Islam Wujudkan Ketahanan Keluarga Kuat dan Kokoh



Oleh: Ayu Susanti, S.Pd



Keluarga adalah harta yang paling indah. Begitulah orang-orang menyebutnya. Dan memang begitu kenyataannya. Hampir semua orang mendambakan keluarga yang harmonis penuh dengan kehangatan, kasih sayang, saling menjaga dan menghormati serta bisa saling memotivasi untuk melakukan hal baik dan positif. Namun jauh panggang dari api, kita bisa melihat keluarga muslim khususnya saat ini sedang dilanda banyak masalah. 
Tak bisa dipungkiri banyak sekali konflik yang terjadi menghiasi keluarga-keluarga yang ada di negeri zamrud khatulistiwa ini.


Tingkat perceraian yang semakin menjadi menambah deretan fenomena buruk keluarga. Berdasarkan data yang dikutip detikcom dari website Mahkamah Agung (MA), Rabu (3/4/2019), sebanyak 419.268 pasangan bercerai sepanjang 2018. Dari jumlah itu, inisiatif perceraian paling banyak dari pihak perempuan yaitu 307.778 perempuan. Sedangkan dari pihak laki-laki sebanyak 111.490 orang. (detik.com, 03/04/2019).


Tentu dengan adanya kasus perceraian akan berdampak pada keutuhan keluarga. Dari efek perceraian ini lari kepada masalah siapa yang akan mengurusi anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga tersebut? Lantas bagaimana nafkah anak-anak dan nafkah mantan istri? Dan dampak lainnya yang tak bisa disebutkan seperti bagaimana kepribadian seorang anak yang tumbuh dari keluarga broken home?

 Justru bisa jadi kasus perceraian ini sebagai awal mula masalah lain bermunculan. Alih-alih ingin mendapatkan ketahanan keluarga yang kuat tapi justru sebaliknya malah melahirkan keluarga yang lemah dan rapuh, dan tentu hal ini akan berefek pada generasi penerus bangsa.

Perceraian merupakan kasus yang mengerikan yang menimpa suatu keluarga. Ini artinya impian keluarga harmonis dan kuat tidak akan pernah terwujud, karena tatanannya pun sudah hancur dan tercerai berai. Sudah tak lagi memiliki satu visi misi, tidak lagi saling menghormati dan memotivasi karena sudah berbeda tujuan sehingga menyebabkan berpisahnya pasangan suami istri. 

Banyak sekali penyebab dari perceraian ini. Penyebab terbesar perceraian pada 2018 adalah perselisihan dan pertengkaran terus menerus dengan 183.085 kasus. Faktor ekonomi menempati urutan kedua sebanyak 110.909 kasus. Sementara masalah lainnya adalah suami/istri pergi (17,55%), KDRT (2,15%), dan mabuk (0,85%). (https://databoks.katadata.co.id/, 20/2/2020).

Jika kita melihat pada penyebab perceraian yang ada di negeri ini, maka masalah keluarga yang terjadi tak bisa hanya diselesaikan oleh perorangan saja. Tak bisa juga hanya diselesaikan oleh suami istri dan keluarga yang terlibat saja. Namun perlu faktor negara untuk mengurusinya. Mengapa demikian? Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab yang cukup besar untuk menyumbang angka perceraian. 

Wajar jika ini terjadi. Mengapa? Karena salah satu penyebab perselisihan antara suami dan istri adalah masalah ekonomi. Tidak cukupnya nafkah lahir yang diberikan suami pada istri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyaknya kebutuhan dan beban hidup yang semakin berat. Ditambah pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan yang diperlukan oleh masing-masing keluarga ternyata tak ada jaminan bisa mendapatkannya. 

Dikarenakan hanya orang ber-uang saja yang bisa menikmatinya. Hampir semua harga serba naik sedangkan penghasilan suami tak bisa mencukupinya. Akhirnya solusi yang ditempuh biasanya sang istri pun ikut membantu mendapatkan penghasilan, sehingga pengurusan keluarga tak sedikit terabaikan. Lantas salah siapa? Tak bisa kita menyalahkan pihak istri atau sang ibu saja. Namun ini adalah masalah kompleks, masalah sistemik yang solusinya pun memerlukan solusi yang menyeluruh.

Sistem hidup yang dipakai saat ini bukan berasal dari sang Pencipta kita. Sistem hidup yang digunakan adalah sistem hidup buatan manusia. Sehingga dalam mengatur masalah ekonomi sampai aturan keluarga menggunakan aturan manusia. Sekulerisme adalah sistem buatan manusia yang memisahkan aturan Allah dari kehidupan. Maka dalam mengatur ekonomi pun menggunakan aturan ini. Sistem kapitalisme-sekulerisme menjadikan manusia yang memiliki modal banyak yang bisa berkuasa. 

