Oleh. Asma S.
( Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Buton )
Belum lama ini memanas diskriminasi Hindu terhadap Muslim. Ini berawal ketika Perdana Menteri Narendra Modi mensahkan Undang-Undang (UU) Anti-Muslim atau UU Amandemen Warga Negara (CAB).
UU ini menjadi kontroversi di publik, khususnya warga India. Bahkan, sejumlah aktris Bollywood juga turut menyuarakan protes terhadap UU CAB, yang dianggap anti-Muslim. Dalam UU CAB dimuat tentang kemungkinan para imigran ilegal dari Afghanistan, Bangladesh dan Pakistan untuk mendapatkan kewarganegaraan, terkecuali mereka yang beragama Islam. Di bawah UU inilah umat Islam India juga akan wajib untuk membuktikan bahwa mereka memang adalah warga negara India. Karenanya, sangat besar kemungkinan warga Muslim India justru akan kehilangan kewarganegaraan tanpa alasan. Ini jelas menunjukkan bahwa UU CAB sangat diskriminatif terhadap umat Muslim.
Dampak dari UU ini, terjadilah konflik antara kelompok muslim dan Hindu. Protes damai dilakukan karena kelompok muslim merasa tidak adil terhadap Citizen Amandement Act (CAA) atau Undang-Undang perubahan kewarganegaraan. Protes damai kelompok muslim penentang CAA berubah menjadi kerusuhan ketika kelompok Hindu garis keras pendukung CAA menyerang demonstran muslim.
Akibatnya terjadi pembantaian besar terhadap muslim India. Salah satunya Yasmin, ibu tiga anak berusia 35 tahun, memegang tasbihnya yang berwarna biru dan putih ketika dia menunggu di kamar mayat sebuah rumah sakit untuk mengambil mayat abang iparnya yang babak belur. Dia baru saja kehilangan saudaranya yang seorang penduduk di lingkungan New Delhi. Kisah ini ditulis Stephani Findlay dan Ami Kazmin dari Financialtime.com (ft,com) pada 28 Februari lalu. REPUBLIKA.co.id (01-03-2020).
Jumlah korban jiwa akibat kerusuhan di New Delhi, India telah bertambah menjadi 20 orang. Sebanyak 189 orang lainnya tengah menjalani perawatan di rumah sakit karena terluka, termasuk sekitar 60 orang yang mengalami luka tembak. (detiknews,26/2/2020).
Mereka dibantai hanya karena statusnya sebagai muslim. Miris melihatnya ketika mereka di salahkan hanya karena Islam yang mereka anut. Parahnya lagi, PBNU di negeri ini malah mau tabayyun dulu kepada Kedubes India terkait tragedi berdarah itu.
"Silaturahim antara PBNU dan Kedubes India untuk mencari tahu duduk soal sampai perkembangan terakhir seperti apa," kata Wakil Sekjen PBNU, Masduki Baidlowi dalam acara talkshow di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2020. (Vivanews,29/2/2020).
Padahal pemberitaan dari media-media terpercaya sudah ada dimana-mana. Bahkan lengkap dengan gambar dan videonya. Harusnya pemerintah Indonesia sebagai negeri muslim mayoritas di dunia segera mengambil tindakan tegas terhadap pemerintah India atas tragedi yang menimpa saudara seakidahnya disana. Sayangnya, Menteri Agama malah meminta tokoh agama menahan diri soal konflik India Muslim. (CNN Indonesia, 29/02/2020).
Wajarlah jika kemudian kaum muslim negeri ini geram dengan respon pemerintah terkait apa yang dialami oleh kaum muslim India. Sebab perumpamaan umat Islam itu bagaikan satu tubuh. Sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).
Jadi ketika kita melihat saudara kita di India dibantai, dibunuh, ditindas dan lainnya maka menjadi hal yang wajar kita marah dan membela mereka. Bahkan bukan hanya sekedar mengecam tetapi mendesak pemerintah agar segera mengirim pasukan militer kesana.
Sayangnya karena kaum muslim dunia hari ini terpecah karena paham nasionalisme lewat sistem sekuler demokrasi yang diterapkan. Maka hal ini tentu mustahil terjadi. Hingga komentar ini dibuat, pemerintah Indonesia sebagai negeri muslim terbesar tak merespons apa pun. Sungguh sangat di sayangkan rasa kemanusiaan seperti telah terkikis dalam benak pemimpin muslim. Sebab terhalang oleh sekat-sekat negara. Kaum muslim lain sulit membantu saudara seakidah mereka yang terzalimi.
Duniapun seolah bisu jika yang mengalami diskriminasi, seperti penindasan hingga hilangnya nyawa berasal dari kaum muslim? Lantas di manakah mereka yang senantiasa berkoar-koar atas nama HAM? Kalau seperti itu, masih adakah HAM untuk umat Islam? Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun seakan tak memiliki andil dalam menyelesaikan permasalahan yang menimpa kaum muslim di seluruh penjuru dunia. Padahal sejatinya forum tersebut mampu mengakhirinya.
Jadi inilah saatnya kita harus sadar bahwa yang bisa menyelesaikan semua ini hanya khilafah. Karena dengan sistem yang benar, ini akan melahirkan pemimpin dan aturan yang benar pula. Yang bisa berlaku adil, bahkan bisa menolong apabila ada muslim yang tertindas seperti saat ini. Wallahu'alam Bissawab.
Tags
Opini