dan Muslim 2/128]

Adapun keyakinan tentang melonjaknya jumlah penduduk yang akan membuat bumi ini sesak dan habis perbendaharaannya adalah keyakinan yang batil dan sesat menyesatkan. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman.

وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

“Dan bagi kamu di bumi tempat menetap dan rezeki sampai waktu yang telah ditentukan (yakni hari kiamat)” [Al-Baqarah/2: 36]

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا

“Dialah Allah yang menciptakan untuk kamu segala sesuatu di bumi ini semuanya’ [Al-Baqarah/2: 29]

قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ

“Allah berfirman : Di bumi kamu hidup dan di bumi kamu mati dan dari bumi itu (juga) kamu akan dibangkitkan” [Al-A’raaf/7: 25]

Puncak tertinggi dari keutamaan-keutamaan mempunyai anak, yaitu anak yang shalih yang bermanfaat bagi orang tua di dunia dan di akhirat. Maka jauhilah pemikiran childfree karena hal tersebut tidak ada dalam Islam.

1 Komentar

  1. pengen baca, tapi artikelnya susah terbaca karena backgroundnya yang terlalu berwarna dan ada juga yg warnanya serupa dengan tulisannnya :(

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak