Oleh: Rindoe Arrayah
Masyarakat kembali dibuat resah dengan kasus penculikan anak. Jika kasus penculikan anak puluhan tahun yang lalu akan meminta tebusan sejumlah uang kepada orang tua korban, berbeda dengan beberapa tahun belakangan ini. Para korban yang berhasil diculik sangat kecil kemungkinan untuk bisa kembali berkumpul dengan keluarga karena mereka sudah diperjualbelikan dalam kondisi masih hidup ataupun organ-organ tubuh mereka setelah terjadi pembunuhan sebelumnya.
Kabar penculikan mulai marak beredar di media sosial pasca terjadinya percobaan penculikan anak di wilayah Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik beberapa waktu lalu.
Seorang pria menjadi bulan-bulanan warga hingga babak belur. Pengakuan tersangka, nekat melakukan aksi itu karena tertarik iming-iming uang Rp 30 juta.
Aksi penculikan gagal saat korbannya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) berhasil keluar membuka pintu mobil.
Hal ini membuat Korps Bhayangkara langsung bergerak melakukan road show ke desa-desa. Kapolres Gresik, AKBP Kusworo Wibowo bekerjasama dengan muspika dan masyarakat untuk mendapatakan informasi yang utuh. Pihaknya meminta kepada masyarakat agar tidak resah dan tidak mudah percaya dengan kabar yang beredar itu.
"Terkait isu penculikan anak, mari kita semua waspada. Kepada orang tua untuk selalu menjaga putra-putrinya pada saat diluar jam sekolah. Kita boleh waspada tapi jangan berlebihan," ucap Alumnus Akpol 2000 itu, Jumat (surya.co.id, 14/2/2020).
Dugaan penculikan juga terjadi di Mojokerto. Kasus tersebut berakhir tragis dengan meninggalnya korban. Dari laporan Jawa Pos Radar Mojokerto, korban bernama Ardiyo William Oktaviano, siswa kelas IV SDN Ketamasdungus. Ardiyo ditemukan tewas di bawah Jembatan Gumul. Polisi menduga dia korban penculikan orang tak dikenal (OTK).
Menurut informasi, penculikan itu berawal saat Ardiyo didatangi seorang pria tak dikenal. Pria itu meminta diantar ke alamat rumah seseorang. Pelaku mengendarai motor. Ardiyo mau saja diajak pria tersebut naik motornya. Sejak itulah Ardiyo hilang. Pencarian pun dilakukan. Hasilnya, jasad Ardiyo ditemukan di bawah jembatan di hutan jati. Hingga kini mrngingatkan mengusut kasus tersebut (JawaPos.com, 16/2/2020).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Kota Surabaya Eddy Christyanto mengatakan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) telah memerintahkan kepada para camat dan lurah agar membuat surat edaran yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dan masyarakat melalui RT dan RW setempat.
"Surat edaran yang disampaikan kepada para camat dan lurah se-Kota Surabaya untuk mengingatkan warga maupun para guru agar berhati-hati terhadap orang asing yang ingin menjemput anak mereka," katanya (liputan6.com, 16/2/2020).
Keresahan yang dirasakan oleh masyarakat hingga saat ini merupakan efek dari kurang pedulinya pemerintah pusat yang tidak bisa memberikan rasa aman dan nyaman kepada rakyatnya terkait dengan peristiwa penculikan di beberapa daerah tersebut.
Kebebasan berperilaku yang akhirnya menghalalkan segala cara untuk bisa meraih tujuan menjadi rujukan bagi masyarakat yang telah gelap mata tanpa peduli apakah aktifitasnya mendatangkan kerugian atau penderitaan di pihak korban. Sungguh, mereka (para pelaku) telah mati rasa!
Hal itu merupakan buah dari diterapkannya demokrasi sebagai sistem kehidupan. Demokrasi sarat kelemahan dan kerancuan, bahkan bisa dikatakan sebagai sistem yang gagal. Demokrasi merupakan sistem yang rusak dan memproduksi banyak kerusakan. Demokrasi rusak terutama karena pilar utamanya adalah paham kebebasan yang melahirkan banyak kerusakan di segala bidang, termasuk di antaranya maraknya kasus penculikan.
Saatnya sistem demokrasi ditinggalkan dan dicampakkan. Kemudian diganti dengan sistem kehidupan yang lebih manusiawi, yaitu sistem kehidupan yang menerapkan syariat Allah Ta'ala dalam naungan sebuah institusi negara (Khilafah).
Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 50 yang artinya, "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin."
Allah Ta'ala adalah Sang Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan. Tidak hanya cukup dalam hal penciptaan semata, Allah Ta'ala menyertakan pula aturan kehidupan untuk diterapkan. Untuk itu butuh kekuasaan yang memiliki kekuatan dalam menegakkannya. Hanya Khilafah yang mampu untuk melalukan dan mengantarkan umat menuju jalan keberkahan.