Oleh : Eri
(Pemerhati Masyarakat)
Kemiskinan adalah masalah klasik yang dihadapi oleh berbagai negara dari zaman ke zaman. Segudang kebijakan telah diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Namun, kemiskinan masih menjadi momok yang menakutkan bagi negara maju maupun berkembang termasuk di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan tantangan terbesar untuk dituntaskan.
Banyak terobosan kebijakan yang dicanangkan pemerintah, seperti membuka lapang kerja, memberi pinjaman modal bagi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) bahkan meningkatan partisipasi perempuan dalam dunia kerja.
Pemberdayaan perempuan menjadi salah satu program yang diutamakan pemerintah saat ini, karena sejalan dengan seminar "Voyage to Indonesia’s Seminar on Women’s Participation for Economic Inclusiveness" di Surabaya, Kamis (2/8/2018). Seminar tersebut membahas dan bertukar pandangan tentang manfaat ekonomi bagi pemberdayaan perempuan serta dampak buruk akibat ketidaksetaraan gender. (liputan6.com)
Melibatkan perempuan dalam dunia kerja, diklaim dapat menurunkan angka kemiskinan.’Mulai 2019 ini, pemberdayaan perempuan kepala keluarga menjadi salah satu langkah yang dipilih propinsi Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo, tercatat sukses menurunkan angka kemiskinan dari 14,44 persen pada 2013, menjadi 11,32 persen di 2018. (Jatengptov.go.id)
Diakui, perempuan yang bekerja masih mendapat perlakuan diskriminasi di tempat kerjanya. Kesenjangan ini menjadi tantangan yang berat bagi pemerintah. Untuk itu, pemerintah terus berupaya menghapuskan diskrimansi yang terjadi ditengah isu kesetaraan gender. Serta meningkatkan partisipasi kerja perempuan dengan memberikan gaji yang layak, tempat kerja yang bebas dari pelecehan seksual dan melibatkan peran perempuan dalam ekonomi digital.
Kesejahteraan akan tercapai apabila semakin banyak perempuan yang bekerja dan mendapat perlakuan yang sama dengan laki-laki adalah asumsi yang salah. Sesungguhnya, akar masalah dari kemiskinan karena diterapkan sistem ekonomi kapitalis. Sistem ini mengatur kebijakan pasar sesuai arahan pengusaha atau pemilik modal. Tidak peduli dengan kondisi rakyat yang miskin dan lemah. Keberpihakan pemerintah dengan para pengusaha, menjadikan kesejahteraan rakyat hanya mimpi belaka.
Sebaliknya, para perempuan yang masuk dalam dunia kerja dianggap sebagai bentuk eksploitasi. Sebab, mereka mendapat jam kerja lebih panjang dan upah yang lebih murah. Dampak buruk melibatkan perempuan dalam ekonomi kapitalis, menyebabkan beban ganda yang harus ditanggung mereka. Menggeser peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah selain mengurus rumah. Kemandirian finasial membuat perempuan lebih dominasi daripada laki-laki dalam keluarga. Tidak heran angka peceraian cukup tinggi.
Selain itu, anak-anak akan terabaikan dan kurang kasih sayang. Kesibukannya berkarir dan mencari nafkah, mempengaruhi kualitas pendidikan generasi. Sehingga muncul berbagai masalah anak seperti narkoba, tawuran, pergaulan bebas dan sebagainya. Keadaan seperti ini, justru mengancam keutuhan keluarga.
Menuntaskan kemiskinan dengan sistem kapitalis tak akan pernah terwujub. Melibatkan perempuan dalam pembangunan ekonomi secara pragmatis hanya akan mematikan perannya dalam keluarga. Untuk itu, dibutuhkan sistem yang mengerti manusia sesuai fitrahnya. Seharusnya umat beralih kepada sistem Islam, sistem yang mengatur seluruh kehidupan manusia sesuai fitrahnya yang diturunkan dari Allah swt.
Islam memiliki seperangkat aturan lengkap untuk menjamin kesejahteraan masyarakat dalam kehidupannya, mulai dari pengumpulan harta sampai pendistribusian yang di awasi oleh negara. Islam memandang bahwa manusia memiliki posisi yang sama, perbedaan hanya pada tanggung jawab antata laki-laki dan perempuan. Partisipasi perempuan dalam Islam tidak seputar sumur, kasur, dapur tetapi berperan penting sebagai madrassatul ula dalam mencetak generasi emas. Berkontribusi besar dalam menanamkam nilai aqidah Islam dan membina kepribadian Islam pada diri anak. Hakikatnya, hanya Islam yang akan memuliakan perempuan dengan peran yang besar bagi peradaban.
Melibatkan perempuan dalam pembangunan ekonomi ala kapitalis adalah pemikiran yang keliru. Hanya dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah menjadi kebutuhan bagi seluruh umat dan juga satu keniscayaan jika ingin sejahtera. Waallahu a’lam bis shawwab.
Tags
Opini