SDA dikuasi oleh segelintir orang pemilik modal dan hasilnya dinikmati oleh kelompok orang tertentu. Pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan dikormesilkan sehingga kelompok orang menengah kebawah tak bisa merasakannya. Lapangan pekerjaan yang sempit sehingga pengangguran semakin menghiasi negeri ini. Keadaan ekonomi seperti ini yang bisa menjadi salah satu penyebab ketahanan keluarga hancur dikarenakan tak sedikit pasangan yang mempermasalahkan ekonomi dan ini menjadi bahan pertengkaran. Jika tak kuat menghadapi, maka akan berakhir pada perceraian.

Tentu, untuk menyelesaikan dan mengatur masalah ekonomi sehingga melahirkan kemakmuran dan kesejahteraan untuk rakyat bukan hanya peran individu tapi yang berperan besar adalah negara. Maka diperlukan perbaikan yang menyeluruh untuk menyelesaikan semua permasalahan yang ada.

Selain masalah ekonomi yang menerpa badai rumah tangga, tak kalah pentingnya sikap suami dan istri dalam merespon setiap konflik dan masalah yang ada. Tentu ini diperlukan ilmu yang tak sedikit. Untuk menyelesaikan masalah hidup terutama masalah rumah tangga diperlukan ilmu Islam dan keimanan yang kuat antar suami dan istri serta komunikasi yang baik antara keduanya. Islam adalah aturan yang sempurna. Semua masalah seperti masalah rezeki, riba, cara mendapatkan harta halal dan lain sebagainya diatur dalam Islam. Sehingga, jika salah satu masalah tadi menerpa keluarga kita, tentu kita bisa menyelesaikannya dengan baik tanpa harus merasa tertekan. Begitupun dalam masalah komunikasi, tak sedikit ego yang dikedepankan. Sehingga alih-alih menyelesaikan masalah tapi justru semakin menambah masalah jika kita menghadapainya dengan kemarahan dan kesalahpahaman. 

Oleh karena itu pasangan suami istri harus selalu belajar setiap hari bagaimana caranya memahami komunikasi yang baik, belajar untuk menjadi lebih baik lagi dan belajar bagaimana caranya untuk menjadi sosok dewasa dan bijak yang bisa mendudukan masalah sesuai porsinya dan menyelesaikannya dengan Islam.

Islam adalah aturan sempurna yang berasal dari Allah, pencipta kita. Tentu dalam Islam diatur seluruhnya termasuk bagaimana menciptakan ketahanan keluarga yang kuat, kokoh dan diridhoi oleh Allah. Selain ada langkah-langkah personal yang harus ditempuh untuk mewujudkan ini, tentu ada langkah sistem yang harus ada, yakni menggunakan sistem hidup Islam.

Termasuk dalam mengatur masalah ekonomi yang menjadi salah satu penyebab kerusakan keluarga. Islam mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat karena pemerintah akan sangat memenuhi kebutuhan primer seluruh rakyatnya sehingga tak akan ada lagi cerita kekurangan bahan pokok, sulitnya lapangan pekerjaan, biaya pendidikan dan kesehatan selangit dan masalah lainnya. Islam akan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan rakyatnya serta akan menjamin pendidikan, kesehatan dan keamanan bagi rakyat.

Jika masalah ekonomi terselesaikan dengan baik maka perselisihan dalam suatu keluarga akan berkurang. Sehingga ancaman perceraian tidak akan terjadi.
Selain itu ada langkah personal yang bisa kita tempuh untuk mewujudkan ketahanan keluarga yang diharapkan, diantaranya:
1. Kokohkan keimanan anggota keluarga dari mulai ayah, ibu dan anak-anak. Karena modal keimanan ini yang menjadi landasan kuat untuk menghadapi berbagai ujian yang menimpa keluarga.

2. Perbanyak ilmu agama. Kejarlah ilmu Islam kemanapun. Semua anggota keluarga harus menyadari bahwa menuntu ilmu agama adalah kewajiban bagi semua muslim. Ilmu Islam ini yang bisa menjadi bekal dalam meniti kehidupan.

3. Memiliki visi misi keluarga islami yang tak hanya berkumpul di dunia tapi bisa berkumpul di Syurga-Nya Allah kelak bersama-sama. Dengan ada visi misi yang terarah maka akan terlahir keluarga harmonis, saling menjaga, menghargai, menghormati, menasihati dan hanya menginginkan keridhoan Allah semata.

Tentu hal ini akan terwujud jika semua keluarga muslim menyadari betapa pentingnya Islam dalam mengatur kehidupan. Dan pemahaman ini hanya bisa terwujud jika semua memahami Islam secara menyeluruh. Oleh karena itu, kita selaku ummat muslim harus memiliki kesadaran untuk bisa kembali pada Islam dalam mengatur kehidupan ini.
Wallahu’alam bi-ashowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak