Nama Tara Basro mendadak viral. Bukan karena prestasi yang ditorehkannya di bidang akting, namun karena unggahan foto terbuka di akun media sosial miliknya. Berbagai reaksi bermunculan seiring pemberitaan yang semakin mencuat. Ada yang membela, namun tak sedikit pula yang menghujatnya.
Dalam unggahan fotonya tersebut, Tara berdalih bahwa dirinya sedang mengkampanyekan apa yang disebut sebagai "Body Positivity". Sebuah sikap penerimaan terhadap kondisi tubuh seseorang dan percaya diri dengan kondisi tubuhnya tersebut. Intinya, bagaimana seseorang bisa bersyukur akan keadaan tubuhnya, baik dari sisi bentuk, warna kulit dan lain sebagainya.
Sekilas, body positivity ini terdengar bagus. Terutama dari sisi penerimaan seseorang akan tubuh yang telah dianugerahkan Allah padanya. Namun, dari sisi lain, sikap ini ternyata sarat penyalahtafsiran. Seseorang bisa saja kemudian melakukan hal-hal diluar norma agama dengan mengatasnamakan body positivity sebagaimana yang dilakukan Tara Basro. Dengan dalih inilah, kemudian dia merasa sah-sah saja mengunggah foto syurnya dan dilihat khalayak ramai.
Tindakan sekehendak dengkul dengan memajang foto terbuka, bukan saja melanggar norma agama namun bisa juga berakibat fatal. Karena jika hal ini kemudian ditiru oleh orang lain atau fotonya tersebut justru dinikmati oleh anak-anak kecil, maka yang bersangkutan sama saja sedang merusak tatanan moral bangsa ini. Padahal, rasa syukur kita terhadap tubuh semestinya dimaknai dengan terikat terhadap aturan Sang Pencipta. Mengunggah foto diri yang terbuka, bukanlah tindakan yang bermoral walau dalihnya atas nama body positivity.
Lilih Marliah Zein
Gunung Batu, Kota Bogor
Tags
surat pembaca