Oleh: Lilieh sholihah
Tidak dapat dipungkiri pendidikan tinggi adalah sebuah kemewahan bagi sebagian kaum wanita, tindakan represif yang membungkus ketidakpercayaan diri sebagian pihak, perempuan dipaksa untuk menuntut ilmu tinggi. Namun terkadang di negara kita alasan ekonomi kerap menjadi hambatan bagi perempuan untuk melanjutkan studi.
Faktor ekonomi dan patriarki seolah menjadi hal yang tidak dapat di elakan oleh kaum perempuan. Menurut psikolog pendidikan Reky Martha, pendidikan dapat menjadi peluang perempuan menyejahterakan hidupnya.
Pendidikan perempuan telah diperjuangkan sejak lama di Indonesia, Raden Ajeng Kartini menjadi salah satu sosok perempuan yang dikenal gigih dalam memperjuangkan hal itu. Namun pada kenyataannya pendidikan untuk wanita tidak berasa di Indonesia dengan kuatnya tradisi misalnya pun dengan faktor ekonomi.
Meskipun terdapat kemajuan dalam pendidikan selama 25 tahun terakhir kekerasan terhadap wanita dan anak perempuan masih terjadi dibanyak wilayah di seluruh Dunia. Menurut sebuah laporan yang dirilis pada Rabu (4/3/2020) dari UNICEF, entitas PBB untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (UN Women) dan plan internasional, laporan yang dirilis jelang sesi ke 64 Komisi Status Perempuan pekan depan itu memaparkan jumlah perempuan yang putus sekolah turun, 79 juta orang dalam dua dekade terakhir dan dalam satu dekade terakhir anak perempuan memiliki kemungkinan lebih besar untuk melanjutkan ke sekolah menengah dibanding anak laki-laki. (SatuHarapan.com Rabu 18-3-2020).
Pada 1955 Dunia mengadopsi Beijing Declaration and Platform For Action, agenda kebijakan konferensif untuk kesetaraan gender dengan visi mengakhiri diskriminasi terhadap wanita dan anak perempuan. Pada 2016 70 persen korban perdagangan orang yang terdeteksi secara global adalah wanita dan anak perempuan sebagian besar untuk tujuan eksploitasi seksual. (Satu harapan.com Rabu 18-3-2020).
Perempuan Korban Liberalisme.
Sudah sejak lama barat bercokol di negeri kaum muslimin, dengan sistem demokrasi yang di emban negara ini menyuarakan kebebasan pada setiap individu, memisahkan antara agama dan kehidupan, sehingga perempuan pun ikut menyuarakan yang disuarakan oleh barat. Agama sedikit-sedikit seolah tergeser menjadi ranah pribadi dan ide-ide barat mulai menyebar pada khalayak umum di antaranya adalah ide feminisme dan kesetaraan gender.
Pandangan semacam ini menyatakan adanya kesamaan posisi antara laki-laki dan perempuan, dan ide ini merupakan propaganda barat untuk menjauhkan kaum muslimin dari syariat Islam. Dalam sistem kapitalis perempuan dipaksa untuk menjadi robot pekerja. Di satu sisi perempuan sebagai ibu rumah tangga di sisi lain sebagai pencari nafkah, bukan hanya membantu keuangan suami tapi lebih dari itu perempuan dijadikan sebagai punggung keluarga.
Islam Menjaga Kehormatan Perempuan
Islam sangat menjaga kehormatan dan kemuliaan perempuan. Dalam Islam perempuan juga diberi kebebasan yang sama dalam mengenyam pendidikan, namun pendidikan tidak menjadikan seorang muslimah menelantarkan kewajibannya sebagai hamba Allah, karena pendidikan tidak menjadikan fokus mendapatkan pekerjaan yang tinggi.
Namun pendidikan dijadikan ladang untuk mencari ilmu dunia dan akhirat. Pendidikan dalam Islam hanya dapat terealisasi secara sempurna jika negara menjadikan hukum Allah diatas segalanya. Dalam Islam negara akan menaungi masyarakat yang hendak mengenyam pendidikan bukan hanya untuk muslim tapi juga untuk non muslim.