Perempuan Mulia dengan Politik Islam





Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Muslimah Penulis Sidoarjo

Kita pasti tidak asing dengan sosok bernama Khadijah binti Khuwailid , yaitu istri Nabi SAW. Salah satu tokoh wanita dalam Islam yang sangat masyhur, sebab pengorbanan beliau terhadap dakwah Rasul, baik materi maupun keimanan.


Jalan dakwah yang terjal, ditempuh dengan tanpa mengeluh, hanya satu keinginan beliau, yaitu terus mendampingi suaminya, Sang Penutup Para Nabi. Saat diboikot oleh kaum Quroisy selama 3 tahun, bahkan saat menyusui Fatimah yang keluar dari putingnya bukan air susu melainkan darah, Khadijah tak hendak menyerah dan kembali kepada kehidupan dunianya yang nyaman saat belum mengenal dakwah dan Rasul.


Kemudian dakwah terus berlanjut. Dan mendapatkan titik terang saat 12 jemaah haji asal Madinah melakukan baiat Aqobah I. Rasul meminta Mushab bin Umair untuk menyertai rombongan tersebut saat pulang ke Madinah. Dalam 1 tahun, Mushab berhasil mengIslamkan Madinah hingga datanglah 75 orang untuk siap berhaji dan berbait Aqobah II.


Sungguh tak terkira bahagianya Rasulullah. Maka perintah untuk menyebarkan Islam keseluruh penjuru dunia akan segera tercapai. Bukan karena takut jika kemudian Rasul harus berhijrah. Namun memang inilah ketetapan Allah. Hanya dengan kekuasaan Islam bisa diterapkan nyata dan dirasakan keberkahannya.

Diantara rombongan itu terdapat dua perempuan yang juga beriman dan menghendaki Rasul sebagai pemimpin mereka, adalah Asma binti Amru bin Adit dan Nusaibah binti Ka' ab Umi Imarah. Madinah yang selalu berseteru antara Khazraj dan Aus kini mereka menjadi sekutu, berkeyakinan bersama bahwa aturan mesti berasal dari Allah.

Dua tokoh wanita tersebut dengan keyakinan penuh bahwasannya hidup mereka selanjutnya akan lebih bermakna dari sekedar perang suku sepanjang tahun, namun menjadikan Islam semakin tinggi di atas kebatilan.

Kisah hijrahnya Rasulullah bersama Abu Bakar as Siddiq tak terlewatkan tanpa kehadiran salah satu tokoh yang dikenal dengan julukan " Wanita dengan ikat pinggang", dialah Asma binti Abu Bakar. Yang dengan keyakinan penuh mengirim makanan, sebagai bentuk kontribusinya terhadap perjuangan dakwah Ayah dan Rasulnya.

Sejatinya tokoh-tokoh wanita diatas hanya sepersekian dari banyaknya tokoh wanita muslimah lainnya. Namun merekalah yang komitmen menjadikan apa yang ada dalam hidup mereka sebagai wasilah untuk semakin dekat dengan Allah. Generasi terdahulu yang telah menorehkan tinta emas peradaban. Hingga kita kini bisa dengan leluasa memeluk Islam.


Mereka berpolitik, ikut mengurusi urusan umat dan sangat peduli dengan kewajiban amar makruf nahi mungkar. Namun tahukah anda, bahwa Allah menghendaki kita berubah menjadi tokoh, tak sekedar menjadikan Islam sebagai keyakinan namun juga kepemimpinan berpikir setiap pribadi. Mana dalilnya?


Allah berfirman dalam Quran Surat Ali Imran :110

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik".


Sebutan umat terbaik bukan tanpa alasan. Namun demikianlah faktanya, sebab kaum muslim bersama dengan Alquran dan As Sunnah maka mereka akan menjadi tokoh peradaban. Menjadi manusia terbaik, tak hanya secara aklak namun juga secara peradaban atau ideologi. Islam sempurna, datang dari yang Maha Sempurna.


Dan umat terbaik memiliki sifat yang sangat khas, yaitu pertama, menjadi hamba Allah yang terikat, tunduk dan patuh kepada setiap apa yang diberitakan dalam Alquran dan As Sunnah. Artinya tak ada bantahan, bahwa memang hanya hukum Allah semata yang boleh diambil. Sebagaimana apa yang dijelaskan Allah dalam QS Adz Dzariyat : 56.


Kedua, ada kewajiban meninggikan Islam. Sebab hanya Islam agama yang diakui Allah, barangsiapa mencari selain Islam maka hanyalah kehinaan dunia akhirat yang akan ia temui. Hal ini diberitakan Allah dalam Quran surat Ali Imran : 19.

Ketiga , Allah mengharamkan berdiam diri dalam sistem yang kufur, maka Allah menyuruh untuk senantiasa menyampaikan amanat, adil, memberikan pengajaran yang baik dan tidak menggunakan hukum selain Allah dalam menyelesaikan persoalan.

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". ( QS An Nisa: 58).


"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". ( QS An Nisa : 59).

Maka, dalam Islam wanita berpolitik tak tabu. Bahkan dianjurkan asalnya sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Sebab syariat menjadikan setiap amalan tak sia-sia tapi benar-benar bernilai ibadah. Dan pada dasarnya status kita kaum Muslim adalah tokoh bagi masyarakat di sekitarnya. Maka haram berdiam diri dalam sistem kufur hari ini bahkan ikut memperjuangkannya dengan menjadi corong barat. Wallahu a' lam bish Showwab.





Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak