Oleh: Azina Fauziah
(Aktivis Dakwah dan Member Komunitas Pena Langit)
Pendidikan yang harusnya mencetak manusia yang berkompeten, ahli dan berkarater kini justru semakin mencetak generasi sesuai korporasi untuk memenuhi kebutuhan pasar industri. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dan sikap pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, yang menyatakan akan meluncukan program pendidikan baru bagi perguruan tinggi yakni Kampus Merdeka.
Dilansir dari kompas.com, Mendikbud menerangkan bahwa paket kebijakan Kampus Merdeka ini menjadi langkah awal dari rangkaian kebijakan untuk perguruan tinggi.
Kampus Merdeka mengusung empat kebijakan di lingkup perguruan tinggi yaitu sistem akreditasi perguruan tinggi yang kini bisa diperbarui dengan mudah bahkan dengan jangka yang dipersingkat menjadi 2 tahun saja, Hak belajar tiga semester dimana dua semester untuk magang memberikan pengalaman kerja dan satu semester diluar prodi jurusan, memberikan kemudahan kampus untuk membukaan prodi baru dan memudahkan perguruan tinggi dan swasta untuk menjadi PT-BH.
Pernyataan Mendikbud ini pun semakin ia tekankah bahwa nantinya kampus memerlukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan, star up, BUMN bahkan lembaga dunia seperti PBB. Mereka dipersilahkan untuk join menyusun kurikulum kampus dan menyerap tenaga kerja dari universitas sesuai kebutuhan industri nantinya setelah program ini dilaksanakan.
Padahal bila kita menilik peran utama negara sebagai pengurus urusan rakyat justru semakin tersingkir dan minim terjun langsung dalam pengurusan pendidikan. Negara seolah ingin lepas dari pengurusan rakyatnya dan memberikannya kepada korporasi.
Inilah wujud pendidikan kapitalis yang hanya berorientasi mencetak para intelektual mengejar kepentingan diri sendiri seperti urusan materi. Mematikan peran intelektual dalam pengembangan inovasi dan riset-riset keilmuan mereka hanya demi mendapatkan materi berupa uang dan jabatan. Lalu menjadikan mereka lupa akan tugas sesungguhnya mereka dalam masyarakat yakni sebagai intelektual yang hadir untuk kemaslahatan umat.
Islam selama penerapan kaffahnya telah mencetak generasi-generasi yang cemerlang pada saat institusi khilafah ada. Negara Islam mampu mencetak generasi cemerlang sebab Islam mementingkan pendidikan sebagai pondasi peradaban.
Islam mencetak generasi cerdas nan beradab sebab asasnya ialah akidah islam. Pendidikan Islam ialah upaya tersistematis untuk menjadikan generasi islam memiliki kepribadian islam, menguasai pemikiran islam dengan handal, menguasai ilmu-ilmu terapan, dan memiliki keterampilan yang berdaya guna.
Pendidikan islam seperti inilah dapat mencetak intelektual yang cerdas secara keilmuan namun juga fakih fii dien dalam ilmu agama. hal ini berbeda sekali dengan pendidikan kapitalis yang hanya menghasilkan intelektual sekuler. Waallahu'alam Bish Showab.
Tags
Opini