Oleh: Binti Adib
Sejak kira-kira empat tahun terakhir, program moderasi agama digulirkan pemerintah. Program ini dibawah komando Kementrian Agama. Kementerian Agama terus memprioritaskan program-program terkait pengarusutamaan moderasi beragama. Hal ini disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat membuka Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan, di Makassar, Sulawesi Selatan (kominfo.co.id/16/4/2019).
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan moderasi beragama yang juga mengembangkan kebhinekaan di Indonesia masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) (media Indonesia/15/10/2019.
Menurut Sekretaris Dirjen Bimas Islam,Tarmizi Tohor,Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama, moderat, dan perdebatan agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.Bentuk ektremisme terjewantahkan dalam dua bentuk yang berlebihan. Dua kutub yang saling berlawanan. Satu pada kutub kanan yang sangat kaku dalam beragama. Memahami ajaran agama dengan menggunakan jauh-jauh penggunaan akal.
Kelompok yang memberikan porsi berlebihan pada teks, namun menutup bagian dari perkembangan yang terjadi. Sebaliknya, ada sebagian kelompok yang memberikan porsi lebih besar atau tantangan dalam kesulitan. Terkait, dalam mengambil keputusan, kelompok ini menentang sangat penting dan memberikan ruang yang bebas melawan akal.
Kedua kelompok ini tidak akan pernah mampu memosisikan diri sebagai khalifatun fil ardh, terlebih lagi menjadi rahmat bagi segenap alam. (m kemenag.co.id/13/9/2019)
Dengan kata lain ,program moderasi beragama adalah program untuk menghentikan apa yang mereka sebut ekstrimisme.
Ide Kontroversial
Belakangan ini muncul pernyataan kontroversial dari Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi agama merupakan musuh Pancasila.Meskipun akhirnya diklarifikasi saat menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR, Selasa (18/2/2020).
Tidak lama berselang dari kontroversi diatas,Kepala BPIP,memunculkan gagasan kontroversial lagi. Beliau mengusulkan ucapan Assalamu 'alaikum diganti dengan salam pancasila.
Ucapan salam seorang Muslim adalah sebagai doa. Doa yang diajarkan Rosulullah. Dalam makna ini, pengucap salam menyadari bahwa ucapannya lebih dari sekadar basa-basi, atau ekspresi keakraban belaka. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh berarti semoga keselamatan, kasih sayang, dan keberkahan tercurah kepada kalian. Sebuah kalimat yang sangat indah, yang menggabungkan antara semangat untuk menyapa dan mendoakan sekaligus kepada orang lain. Doanya pun sangat mulia. Keselamatan adalah hal yang paling didamba-dambakan oleh seluruh manusia, bahkan binatang sekalipun. Salam semacam ini tak bisa disejajarkan dengan sapaan basa-basi antar teman.
Hal semacam ini menguatkan dugaan adanya upaya menjauhkan umat dari syariat Islam. Ada nya Islamophobia. Umat Islam dituduh mengancam keberagaman. Upaya ini tampaknya sejalan dengan arus moderasi agama. Ada kekhawatiran jika syariat Islam makin kuat dijalankan pemeluknya akan melahirkan ekstrimisme.
Pada masa Rosulullah tidak dikenal Islan ekstrimis dan Islam moderat. Pada masa itu kaum Muslimin senantiasa diorong menjalankan semua syariat Islam. Dalam al Qur'an disebutkan bahwa orang yang paling mulia adalah orang paling bertaqwa. Taqwa artinya menjalankan perintah Alloh dan menjauhi laranganNya. Memecah umat dalam kategori ekstrimis dan tidak ekstrimis adalah upaya memecah belah umat Islam.
Pandangan bahwa ekstrimis tidak akan mampu menciptakan rahmatallil 'alamin, ini perlu dicermati. Jika yang mereka maksud ekstrimis itu adalah mereka yang melakukan teror dan kekerasan fisik,bisa jadi pandangan ini benar. Namun jika ekstrimis yang mereka maksud adalah mereka yang berusaha mengamalkan Al Qur'an secara kaffah,tentu ini tidak benar. Karena secara empiris maupun yuridis,Islam akan menjadi rahmat bagi seluruh alam ketika syariat Islam diterapkan. Kaum Muslimin dipimpin para khulafaur rasyidin,menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan mampu memimpin dunia menjadi negara adidaya.
Oleh karena itu umat Islam harus waspada adanya upaya menjauhkan umat dari syatiat Islam. Mereka tidak ingin umat Islam berjaya.