Oleh: Aufa Jaida Aziza
Siswi SMAIT Ar-Rahman Banjarbaru
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha pengampun Maha penyayang." (Al-Ahzab: 59)
Jika kita mendengar ayat tersebut, pasti sudah tidak diragukan lagi, arah pembahasannya tidak akan jauh dari masalah hijab. Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kepada Nabi agar semua wanita muslimah mengenakan jilbab. Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud berpendapat bahwa jilbab artinya adalah ar ridaa` (pakaian sejenis jubah/gamis). Ada yang berpendapat jilbab adalah al qinaa’ (kudung kepala wanita atau cadar). Pendapat yang sahih, jilbab itu adalah baju yang menutupi seluruh tubuh (al tsaub alladzy yasturu jamii’ al badan).” (Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, 14/107).
Jika demikian, apa yang harus dilakukan oleh seorang muslimah? Jawabannya adalah sami'na wa'atho'na (kami dengar dan kami taat)
Mari kita berkaca dengan kejadian pada masa Rasulullah Saw, saat pertama kali turun ayat tentang jilbab dan khimar. Ketika itu semua wanita saling berlarian mencari kain yang bisa menutupi tubuhnya. Ada yang mengambil gorden dan ada juga yang mengambil kain lainnya. Bisakah kita bayangkan, betapa mirisnya keadaan pada saat itu. Mereka menggunakan apa saja demi ketaatan akan perintah Rabb. "Kami dengar dan kami taat" benar-benar dipraktikkan mereka. Itulah wujud keimanan yang wajib kita contoh.
Namun sobat, baru-baru ini di negeri kita, kembali dihebohkan dengan pernyataan salah istri mantan presiden RI keempat. Beliau menyatakan bahwa "apakah semua orang harus memakai jilbab? Gak juga! Kalau kita mengartikan ayat al-Qur'an secara benar."
Sobat, jilbab diperuntukkan bagi wanita yang beriman. Sehingga jika beriman, tentu akan terpanggil untuk memakai jilbab. Dan bagi yang tidak beriman, perintah itu seperti hanya anjuran yang dianggap basi dan hanya ada pada jaman Nabi. Astaghfirullahal 'adziim.
Beliau juga mengatakan bahwa jilbab adalah budaya. Orang yang menerjemahkan ayat tersebut harus memenuhi persyaratan katanya. Harus menguasai alatnya, nahwu sharafnya dan dari segi budaya pun dikatakan harus ada.
Beliau menganggap jilbab hanyalah sekedar budaya, dan bukan sebuah kewajiban. Dari kalimat yang beliau sampaikan, jelas sangat bertentangan dengan dalil-dalil dalam Al-Qur'an dan al-Hadis yang sangat jelas.
Padahal, jika kita lihat, jilbab merupakan pakaian indah seorang wanita muslimah yang mana akan menjadikan siapapun yang mengenakannya akan terlihat anggun dan indah. Karena pada hakikatnya seorang muslimah itu tertutup dan itulah identitas seorang muslimah sesungguhnya.
Terlepas dari itu, jilbab merupakan kewajiban. Maka tidak pantas bagi kita untuk menentangnya dan itu sama saja seperti kita menentang perintah Allah Ta'ala. Naudzubillah.
Dalam hal ini, wanita adalah tiang negara. Jika ingin menegakkan negara, lindungilah dia. Dan jika ingin menghancurkan negara, hinakanlah dia. Ini adalah kunci dari berdirinya suatu negara.
Sobat, mari kita tentang "kampanye lepas jilbab" dengan melakukan segala perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya.
Namun, semua itu harus ada tiga hal yang mendukung. Pertama, individu-individu yang bertakwa. Mereka akan melakukan apa saja yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah.
Kedua, kontrol sosial masyarakat. Ini sangat diperlukan karena lingkungan yang mempunyai perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama akan mampu membuat orang-orang yang ada di dalamnya tunduk terhadap aturan Islam.
Dan yang ketiga adalah peran negara sebagai pelindung umat. Negara dalam hal ini akan memberikan sanksi apabila ada yang melanggar peraturan. Salah satunya saat kaum muslimah menanggalkan hijabnya.
So, kita sebagai generasi penerus estafet perjuangan. Saatnya berbenah dan rapatkan barisan. Sampaikan pemahaman Islam kaffah kepada orang-orang di sekitar. Agar semua memahami bahwa Islam satu-satunya sistem yang kan membawa unlmat pada perubahan hakiki.
Wallahua'lam bish shawab.
Wanita muslimah pencentak generasi
BalasHapus