"Aroma bisnis di balik virus corona"




By : Nora Putri Yanti

Di lansir dari titi. Id, Masker menjadi barang langka berharga tinggi setelah wabah Corona atau COVID-19 menjalar. Masyarakat berbondong-bondong membeli karena menganggap memakai barang ini dapat mencegah virus masuk ke tubuh.  Tapi kelangkaan ini ternyata bukan hanya karena orang-orang membeli untuk dipakai diri sendiri dan orang terdekat. Ada pula yang sengaja membeli dalam jumlah besar, ditimbun, lalu dijual lagi saat harga semakin melambung.
Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua Warga Negara Indonesia (WNI) positif COVID-19, produk pembersih tangan berbasis alkohol ludes dalam hitungan jam. Kami sempat memonitor pergerakan harga pembersih tangan di salah satu platform belanja online pada Senin, (2/3/2020). Sekitar Pukul 11.30 WIB, Jokowi menggelar konfrensi pers menyatakan Indonesia positif COVID-19. Hingga pukul 12.00 WIB harga pembersih tangan masih normal. Namun satu jam kemudian produk-produk tersebut mulai mengalami kenaikan harga.
Jika pada akhirnya masker serta pembersih tangan langka, lalu orang-orang sakit serta tenaga kesehatan tak dapat jatah, maka tak hanya COVID-19 tapi beragam penyakit mengancam kesehatan masyarakat Indonesia secara lebih luas. Orang sehat yang memakai masker tetap berisiko tinggi terserang virus, sementara tenaga kesehatan bisa ikut sakit karena tak dibekali alat pelindung yang memadai. Kemudian Indonesia harus bersiap menghadapi ancaman wabah selain COVID-19.

Disisi lain ada pula kontroversi penjualan masker sitaan oleh penyidik kepolisian, Polres Metro Jakarta Utara berencana menjual 60 ribu masker yang mereka sita dari sebuah gudang dengan harga normal, Rp22 ribu per boks yang isinya 50. Penjualan direncanakan dimulai hari ini di kantor polres. "Rp440 rupiah per lembar. Karena kami jual per 10 lembar, kami hargai Rp4.400 per 10 masker," kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Budi Herdi Susianto ketika dikonfirmasi, Kamis (5/3/2020). Budi mengatakan penjualan ini menggunakan diskresi berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian. "Tindakan yang kami lakukan agak sedikit melanggar aturan, tapi untuk kepentingan umum, masyarakat yang lebih luas," katanya. Rencana ini juga telah dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Budi berharap upaya ini dapat dicontoh kepolisian di wilayah lain. Menurutnya ini adalah salah satu cara menurunkan harga masker yang sekarang melambung tinggi. "Banyak masker maupun alat kesehatan yang disita, otomatis (masker) di pasaran makin langka. Prinsip ekonomi: barang makin susah, harga bisa makin melambung," katanya.

Sungguh aneh tapi nyata kelakuan orang-orang di negeri santuy ini, Ibarat sambil menyelam minum air, walaupun ini merupakan wabah yang menghilangkan nyawa manusia masih ada saja orang yang mengambil keuntungan ditengah musibah ini. Seharusnya dipermudah segala akses untuk pencegahan perkembangan virus ini malah dijadikan ladang pundi-pundi uang masuk, itulah wajah asli kapitalisme yang hanya mementingkan azaz kemanfaatan. 

Dalam pandangan Islam, sesungguhnya setiap musibah, penyakit dan sebagainya, adalah pengingat betapa lemahnya manusia, dan betapa kuasanya Allah. Jika ditinjau lebih dalam lagi, tentu kondisi ini menyadarkan kita bahwa benarlah firman Allah Subhanahu wata'ala:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (TQS. Ar-Ruum: 41)

Islam memang telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktikkan gaya hidup sehat. Selain memakan makanan halal dan baik, kita juga diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan. Apalagi sampai memakan makanan yang sesungguhnya tak layak dimakan, seperti kelelawar.Virus Corona akan segera terselesaikan ketika diikuti dengan langkah tepat dan cepat tanggap.

Dibutuhkan pemimpin yang amanah. Mengutamakan keselamatan rakyat di atas segalanya. Sebagaimana pernah dicontohkan para sahabat dalam menangani wabah. Kala wabah Tha'un melanda daerah Amwas, Palestina. Dan menyebar ke seluruh penjuru Palestina. Wabah ini telah menerima korban 25.000 jiwa. Ada pula yang mengatakan korbannya sebanyak 30.000 jiwa.

Ketika wabah ini memuncak dan beritanya sampai kepada Khalifah Umar bin Khatab ra, Umar segera mengirim surat kepada Abu Ubaidah yang meminta agar ia segera kembali dari daerah yang terkena wabah tersebut. Namun, Ubaidah menolak karena teringat sabda Rasulullah saw.: "Jika kalian mendengar wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi di suatu tempat dimana kalian berada, maka janganlah meninggalkan tempat itu." (HR. Bukhari).

Hingga akhirnya Ubaidah bin Al-Jarrah menjadi salah satu korban keganasan wabah Tha'un. Sabda Rasulullah tersebut merupakan langkah awal penganan wabah dengan melakukan isolasi yang mempersempit penyebaran wabah Tha'un. Ketika berbagai upaya tidak membuahkan hasil, langkah berikutnya yang dilakukan oleh Umar al-Khattab ialah menunjuk Amr bin Al-Ash. Beliau bukan seorang dokter apalagi memiliki kema

puan dalam bidang medis. Namun kecerdasan ala pendidikan Islam yang dimilikinya mampu mengurai persoalan wabah tha'un hingga namanya dikenang sepanjang masa.

Masih berharap dengan demokrasi yang selalu meneriakkan slogan dari rakyat dan untuk rakyat namun faktanya malah sebaliknya, abai dan lalai akan nyawa rakyatnya. Malah memikirkan agar perekonomian dalam negeri tetap stabil dengan memberikan diskon tiket pariwisata, Tidakkah kita rindu dengan ibu kandung kita yaitu khilafah yang dimana memposisikan sebagai rain (penanggung jawab) dan junnah (pelindung). Rasulullah SAW bersabda, "Imam [kepala negara] itu laksana penggembala, dan dialah penanggung jawab rakyat yang digembalakannya". Maka saatnya kita  mencampakkan sistem kapitalisme dan menerapkan aturan Islam yakni dalam bingkai sistem khilafah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak