Oleh : Ummu Aqeela
Moral, akhlak, etika, atau susila adalah istilah menyebut ke manusia atau orang lain dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lain. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Akhir-akhir ini sering terlihat di lingkungan sekitar, sekolah, bahkan di media sosial terdapat banyak sekali berita dan tontonan dengan suguhan yang amoral, dari ucapan dan tingkah laku yang bahkan terkadang dipertontontonkan dengan bangganya. Tanpa sadar apa yang mereka lakukan bisa jadi memberi contoh serta Inspirasi orang lain untuk melakukan hal yang serupa. Bahaya lagi jika tingkah laku amoral ini merasuk dan menyusup dengan intens ke dunia pendidikan, yang seharusnya dunia itu adalah dunia dimana moral atau akhlak menjadi pondasinya. Lebih lebih jika tindakan amoral tersebut dilakukan oleh seorang figur pendidik yaitu guru yang seharusnya menjadi contoh dan panutan para pelajarnya.
Lensanusantara.net Surabaya 12/03/2020, Aksi bejat seorang guru SD Swasta, yang memperdayai para siswa siswinya dengan melakukan tindakan amoral yaitu pencabulan, pasalnya untuk melampiaskan nafsunya yaitu dengan cara membujuk rayu korban untuk memeriksa kesehatannya. Identitas pelaku yakni bernama Nicolas Hamdy Biantoro (40), asal Jalan Baruk Utara 8/31 Surabaya. Tersangka ini, merupakan seorang Guru SD di salah satu sekolah di Surabaya Timur.
Dari aksinya sebelum tertangkap, sebanyak delapan anak dan semua adalah anak didiknya. Diantaranya tiga siswi dan lima siswa. Wakasat Reskrim Polrestabes Surabaya Kompol Ardiansyah Satrio Utomo mengatakan, modus tersangka untuk memperdaya korbanya diajak kerumahnya, selanjutnya disuruh mandi.
“Setelah korban usai mandi, selanjutnya tersangka memeriksa tubuh korban dengan menggunakan stetoskop. Disitulah tersangka mulai meraba tubuh korban hingga melakukan pencabulan,” ujar Ardiansyah Satrio Utomo, Kamis (12/3/2020).
Sungguh ironi menyaksikan betapa bobroknya moral umat saat ini, maksiat merajalela hingga pemerkosaan, pembunuhan seolah menjadi berita yang tak pernah berhenti absen setiap harinya. Umat tidak hanya tercekoki dengan berbagai tontonan porno semata, namun mulai ada usaha untuk mempraktekkannya dengan jalan yang sesat dan tidak makruf. Mungkin seribu pertanyaan terbesit dalam hati, bagaimana mungkin seorang guru yang menjadi tonggak pendidikan bisa terpapar virus amoral, yang bukan hanya mengancam dirinya secara personal namun mengancam generasi masa depan.
Dan jawaban dari pertanyaan itu hanya satu, karena Sekulerismelah Induk dari segala permasalahan yang ada. Pemahaman yang menjauhkan umat dari agamanya, sudah berhasil memporak porandakan kegemilangan Islam dan menyulap menjadi pelaku Hedonis, yang syarat dengan pergaulan bebas dan amoral. Pemahaman ini juga yang menafikkan syari’at Allah dalam mengatur kehidupan. Apalagi dengan kondisi saat ini, berbagai perkembangan tekhnologi hingga membuat umat makin terlena dan menjauhkan dari hakikat hidup yang sesungguhnya. Media digital sebagai produk tekhnologi barat merupakan madaniyah yang syarat dengan hadhoroh barat, telah terbukti mampu bertindak sebagai mesin pengrusak dan penghancur umat saat ini.
Saat ini tekhnologi bukan lagi sebagai kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. Yaa benar, Way of Life bagi umat sekarang ini. Tetapi malangnya, perkembangan tekhnologi saat ini disalah gunakan, bahkan tanpa sadar umat sudah ternahkodai secara perlahan dan pasti. Baik itu lewat pemikiran, cara berpakaian, gaya hidup dan bahkan tingkah laku sehari-hari. Sehingga jika tidak ada benteng yang ampuh, umat akan terus tersungkur tidak berdaya, tujuan hidup tidak terarah, dan akan terus hanyut dibawa arus deras sekulerisme yang menyesatkan. Karena fenomenanya sekarang bukan asing lagi namun sudah mendarah daging. Kesannya umat tidak benar-benar hidup, namun telah mati sebelum mati. Buktinya kiprah Islam sebagai tonggak Peradaban, kini menguap.
Begitupun dengan sistem pendidikan berbasis kapitalismepun, kian melengkapi kehancuran moral umat saat ini. Tidak ada lagi penanaman akidah yang kuat lagi kokoh, yang ada hanya memfokuskan mempersiapkan generasi yang dicekoki dengan pemahaman memperoleh materi dan prestasi duniawi. Kebanyakan dari mereka tumbuh menjadi generasi yang cerdas, namun miskin moral serta jauh dari koridor Islam. Dan yang pasti semakin lama sistem ini akan seperti bom waktu yang meledak, dan menghancurkan peradaban manusia secara sistemik.
Sesungguhnya tidak ada solusi lain dari permasalahan yang menimpa negeri ini selain kembali kepada Islam. Hal ini adalah sebuah keniscayaan bahwa hanya Islam yang bisa mencabut permasalahannya hingga ke akarnya. Sempurnanya Islam tak lagi diragukan, bahkan telah tertulis dalam tinta emas peradaban dunia. Islam mampu membina Umat, mulai dari Individu, Keluarga, Masyarakat bahkan hingga Negara. Sistem pendidikannya pun memiliki kurikulum berbasis Islam, yang pastinya berkontribusi besar dalam membentuk generasi berkepribadian Islami. Dan tentu saja dengan tenaga-tenaga pengajar yang mumpuni dengan ketaa’tan kepada Allah sebagai kuncinya. Media dalam Islampun akan diatur sedemikian rupa dengan pembinaan sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk memberikan edukasi kepada Umat dengan menampilkan konten-konten yang mendidik, bahkan kian mengokohkan akidah. Dalam konteks menyelesaikan masalah amoral, media juga sangat dibutuhkan sebagai wasilah untuk menjelaskan ke umat bagaimana sistem pergaulan antara pria dan wanita dalam Islam. Bukan seperti sekulerisme dan kapitalisme yang membuat negara menjadi fasilitator tayangan-tayangan tidak senonoh dan merusak moral umat. Sebaliknya dengan Syari’at Islamlah negara akan memfilter dan menutup semua celah yang dapat menghantarkan pada kerusakan moral yang parah.
Demikianlah Islam, satu-satunya pemahaman yang menyelamatkan dan mencetak umat yang berakhlak karimah. Dan semua itu akan terwujud jika hanya dengan cara mencampakkan tatanan hidup sekulerisme kapitalisme dan beralih ke tatanan hidup Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Rasyidah Islamiyah.
Wallahu’alam bishowab.