Kurangnya Rasa Kepedulian Pemimpin Dalam Menyikapi Wabah



                               Oleh : Idawati

Corona, makhluk kecil tak kasat mata yang menjadi momok mendunia bagi manusia hingga hari ini. Manusia panik, mulai dari rakyat biasa hingga konglomerat semua panik. Para pemimpin bangsa juga semestinya lebih panik lagi dalam menghadapi wabah ini. Sudah semestinya sejak awal munculnya wabah ini mereka mengambil langkah tegas dalam menghadapi wabah mematikan ini.

Namun di negeri ini, pemimpinnya begitu santuy menghadapi bahaya yang sangat mengancam. Tatkala korban telah berjatuhan, bukannya turun tangan langsung memantau keadaan dan membantu rakyatnya, malah menyerahkan pada daerah masing-masing dengan berkonsultasi bersama BNPB. PKS menilai Jokowi sepertinya melepas tanggung jawab kepada daerah(detik.com, 17 Maret 2020).

Sebelumnya, penguasa negeri ini mengadakan jumpa pers untuk merespon perkembangan situasi mengenai pandemi virus corona. Ia memerintahkan kepala daerah menentukan status bencana di daerah masing-masing. “Saya minta kepada seluruh gubernur, kepada bupati, kepada seluruh walikota untuk terus memonitor dan berkonsultasi dengan pakar medis dalam menelaah setiap situasi yang ada.” Kata Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, minggu 15 Maret 2020. (detik.com, 17 Maret 2020)

Dengan melihat fakta-fakta yang ada berdasarkan pembicaraan Presiden tersebut, ditambah tidak adanya penolakan terhadap kedatangan warga negara asing masuk ke Indonesia, khususnya warga negara Cina yang merupakan tempat munculnya  virus corona. Sangat terlihat bahwa pemimpin negeri khatulistiwa hari ini kurang menampakkan kepedulian serius atas apa yang terjadi pada negara dan rakyatnya.

Alhasil, kini telah nampak nyata begitu banyak korban yang sudah terjangkit virus berbahaya tersebut (virus corona). Ada yang menjadi ODP/PDP dan ada yang  masih dalam tahap pemeriksaan pemeriksaan (suspec). Kondisi Indonesia kini darurat corona. Sekolah diliburkan, kerja dari rumah, dan  masyarakat diminta untuk tetap tinggal di rumah selama masa darurat. Dengan kata lain, diseru untuk mengisolasi diri dalam jangka waktu yang panjang akibat adanya ancaman penularan virus corona tersebut.

Memang bukan kehendak kita semua, juga bukan kehendak pemimpin yang menginginkan adanya virus berbahaya ini masuk ke negeri ini. Tetapi setidaknya dari awal pemimpin bisa mengambil tindakan tegas untuk tidak membebaskan turis-turis asing masuk ke Indonesia terutama turis asal Cina karena  sudah jelas virus berbahaya tersebut berasal dari negerinya (Cina).

Pada awal munculnya virus corona, beberapa negara disibukkan memulangkan turis Cina ke negara asalnya. Karena khawatir dan takut atas penularan virus corona tersebut. Tetapi Indonesia malah  sebaliknya, Indonesia justru dengan senang dan bangga menerima turis-turis Cina masuk ke Indonesia. Bahkan ada yang disambut dengan berbagai jenis tarian. Ini sangat aneh, karena mengesampingkan bahaya yang mengintai atas dasar manfaat, namun pengambilan manfaat tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi di kemudian hari.

Hingga saat ini, belum nampak ketegasan dari bapak presiden untuk mengeluarkan aturan lockdown. Yang tejadi hanyalah menyeru para bawahannya untuk mengambil alih para rakyatnya dimasing-masing daerah agar mengadakan isolasi diri. Padahal sudah sepatutnya seorang pemimpin menjaga kesejahteraan dan keamanan rakyatnya. Terutama dalam situasi yang genting seperti saat ini. Dengan cara mengambil tindak tegas untuk tidak mengizinkan warga negara asing masuk ke wilayahnya demi keamanan dan kesehatan warga negara.

Islam yang merupakan agama yang sempurna punya solusi tersendiri dalam menghadapi wabah yang menjadi pandemi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memperingatkan umatnya agar tidak berada di dekat wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya jika berada di tempat yang terkena wabah dilarang untuk  keluar. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis yang artinya :
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari)

Dari sini kita seharusnya semakin menyadari bahwa kita butuh seorang pemimpin yang benar-benar melayani dan mengayomi serta mangutamakan rakyat atas dirinya. Memikirkan dan mengutamakan rakyatnya dalam segala hal terutama pada hal-hal yang bisa membahayakan jiwa-jiwa rakyatnya. Pemimpin seperti ini hanya bisa di temukan dalam sistem Islam. Pemimpin yang mengikuti metode Nabi Muhammad saw. yang senantiasa tunduk pada aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah Swt, dan menerapkan Islam secara kaffah, sebagaimana yang telah di contohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ketika terjadi wabah Amawas.

Wallahu A’lam Bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak