Generasi Rusak Akibat Liberalisme



                       Oleh: Yunanda Indah
                        Aktivis BMIC

Dewasa ini publik dikejutkan dengan kasus pembunuhan berencana dan sadis yang dilakukan remaja perempuan usia 15 tahun terhadap balita yang merupakan kawan bermainnya di Jakarta.

Gadis remaja yang berinisial NF ini dikenal tertutup dan memiliki sifat pendiam. Namun tidak bisa terelakan lagi, ia juga pun memiliki sifat yang amatir yaitu suka berprilaku kasar dan sadis pada binatang seperti kodok ditusuk pakai garpu dan kucing kesayangannya dilempar dari lantai 2.

Pembunuhan yang dilakukan NF merupakan pembunuhan berencana, dimana NF membuat gambar seorang perempuan yang sedang terikat tali. Dan hal yang serupa pun dilakukan NF terhadap bocah 5 tahun.

Melihat keberanian NF dalam melakukan aksi jahatnya terhadap balita, bukan tanpa sebab ia berani melakukan pembunuhan. Tapi ada motif lain yang menstimulusi ia melakukan kejahatan.

Faktor penyebab pembunuhan yang dilakukannya bermula pada tontonan film horor. NF menyukai film horor salah satu tokoh favoritnya  adalah Slender Man dalam film tentang penculikan remaja. Slender Man adalah karakter supernatural fiksi yang digambarkan dengan sosok kurus tinggi  dengan kepala tanpa wajah dan chucky adalah chucky adalah karakter arwah pembunuh berantai yang masuk ke dalam tubuh boneka. (CnnIndonesia, 07/03/20)

Tampaknya kasus pembunuhan semakin menjamur di negeri dengan mayoritas muslim terbesar dunia.  Pelaku pembunuhan bukan lagi yang berusia dewasa, tapi anak-anak pun sudah berani melakukan tindakan sadis tersebut.

Miris sekali, anak-anak yang seharusnya menjadi generasi peradaban namun memiliki sikap yang tidak beradab. Kasus pembunuhan yang dilakukan anak-anak, ini bukan kali pertama tapi kasus ini merupakan kasus sekian kalinya yang pernah terjadi di Indonesia.

Semakin maraknya kasus pembunuhan yang terjadi di negeri ini, akibat penerapan sistem demokrasi yang menganut paham liberalisme. Dimana seseorang berhak bertindak seperti apapun dengan mengatasnamakan kebebasan, jadi hal yang wajar apabila banyak ditemukan aksi pembunuhan.

Dampak lain dari penerapan sistem sekuler liberal adalah tercabut nya rasa kemanusiaan, bahkan menghilangkan perempuan yang tak memiliki rasa belas kasihan. Padahal perempuan dianugerahi rasa kasih sayang terhadap sesama, tetapi dengan penerapan sistem sekuler liberalisme membuat perempuan berubah menjadi sosok yang sadis.

Lantas bagaimana peran pemerintah menyikapi maraknya kasus pembunuhan yang terjadi di bumi pertiwi? Nampaknya pemerintah hanya menyuguhkan solusi parsial atas berbagai macam permasalahan termasuk dalam problematika pembunuhan sadis yang dilakukan anak-anak.

Pendidikan karakter yang dicetus pemerintah, untuk menjadikan generasi yang berkarakter pancasila. Tampaknya tidak mampu dijadikan sebagai acuan untuk membentuk generasi bermoral, justru hanya melahirkan generasi-generasi amoral dan sadis.

Beginilah dampaknya apabila hukum manusia yang dijadikan landasan hidup. Dan tidak dapat dinafikan lagi, hukum buatan manusia hanya akan melahirkan banyak masalah bukan menyelesaikan masalah. Dimana sistem demokrasi yang menganut sekularisme liberalisme melahirkan generasi yang bersikap liberal dan sekuler.

Padahal Allah Swt telah menegaskan bahwasanya manusia tidak memiliki otoritas dalam menetapkan hukum.

“Menetapkan hukum itu hanya milik Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik." (QS. Al-An’am: 57)

Lantas sampai kapan prolematika pembunuhan akan berakhir? Selama sistem demokrasi diterapkan dan digaungkan,  maka sejatinya permasalahan tersebut tidak akan pernah berakhir. Lalu pertanyaanya, apa solusi fundamental yang bisa menyelesaikan segala problematika yang terjadi  di negeri ini? Jawabanya adalah kembali kepada sistem Islam.

Islam adalah agama syamil dan kamil yakni sempurna dan menyeluruh.
Seluruh permasalahan umat, Islam punya aturan serta solusinya. Dan ini terbukti selama 13 abad yang lalu saat Islam berjaya menaungi sampai 2/3 dunia dalam naungan institusi bernama khilafah hanya terdapat 200 kasus lebih, termasuk dalam kasus pembunuhan.

Islam mampu menciptakan generasi-generasi yang berkualitas baik dari segi Keimanan maupun dari segi pengetahuannya. Seperti Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Ahmad, Al- Khawarijmi, Ibnu Sina dan sebagainya. Generasi-generasi berkualitas dan berkuantitas ini terlahir dari rahim Islam.

Lahirnya generasi emas, semua ini tidak terlepas bagaimana peran dari penguasa mewujudkan output pendidikan yang berakidah Islam dan berakhlaqul karimah.

Adapun cara Islam membentuk generasi yang berkualiatas.

Pertama, mencetuskan sistem pendidikan berbasis akidah Islam agar generasi yang diharapkan sesuai dengan standar Islam, bukan standar kapitalisme yang berdasarkan asas maslahat.

Kedua, strategi pendidikan yang diajarkan oleh Islam yakni membentuk aqliyah Islamiyah (pola pikir Islam) dan syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam). Hal ini dilakukan agar menjadikan Islam sebagai tolok ukur dalam segala aspek perbuatan dan tidak mudah menanggalkan identitas muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan oleh kebijakan negara, agar tercetaknya pemuda berkarakter Islam yang menguasai berbagai bidang keilmuan baik dari aspek agama seperti ijtihad, ushul fiqh dll, dan juga menguasai ilmu terapan lainnya seperti bidang kedokteran, matematika, fisika dll.

Keempat, strategi pendidikan. Negara wajib memberikan akses kemudahan bagi tiap individu dalam menempuh pendidikan.

Dengan metode pendidikan yang berlandaskan metode Islami maka akan melahirkan generasi yang berkualitas seperti ini generasi al-fatih, Imam syafi'i dan sebagainya.

Jadi generasi terbaik hanya akan tercapai saat hukum Islam diterapkan dalam naungan Khilafah Islamiyah. Maka sudah sepatutnya kita mendukung penerapan syariah Islam dan penegakkan Khilafah.

Waullahu’alam Bish Shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak