Oleh: Endang Widayati, SE (Anggota Penulis Tinta Pelopor)
Palestina menjadi perbincangan dunia internasional atas polemik yang dialaminya selama berpuluh tahun. Yakni kependudukan Israel di tanah Palestina, tanah suci bagi kaum muslimin. Semenjak Israel mendapatkan 'kemerdekaan' pada tahun 1948, selama itu pula polemik terus terjadi hingga saat ini. Solusi demi solusi yang ditawarkan oleh dunia internasional dalam hal ini adalah Amerika hanya menambah derita bagi kaum muslimin yang ada di sana.
Masalah kaum muslimin yang ada di Palestina adalah masalah bagi umat Islam seluruhnya. Sebab, antara muslim yang satu dengan muslim yang lain merupakan saudara dan satu tubuh. Jika ada satu bagian anggota tubuh yang sakit maka anggota tubuh yang lain juga merasakannya. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (TQS Al Hujurat:10)
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam:
“Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.”
Nampak jelas di dalam ayat tersebut bahwa Allah ta'ala menjadikan muslim yang satu dengan yang lain adalah saudara. Tanpa mengenal ras, suku, bahasa, warna kulit dan di mana kaum muslimin itu berada. Sehingga, kaum muslimin Palestina adalah saudara umat Islam di berbagai belahan bumi. Kaum muslimin ibarat satu tubuh sebagaimana hadits di atas. Apa yang mereka alami, itu pula yang dirasakan oleh umat Islam yang lain.
Ketika umat Islam yang ada di Palestina mendapatkan ketidakadilan, pendiskriminasian, penyiksaan, hak-hak atas tanah mereka direnggut oleh Israel, hal itu pula yang dirasakan oleh kaum muslimin yang lain. Wajar, ketika di sana berkecamuk di negeri Islam lain melakukan berbagai penolakan atas apa yang menimpa mereka di sana.
Dilansir dari Minanews.net bahwa Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM) bersama 20 organisasi yang fokus terhadap Palestina melakukan Aksi Bela Al-Quds di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Jum’at (14/2).
Aksi tersebut digelar untuk menyuarakan penolakan terhadap usulan perdamaian Trump dinamakan ‘Kesepakatan Abad Ini’ yang diumumkan Presiden Amerika Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 28 Januari lalu.
“Hari ini kami menyatakan menolak proposal Trump dan kami akan mengajak pemerintah, penguasa dan elemen rakyat Indonesia seluruhnya untuk menolaknya. Muslim atau Nasrani atau yang lain, kita ajak semuanya ayo. Kita tolak proposal Trump dan kita bebaskan Baitul Maqdis dari zionis Yahudi,” kata Ketua Aksi Ahmad Isrofiel Mardatillah.
Semakin Melegitimasi Kependudukan Israel
Adanya "Kesepakatan Abad Ini" justru semakin memberi ruang legitimasi bagi Israel untuk mengklaim wilayah Palestina lebih luas lagi. Sebagaimana yang tercantum dalam dokumen "Kesepakatan Abad Ini" yang telah bocor pada tahun lalu. Outlet berita berbahasa Ibrani, Israel Hayomp menerbitkan sebuah dokumen yang berisi poin-poin utama dari rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk Timur Tengah, yang disebut “Deal of Century” atau “Kesepakatan Abad Ini”.
Seperti dikutip dari Middle East Monitor, Jumat (10/5), dokumen yang bocor tersebut diedarkan oleh Kementerian Luar Negeri Israel.
Sebelumnya, Amerika Serikat berencana akan mengungkapkan kesepakatan tersebut setelah bulan Ramadhan tahun ini berakhir atau pada awal Juni.
Poin-poin utama dari perjanjian tersebut sebenarnya digagas oleh menantu Trump, Jared Kushner, yang memiliki minat tinggi di Israel dan permukimannya, berikut sebagian dari isi poinnya:
Sebuah perjanjian tripartit akan ditandatangani antara Israel, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Hamas. Sebuah negara Palestina akan dibentuk yang disebut “Palestina Baru”, yang akan didirikan di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki, dengan pengecualian permukiman.
Sementara itu, Israel akan membebaskan tahanan Palestina secara bertahap selama tiga tahun di bawah kesepakatan. Kemudian, Blok permukiman di Tepi Barat yang diduduki, yang ilegal menurut hukum internasional, akan menjadi bagian dari Israel.
Yerusalem tidak akan dipecah tetapi akan dibagi oleh Israel dan “Palestina Baru” dengan Israel mempertahankan kontrol secara umum. Sementara itu, orang-orang Palestina yang tinggal di Yerusalem akan menjadi warga negara negara Palestina tetapi Israel akan tetap bertanggung jawab atas kotamadya, karena itu tanahnya. (Minanews.net,10/5/19)
Jelaslah bahwa Kesepakatan Abad Ini hanya berpihak pada kependudukan Israel atas Palestina. Sehingga harus ditolak dan tidak dijadikan sebagai solusi untuk menyelesaikan konflik di sana.
