Oleh : Ummu Aqeela
Belakangan ini Kota Wuhan menjadi ‘buah bibir’ masyarakat internasional. Pasalnya, ibu kota Provinsi Hubei, China itu dinilai sebagai kota sumber virus corona. Sebuah virus mematikan yang saat ini sedang mewabah di China dan menyebar ke beberapa negara lainnya. Hingga Ahad (9/2/2020), virus corona telah membunuh 871 orang dan menginfeksi puluhan ribu lainnya. Luas Kota Wuhan adalah 8.494 kilometer persegi. Wuhan menjadi salah satu kota terpadat di China. Diperkirakan penduduk Kota Wuhan mencapai 11 juta jiwa, di mana—menurut sebuah survei yang dikeluarkan pada 2017- 1,6 persen dari total populasi adalah pemeluk agama Islam.
Indonesia sendiri terus menjadi sorotan dunia setelah menyatakan belum ada kasus positif Virus Corona. Kementerian Kesehatan bahkan mengklaim telah melakukan upaya menyeluruh untuk mendeteksi dan mencegah Virus Corona di Tanah Air. Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto bahkan beberapa kali menegaskan hal itu menyusul kasus-kasus suspect (dugaan) yang akhirnya terbukti negatif Virus Corona. Ketika 238 warga negara Indonesia (WNI) dievakuasi oleh Pemerintah dari Wuhan pada 2 Februari lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga kembali menegaskan tak ada satu pun dari mereka yang menunjukkan gejala infeksi Virus Corona. Fakta belum ada konfirmasi kasus Virus Corona di Indonesia membuat masyarakat lega. Namun, banyak pihak juga mempertanyakan kondisi Indonesia yang seolah tak terjamah oleh virus tersebut. ( Liputan 6, Selasa 11Ferbuari 2020 )
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuturkan Indonesia harus melakukan persiapan lebih matang lagi demi menghadapi risiko penyebaran virus corona. Mereka khawatir Indonesia tidak bisa mendeteksi virus tersebut, padahal negara-negara tetangga sudah melaporkan beberapa orang terjangkit.
Badan kesehatan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu juga khawatir bahwa sampai saat ini belum ada kasus virus corona yang terdeteksi di Indonesia, sementara sampai saat ini total jumlah kasus epidemik itu telah mencapai lebih dari 40 ribu di seluruh dunia, terutama China.
WHO menginginkan pemerintah Indonesia meningkatkan sistem pengawasan, pemantauan, sistem deteksi, dan persiapan lainnya di setiap fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk menangani virus corona.
Kekhawatiran WHO itu muncul setelah laporan media Australia mengungkap bahwa Indonesia disebut belum memiliki alat pendeteksi virus corona nCoV terbaru. Dikutip The Sydney Morning Herald pada Jumat pekan lalu, koran berbasis di Australia itu dan The Age mengungkapkan bahwa Indonesia belum menerima alat tes khusus yang diperlukan untuk mendeteksi kasus positif virus corona dengan cepat. Pemerintah Indonesia disebut hanya mengandalkan alat tes pan-coronavirus yang secara positif bisa mengidentifikasi semua jenis virus dari keluarga corona, termasuk flu biasa, SARS, dan MERS pada seseorang. ( CNN, Senin 10 Februari 2020)
Sayang, Pemerintah Indonesia cenderung lamban. Hingga Rabu (29/1/2020), Pemerintah baru memiliki opsi untuk mengevakuasi WNI di Provinsi Hubei yang berjumlah 243 orang itu. Begitu pula untuk urusan logistik. Baru akan dicarikan solusi 4-5 hari setelahnya. Yang aneh, Menteri Kesehatan Terawan Agung Putranto hanya mengimbau WNI, terutama yang berada di Wuhan, agar tidak stres. Dia menyebut Virus Corona bersifat swasirna. Artinya, pasien terjangkit Corona bisa sembuh sendiri bila kondisi tubuhnya cukup baik. Padahal beberapa negara terus melakukan usaha evakuasi warganya dari Wuhan. Sejauh ini, Jepang, Amerika Serikat dan Prancis, telah memulangkan secara massal warganya dengan mengirim pesawat-pesawat sewaan.
Penyebaran Virus Corona yang makin meluas juga tak membuat Pemerintah membatasi wisatawan Cina ke Indonesia. Terbukti, Pemerintah hanya penutup penerbangan langsung ke Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei. Namun sebenarnya, pembatalan tersebut terjadi karena ekses kebijakan isolasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Cina, selanjutnya diikuti oleh maskapai penerbangan, bukan berawal dari Kementerian Perhubungan sendiri.
Yang lebih aneh, Wakil Menteri Parekraf Angela Tanoesoedibjo mengatakan, tahun lalu terdapat sebanyak kurang lebih 1,9 juta wisatawan dari Cina. Meski begitu, hingga saat ini pihaknya masih dalam proses perhitungan berapa potensi devisa jika wisatawan dari Cina berkurang. Padahal di media sosial banyak netizen meminta Pemerintah untuk sementara menolak kedatangan warga Cina ke Indonesia karena khawatir penularan Virus Corona. Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr. Achmad Yurianto, malah meyakinkan bahwa virus bisa dicegah tanpa harus ada penolakan.
Dalam sejarah Islam, wabah virus seperti ini juga muncul pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam, walaupun bukan virus corona. Wabah yang muncul saat itu adalah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda, “Jangan kamu terus menerus melihat orang yang menghidap penyakit kusta.” Hadits ini dinilai hasan dan sesuai dengan wabah kusta yang menular.
Dalam menangani wabah virus, Nabi punya cara yang sangat efektif serta relevan dengan zaman dan diterapkan oleh dunia kedokteran modern. Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda : “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” Hadits dari sosok manusia mulia ini diucapkan belasan abad yang lalu dan sama persisnya dengan metode karantina yang digunakan dalam penanganan wabah virus.
Harusnya kejadian yang luar biasa ini menjadi perenungan buat kita semua, bisa jadi ini adalah sentilan besar dari Allah untuk umatnya karena dianggap sudah lalai dan semakin jauh dari syari’atNYA. Dan sadar atau tidak ada virus yang lebih besar dan mengancam umat saat ini, tidak hanya ancaman didunia namun juga di akhirat kelak. Dia adalah virus Wahn, dalam dunia kedokteran tak ada istilah wahn. Penyakit wahn menjangkiti manusia setiap saat. Dokter mana pun tak sanggup mengobatinya. Karena kebanyakan dokter pun saat ini terserang penyakit wahn.
Mereka berusaha mencari obatnya tapi tak pernah ketemu. Bahkan kalau Anda mencari istilah penyakit wahn di kamus kedokteran mana pun tak akan ketemu. Padahal penyakit wahn ini sudah diidentifikasi oleh manusia yang paling berpengaruh di muka bumi ini belasan abad yang lalu. Beliau adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.
Apakah penyakit wahn itu?
Wahn adalah penyakit cinta dunia dan takut mati. Ini adalah dua jenis penyakit dalam satu nama. Siapa saja yang terjangkit penyakit ini dia akan menjadi pribadi yang lemah dan rusak. Semisal kemampuan diri yang harusnya 100%, hanya mampu digunakan 5% saja jika seseorang terjangkit virus ini.
Cinta dunia berarti lebih mementingkan kehidupan dunia dan kenikmatannya daripada kehidupan akhirat dan keabadiannya. Orang yang sudah terlalu gandrung dengan hal-hal duniawi akan berat memandang akhirat. Antara Allah dan dirinya terdapat penutup yang tebal.
Sehingga segala perbuatannya sulit untuk bertujuan mencari ridha Allah.
Lantas apa obatnya?
Obatnya ya kebalikan dari cinta dunia. Yaitu cinta akhirat.
Orang yang mencintai kehidupan akhirat dan mengingat hari pembalasan akan hidup jauh lebih hati-hati. Saat ada bisikan untuk berbuat dzalim dia ingat akhirat. Saat berpikir hendak menipu, dia ingat neraka. Saat berpikir hendak membunuh, maka ingat perihnya siksaan di neraka kelak. Semoga wabah yang terjadi sekarang ini adalah sebuah musibah yang memberikan hikmah untuk kita, yaitu mulai berbenah untuk kembali mendekat dan menegakkan syari’atNYA.
Wallahu’alam bishowab