Oleh : NS Rahayu
Radikalisme masih menjadi isu santer sebagai barang dagangan yang terus dimasifkan baik skala nasional maupun lokal. Tak pernah habis serangan ini dijadikan bahan gorengan ditangan media-media yang menjadi corong kesuksesan berita ditengah masyarakat dengan segala status sosial. Mereka terus ditakut-takuti dengan isu radikal ini bahkan para ASN (Aparatur Sipil Negara) ikut terambah digoreng isu radikalisme sehingga aktivitas mereka terus diawasi, diintai, hingga semua ucapan baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Sebagaimana Pacitanku.com, (19/2/2020) memberitakan bahwa : Ada peringatan bagi seluruh aparatur sipil negara (ASN) di Pemkab Pacitan, utamanya dalam melakukan postingan di jejaring media sosialnya, tak lepas dari pantauan. Hal tersebut didasarkan pada Surat Edaran (SE) Menteri PAN dan RB No. 137/2018 tentang Penyebarluasan Informasi Melalui Media Sosial bagi ASN.
Sementara itu, sebagaimana informasi yang dirangkum media dari sumber yang bisa dipercaya, bahwa saat ini diduga ada sekitar belasan ASN lingkup Pemkab Pacitan yang diduga terindikasi terpapar radikalisme. Namun begitu, Tri Mudjiharto Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Pacitan, Tri Mudjiharto, disela-sela prosesi hari jadi Kabupaten Pacitan ke-275, Rabu (19/2).
Perlu dipahami, ada tiga tingkatan seseorang masuk dalam jaringan radikalisme. Yang pertama mereka menganggap seseorang atau kelompok yang berbeda keyakinan merupakan kafir dan harus diperangi atau dimusuhi. Fase yang kedua, yaitu kelompok jihad. Yaitu mereka yang berbeda keyakinannya harus dilawan dengan kekerasan atau bahkan membunuhnya. Tindakan tersebut dikamnainya sebagi jihad. Dan fase paling puncak yaitu, mereka yang mewacanakan ideologi baru dan bertentangan dengan ideologi yang telah ada.
Makna radikalisme diatas sangat bias karena tidak ada spesifikasi tertentu sehingga dapat mengarah kemana saja. Terlebih arah tuduhan radikal terus distempelkan kepada pihak yang bersebrangan dengan pemerintah, siapapun yang berani mengkritik pemerintah maka stempel radikal akan diberikan dengan sangat mudah bahkan hingga pada pemecatan menjadi hal lumrah. Disisi lain stempel radikal ini sangat bertolak belakang ketika cuitan itu ditujukan kepada islam, sekejam apapun cuitan terhadap islam dan melukai perasaan muslim pelakunya tidak akan terkena UU ITE meski beberapa laporan resmi sudah diajukan ke kepolisian.
Stempel radikalisme ternyata juga tidak akan diberikan kepada individu maupun golongan/organisasi islam yang hanya mengajarkan islam secara parsial saja, yang hanya membahas soal sholat, zakat, haji, sabar, dan harus taat dengan pemimpin. Karena individu/organisasi ini tidak membahayakan eksistensi penguasa. Nampak jelas bahwa radikalisme ditujukan kepada individu ataupun organisasi yang membahayakan eksistensi penguasa. Inilah bukti bahwa radikalisme merupakan alat penguasa untuk mengokohkan kekuasaannya, menutupi semua kebobrokan rezim dan menutupi semua kegagalan kerja rezim.
Isu Radikalisme Alat Memadamkan Islam
Menilik masifnya gorengan radikalisme dan dilakukan baik skala nasional maupun lokal, jelas ada tujuan yang hendak mereka capai, yaitu menghambat dan memadamkan Islam ideologis agar umat enggan bangkit dan bersatu, karena bangkit dan bersatunya umat adalah kunci kehancuran kekuasaan kafir.
Program deradikalisasi yang terus masif dilakukan bukan tanpa dana, kucuran dana terus mengucur untuk proyek ini. Aliran dana dari luar negeri terus mengalir hal ini membuktikan bahwa program deradikalisasi bukan semata-mata program dari penguasa dalam negeri, namun ini merupakan program global tersistemik yang terus dimasifkan ke jantung Islam.
Setelah WOT (war on terorisme) yang digagas oleh Bush dengan serangan 11 September 2011, barat mengkampanyekan secara global war on radicalism (perang radikalisme) untuk meluaskan jangkauannya. Sekecil apapun kekuatan islam yang mengarah pada perubahan sistem akan diberangus dan padamkan. Ada ketakutan AS atas kebangkitan kembali Islam yang mampu menumbangkan hegemoninya selama ini.
Persatuan Umat Kunci Kemenangan
Musuh Islam melihat geliat kaum muslim yang terus bangkit dan ingin bersatu, tidak hanya pada skala nasional namun sudah lintas dunia dan hal ini sangat berbahaya jika umat islam bangkit dengan keislamannya maka kekuatan AS sebagai kampium dunia sekulerisme dan demokrasi tidak akan laku lagi menjadi akhir kekuatan mereka.
Upaya keras mereka untuk memalingkan umat dari Islam dan ikatan persaudaraan sangat masif dengan isu radikalisme. Allah, SWT telah menginggatkan umat muslim untuk tidak memalingkan diri dari syariat kaffah dalam TQS Al Maidah : 49,
“Berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya upaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunan Allah kepadamu”
Persatuan umat adalah kunci kemenangan untuk melepaskan cengkeraman penjajahan mereka atas tanah kaum muslimin. Hal ini membuktikan bahwa islam kaffah merupakan musuh utama bagi AS, sekaligus membuktikan bahwa kemenangan Islam tidak bisa dibendung akan segera datang memimpin dunia. Wallahu’alam bishawab