Palestina Membutuhkan Khilafah
Hampir semua opini umum dunia menolak Deal of Century ini. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, secara terang-terangan menentang usulan Trump.
“Saya katakan kepada Trump dan Netanyahu: Yerusalem tidak untuk dijual, semua hak kami tidak untuk dijual dan tidak untuk tawar-menawar. Dan kesepakatan Anda, konspirasi, tidak akan lolos." katanya.
Sami Abu Zuhri, Pejabat Kelompok Islamis Palestina, Hamas, mengatakan, “Pernyataan Trump agresif dan akan memicu banyak kemarahan … Pernyataan Trump tentang Yerusalem adalah omong kosong dan Yerusalem akan selalu menjadi tanah untuk Palestina … Palestina akan menentang kesepakatan ini dan Yerusalem akan tetap menjadi tanah Palestina.”
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, “Yang disebut ‘Visi untuk Perdamaian’ hanyalah proyek impian pengembang real estat yang bangkrut. Tapi itu adalah mimpi buruk bagi wilayah dan dunia. Dan, mudah-mudahan, seruan untuk semua Muslim untuk menentang jalan yang salah.”
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan, “Rencana ini adalah rencana aneksasi yang bertujuan membunuh solusi dua negara dan mencuri tanah Palestina.”
Diketahui bersama bahwa Mahmoud Abbas, Presiden Palestina menghendaki adanya campur tangan lembaga Internasional dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Palestina. Melalui "Solusi Dua Negara", Abbas beranggapan hal itu bisa membantu menyelesaikan konflik. Dan Ia juga menganggap bahwa "Deal of Century" bisa merusak "Solusi Dua Negara". Namun, alasan tersebut selayaknya juga ditentang oleh kaum muslimin sebagaimana penentangannya pada "Deal of Century".
Kenapa demikian? Sebab segala rekomendasi yang berasal dari Barat hanya akan mendatangkan ketidakadilan dan menambah deretan penderitaan kaum muslim Palestina. Terutama rekomendasi tersebut adalah solusi yang bertentangan dengan syariat Islam. Maka hal itu hanya sebuah mimpi bukan solusi.
Sebagai muslim sudah menjadi kewajiban kita untuk menstandarkan segala sesuatunya berdasarkan syariat Islam. Di mana syariat Islam ini merupakan hukum-hukum aturan dari Sang Pencipta dan Sang Pengatur, yakni Allah subhanahu wa ta'ala. Jelaslah bahwa kaum muslimin Palestina hanya membutuhkan solusi yang berasal dari Islam bukan yang lain. Sebab solusi Islam akan mendatangkan rahmat baik dari langit dan bumi. Islam mejadi rahmat bagi seluruh alam tidak hanya bagi umat Islam saja. Sebagaimana firman Allah:
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia.” (QS Al Anbiya: 107)
Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini mengatakan,
“Bahwa Allah mengutus Rasulullah sebagai rahmat bagi seluruh alam baik itu yang beriman ataupun mereka yang kafir. Kepada mereka yang beriman, Allah berikan hidayah, dan bagi golongan kafir, Allah tunda azab bagi mereka sebagaimana yang terjadi pada umat-umat terdahulu.” (Jami’u al-Bayan fi Ta’wili al-Qur’an, 18/552). Imam al-Qurtubi dan Ibnu Katsir juga mengiyakan pendapat tersebut. (al-Jami’ li Ahkami Al-Qur’an, 11/350 dan Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim, 5/85).
Hamka dalam Tafsir Al Azhar juz 17 menafsirkan ayat ini dengan mengambil apa yang ditulis Sayyid Quthub: “ Sistem ajaran yang dibawa oleh Muhammad saw. adalah sistem yang membawa bahagia bagi manusia seluruhnya, dan memimpinnya kepada kesempurnaan yang telah dijangkakan baginya dalam hidup ini.”
Ulama nusantara yang mendunia, Syaikh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H) menafsirkan ayat ini sebagai berikut:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau wahai sebaik-baiknya makhluk dengan membawa ajaran-ajaran syariat-Nya, kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam, yakni untuk menjadi rahmat Kami bagi alam semesta seluruhnya bagi agama ini dan kehidupan dunia.” (Muhammad bin ‘Umar Nawawi, Murâh Labîd li Kasyf Ma’nâ al-Qur’ân al-Majîd, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Cet. I, 1417 H, (II/62))
Hal ini sejalan dengan informasi bahwa Allah menjanjikan turunnya keberkahan dari langit dan bumi, ketika tegaknya Din Islam dalam kehidupan diwujudkan oleh penduduk negeri yang beriman dan bertakwa.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’râf [7]: 96)
Sungguh merupakan kebutuhan mendesak bagi umat untuk mewujudkan janji Allah ta'ala serta bisyaroh Rasulullah saw akan kembalinya institusi Khilafah. Institusi yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh yang nantinya akan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Institusi yang memberikan keadilan bagi seluruh umat manusia. Sehingga, solusi tuntas masalah Palestina tidak lain dan tidak bukan adalah tegaknya Khilafah. Wallahu a'lam.