Feminisme Mencabut Fitrah Perempuan



Oleh : Mardina,S.Pd

Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Islam diturunkan Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia dan mengatur tujuan hidup manusia sesuai fitrahnya. Kehadiran Islam juga untuk memperbaiki derajat dan perlakuan seseorang terhadap wanita. Allah dalam Al-Quran menjelaskan bahwa kedudukan wanita dalam islam sama dengan laki-laki. Wanita diciptakan sebagai pasangan buat laki-laki bukan sebagai budak atau harta yang bisa di perjual belikan.

Pada zaman Jahiliyah wanita dipandang rendah, budak nafsu, bahkan tidak berarti sama sekali. Dahulu perlakuan kafir Quraisy terhadap wanita sangatlah keji. Wanita tidak diizinkan untuk hidup. Setiap anak perempuan yg lahir akan dibunuh. Tidak hanya itu saja perlakuan orang kafir terhadap wanita. Pada zaman Jahiliyah tersebut wanita juga tidak diberi warisan, harta warisan hanya untuk kaum laki-laki. Wanita sama seperti barang yang bisa dijual-beli dan diwariskan, bahkan ketika meninggal seorg istri juga bisa diwariskan pada orang lain sama seperti hartanya.

Islam menjadikan wanita makhluk yang istimewa dan diangkat derajadnya dari kaum laki-laki. Bahkan dalam Al-Quran sendiri ada surat An-Nisa yang artinya wanita. Posisi wanita dalam Islam adalah pendamping laki-laki. Kodrat wanita dalam islam bukan bawahan atau pun atasan yang bisa diperlakukan sekehendak hati atau dituruti layaknya boss. Namun wanita adalah teman hidup yang sejajar. Wanita juga dilindungi kehormatannya dengan Allah desainkan pakaian taqwa untuk menutup auratnya agar wanita terjaga dalam pandangan dan terselamatkan dari fitnah.

Namun Kapitalisme Sekuler telah menyuburkan ide feminisme di dunia. Memaksa para wanita agar keluar dari fitrahnya. Wanita yang harusnya menjadi pendidik generasi justru dipaksa keluar rumah hanya untuk meraih kesuksesan duniawi. Yang ujungnya akan berakhir pada hancurnya tatanan keluarga muslim dalam masyarakat. Saat ini, perempuan diperlakukan dan dipandang sebagai komoditas dan "mesin pencetak" uang. Oleh karena itu, tidak heran kini kasus trafficking serta pelecehan perempuan kian marak. Kaum feminis mengklaim jika selama ini, pelecahan dan kekekarasan itu terjadi karena wanita tidak memiliki penghasilan sehingga hanya terus berada dibawah tekanan lelaki. Dan pemikiran sesat itu telah meracuni para wanita didunia, termasuk wanita di negeri-negeri muslim sepeti Indonesia.

Jika kita melihat kebelakang, kesetaraan gender/feminisme ini muncul dari orang-orang barat yang notabanenya kita tahu bukanlah beragama islam. Di barat sana wanita memang diperlakukan tidak sesuai fitrahnya. Sehingga wajar para wanita disanapun bersuara agar mereka diberikan hidup yang setara dengan laki-laki yaitu bisa bekerja dengan menghasilkan pundi-pundi uang agar tidak lagi dipandang rendah.
Kapitalisme pun membuat kemolekan tubuh dan kecantikan perempuan dijadikan aset iklan, model, film, video porno, penghibur, maupun pekerja seks yang dapat menyumbangkan pajak yang besar bagi negara. Kapitalisme terus berusaha untuk mengeksploitasi waktu, tenaga, pikiran, dan tubuh perempuan menjadi uang. Apapun dilakukan untuk menghasilkan dan mendapatkan uang. Kian tumbuh suburlah materialis di dunia

Standar kebahagiaan pun dikondisikan, agar semua orang mengartikan bahagia itu jika mempunyai banyak uang, gelar, kedudukan yang tinggi, dan hal lain yang berstandar pada materi. Sekilas hal ini mungkin terkesan biasa, namun di balik manisnya propaganda para kapitalis ternyata ada dampak bagi para perempuan, anak-anak, keluarga dan masyarakat.

Perempuan akan semakin banyak yang meninggalkan keluarganya untuk bekerja, baik dalam keadaan terpaksa maupun sukarela. Semakin banyak anak-anak yang kurang mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua, sehingga akan semakin marak pula kenakalan anak-anak atau remaja dari mulai berbohong hingga terjerumus dalam kriminalitas serta pergaulan bebas. Angka perceraian pun semakin meningkat karena timbulnya konflik, salah satunya penghasilan istri yang lebih besar dibandingkan suaminya.

Di sisi lain, masih ada perempuan yang sebenarnya tidak ingin bekerja dan meninggalkan anak-anaknya, namun karena kebutuhan yang semakin hari semakin mahal membuat para ibu rela menggadaikan kasih sayangnya demi memabantu sang suami agar terpenuhi kebutuhan hidup dalam keluarga. Jika kita lihat, permasalahan ini sebenarnya berasal dari sistem pemerintahan yang salah dalam mengelola pemerataan lapangan pekerjaan sehingga tidak semua para suami bisa bekerja. Sasaran kapitalisme sekuler memang hanya membidik para perempuanlah yang bekerja. Hal itu didukung dengan banyaknya lapangan pekerjaan bagi para perempuan ketimbang para lelaki.
Sayangnya, pemerintah di negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia justru terkesan mengabaikan fenomena yang menimpa perempuan di dunia ini. Pemerintah bahkan mendukung kondisi yang mendzalimi perempuan ini dengan membiarkan perusahaan-perusahaan mengeksploitasi pekerjanya, melegalisasi prostitusi sebagai jalan untuk pemberdayaan ekonomi perempuan.
Kehormatan dan kedudukan wanita hanya akan kembali ketika syariat islam diterapkan secara kaffah dalam negara yang bersistemkan islam. Oleh karena itu, campakkan kapitalisme, feminisme, dan isme-isme lainnya dan kembali kepada islam. Wallahu’alam……

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak