Oleh: Rindoe Arrayah
Wabah corona hingga kini masih menjadi pembicaraan di tengah kekhawatiran masyarakat akan bahaya dari penyakit tersebut. Tidak hanya di Indonesia saja, wabah corona ini juga menjadi perbincangan dunia yang sangat meresahkan. Virus corona ini memiliki nama resmi Novel Coronavirus atau 2019-nCoV merupakan istilah ilmiah yang diberikan oleh Centers for Disease Control and Prevent ion di Amerika Serikat.
Virus ini telah menginfeksi ribuan orang, menghentikan semua perjalanan transportasi di beberapa kota besar di Cina, melumpuhkan perekonomian di Wuhan dan Huanggang, dan menyebar ke 25 negara, seperti Amerika Serikat, Australia, Filipina, Finlandia, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Nepal, Prancis, Rusia, Singapura, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Uni Emirat Arab (Cnbcindonesia.com, 4/2/2020).
Menurut dokter spesialis paru RS Universitas Indonesia, Raden Rara Diah Handayani, 2019-nCoV adalah virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Perbedaan virus corona dengan virus lain adalah virus ini memiliki virulensi atau kemampuan tinggi untuk menyebabkan penyakit yang fatal. Hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang dapat mencegah atau mengobati wabah penyakit ini. Virus corona ini jika mengenai manusia dapat menyebabkan infeksi pernafasan hingga berujung kematian.
Virus ini berbahaya jika telah masuk dan merusak fungsi paru-paru, atau dikenal dengan sebutan Pneumonia, yaitu infeksi lain seperti bakteri, parasit, jamur, dan lainnya.
Kelelawar dianggap sebagai sumber penyebaran virus corona jenis baru dari Wuhan. Peter Daszk, Presiden EcoHealth Alliance yang telah bekerja selama 15 tahun pernah mempelajari bagaimana penyakit berpindah dari hewan ke manusia. "Kami belum tahu sumbernya. Tapi, ada bukti kuat bahwa virus corona dari Wuhan disebabkan oleh kelelawar. Mungkin kelelawar tapal kuda Cina, spesies umum yang beratnya satu ons, kata Daszk dilansir New York Times (Tribunnews.com, 3/2/2020).
Sangat disayangkan, Pemerintah Indonesia cenderung lamban untuk mengevakuasi WNI yang berada di Provinsi Hubei. Yang aneh, Menteri Kesehatan Terawan Agung Putranto hanya mengimbau WNI, terutama yang berada di Wuhan, agar tidak stres. Dia menyebut virus corona bersifat swasirna. Artinya, pasien terjangkit virus corona bisa sembuh sendiri bila kondisi tubuhnya cukup baik.
Reaksi lamban yang dimunculkan oleh Pemerintah Indonesia sangat berbeda dengan gerak cepat beberapa negara yang terus melakukan usaha evakuasi warganya dari Wuhan. Padahal Jepang, Amerika Serikat dan Prancis, telah memulangkan secara massal warga negaranya dengan mengirim pesawat-pesawat sewaan.
Makin meluasnya penyebaran virus corona tak membuat pemerintah membatasi wisatawan Cina yang datang ke Indonesia. Terbukti, pemerintah hanya menutup penerbangan langsung ke Wuhan, ibukota provinsi Hubei. Itu pun sebenarnya kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Cina, selanjutnya diikuti oleh maskapai penerbangan, bukan berawal dari Kementrian Perhubungan Indonesia.
Penyebaran penyakit yang mewabah di dunia seperti saat ini juga pernah terjadi berabad-abad silam, sejak zaman Rasulullah SAW. Wabah itu adalah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut, salah satu upaya Rasulullah SAW adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasulullah SAW memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta tersebut. Beliau bersabda, "Janganlah kalian terus-menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta." (HR. Bukhari)
Dengan demikian, metode karantina sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah SAW untuk mencegah wabah penyakit menular ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasulullah SAW membangun tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah. Peringatan kehati-hatian pada penyakit kusta juga dikenal luas pada masa hidup Rasulullah SAW. Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jauhilah orang yang terkena kusta, seperti kamu menjauhi singa." (HR. Bukhari)
Islam telah memberikan anjuran untuk mengatasi penyebaran wabah penyakit. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Jika kalian mendengar tentang wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi, jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Melihat kemunculan wabah corona ini, tak lain karena pola hidup yang tidak sehat. Islam telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktikkan pola hidup sehat. Misalnya, diawali dengan makanan. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 114 yang artinya, "Makanlah oleh kalian rezeki yang halal lagi baik yang telah Allah karuniakan kepada kalian."
Selain memakan makanan yang baik, kita juga diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan. Apalagi sampai memakan makanan yang sesungguhnya tak layak dimakan, seperti kelelawar.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surat Al-A'raf ayat 31 yang artinya, "Makan dan minumlah kalian, tetapi janganlah berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
Untuk itu, penanganan wabah penyakit yang sudah menjadi epidemi bahkan pandemi, tidak cukup peran dari segelintir kelompok, komunitas, atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) semata. Namun, peran negara sangatlah penting dalam menangani masalah ini.
Apa yang harus dilakukan oleh negara?
1. Negara harus berperan aktif dalam menjaga keamanan makanan dan kehalalan pangan.
2. Negara harus mengimbau rakyatnya untuk melakukan upaya mencegah terjangkit virus corona, di antaranya melakukan penyuluhan kepada rakyat agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
3. Negara harus memenuhi kebutuhan pokok (makan) rakyatnya sehingga dapat hidup sehat, cukup nutrisi, dan memiliki pola makan seimbang.
4. Negara melarang rakyatnya makan makanan mentah yang berbahan dasar hewan.
5. Negara harus berada di garda terdepan dalam menangani wabah seperti ini. Misalnya mengisolasi kapal perang di lepas pantai (bukan di daratan), menangani korban dan wilayah yang terkena wabah secara sigap dan cepat, serta melakukan berbagai upaya antisipatif agar daerah lain tidak ikut terkena dampaknya.
Lima point di atas hanya bisa terlaksana manakala negara mampu mengemban amanah untuk benar-benar mengurusi urusan umat.
Jika dilihat fakta negara saat ini yang menerapkan sistem kehidupan demokrasi dalam memimpin rakyat, telah nampak kerusakannya hingga kini tidak pernah mampu menyelesaikn berbagai permasalahan yang menimpa umat, termasuk dalam mengatasi wabah corona ini. Bagaimanapun juga, sistem demokrasi adalah sistem buatan manusia yang penuh dengan kelemahan. Sehingga, tidak akan pernah bisa mengantarkan umat menuju kehidupan yang lebih baik.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sistem kehidupan yang mumpuni dari Ilahi Robbi sebagai Sang Pencipta (Al-Khaliq) sekaligus pengatur (Al-Mudabbir) agar tercipta rahmatan lil'alamiin. Allah Ta'ala melalui Rasul-Nya telah menurunkan sebuah risalah paripurna dan sempurna, yaitu Islam. Kesempurnaan risalah Islam ini termaktub dalam firman-Nya, "...Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkab kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu..." [TQS. Al-Maidah: 3].
Berdasarkan ayat di atas, maka Islam adalah solusi nyata untuk mengatasi wabah corona. Dengan diterapkannya syariat Allah Ta'ala melalui sebuah institusi negara yang memiliki kekuasaan dan kekuatan, yaitu Khilafah Islamiyah.
Wallahu a'alam bishowab.