Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Muslimah Penulis Sidoarjo
Media sosial YouTube adalah salah satu kemajuan teknologi paling favorit. Setiap orang bebas mengekspresikan apapun bahkan kemudian mendapatkan penghasilan dari konten yang kontinu diupload.
Banyak orang yang kemudian dikenal dengan Youtuber , menikmati " jerih payah" mereka. Menikmati apa yang selama ini mungkin mereka impikan. Menjadi idola dari ribuan bahkan ratusan ribu follower. Memberikan harta yang berlimpah. Uploadnya ditunggu, sekali upload like dan share tak terbilang , demikian pula daftar yang ingin memfollow mengular.
Dengan kecanggihan teknologi, mereka dimudahkan urusannya. Namun di sisi lain, dampak buruknya tak bisa dianggap remeh. Semua karena konten yang rutin diunggah tak ada rambu yang jelas. Banyak yang bernuansa pendidikan, sains dan teknologi yang sifatnya informatif dan edukatif. Namun juga tak sedikit yang menampilkan konten porno,tak senonoh, bahkan hingga kehidupan pasangan sejenis.
Bahkan komunitas tak normal seperti hidup telanjang di hutan, penikmat galeri alat kelamin perempuan dan lain sebagainya yang sangat-sangat bertentangan dengan kehidupan manusia normal. Dan mereka mendapat apresiasi di youtube, dengan jumlah tayangan diatas satu juta. Bisa dibayangkan penghasilan mereka, maka YouTube memang mereka jadikan sebagai wadah untuk eksis sekaligus mata pencarian guna membiayai gaya hidup mereka, yang di masyarakat umum masih pro dan kontra.
Hukumnya semakin banyak penonton, follower bahkan yang suscribe maka peringkatnya akan naik, di mesin pencarian google juga akan mudah diakses sebab ia ada dirangking teratas pula, terlepas followernya beli ataupun tidak. Namun yang jelas, nitizenlah yang menghidupkan mereka dan membuat mereka bisa bertahan.
Dalam kacamata syara, ini adalah bentuk kemunduran berpikir masyarakat yang parah, bahkan sakit! Sebab Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baik penciptaan dan diberi akal sekaligus yang mampu membedakan fungsi dan kualitas hidupnya dari binatang.
Namun, ide sekulerisme yang menjunjung tinggi kebebasan manusia, telah menghancurkan apa yang sudah diciptakan Allah. Sebagaimana yang dijelaskan Allah di Quran surat Ar Rum : bahwa kerusakan di bumi dan lautan adalah akibat tangan-tangan manusia. Akal yang terbatas lebih sering koyak dengan derasnya arus nafsu syahwat.
Yang kemudian sangat mengkhawatirkan adalah kaum Muslim justru menjadikan kehidupan bebas ala hewan ini sebagai kiblat. Segala sesuatu yang berasal dari barat sekalipun tak masuk akal tetap menjadi acuan hidup modern. Astaghfirullah. Memang bisa kita meblokir tayangan yang tak pantas itu, namun konten-konten tersebut nyatanya adalah " jualan" yang difasilitasi oleh negara pengemban demokrasi.
Sehingga keberadaannya sangat terjamin oleh payung UU tak kasad mata, melibatkan jaringan pengusaha besar dan penguasa bobrok. Ini bisa dibuktikan dari pernyataan menkominfo yang kesulitan menutup situs porno dan perjudian online.
Interaksi dunia memang seharusnya diatur dalam sebuah aturan yang sama, agar ada keseragaman pula apa yang boleh dan tak boleh tayang dari sisi kecanggihan teknologi. Ini artinya kita sedang berbicara ideologi, yang harus mampu melawan ideologi kufur hari ini. Dan itu hanya ada dalam Islam.
Demikian pula edukasi masyarakat tentang hidup yang lebih produktif dengan memanfaatkan media sosial dengan bijak. Tak sekedar mempertaruhkan hawa nafsu. Terlebih bagi muslim yang setiap aktifitas adalah amal ibadah, maka harus ada upaya menjauh dari hal yang membahayakan akal dan akidahnya.
Sebab salah satu yang diharamkan dalam Islam adalah semua yang mengganggu akal, baik berupa pemikiran, benda konsumsi maupun tayangan. Oleh karena itu negara harus berdiri sebagai junnah ( perisai) yang siap berdiri di depan rakyat tak sekedar sebagai filter tapi juga bergerak tegas dengan penegakkan hukum yang mampu menjerat pelaku pornografi, pornoaksi dan amal yang bakal merusak akal seseorang. Wallahu a' lam bish showab.
Tags
Opini