Sistem Sekuler Meniadakan Ajaran Islam



Oleh: Surfida, S.Pd.I 
(Praktisi Pendidikan)

Pernyataan kontroversial dari pemerintah sering terdengar dan sangat menyakitkan rakyat. Para pejabat ini mungkin tidak memikirkan perasaan rakyat, bagaimana jika rakyatku mendengar pernyataan yang saya lontarkan. Setelah umat protes, baru sibuk klarifikasi, salah ketiklah, salah inputlah, dan lain-lain. Seperti yang dilakukan oleh kepala BPIP Prof. Yudian Wahyudi. Ia baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo sudah berani mengeluarkan pernyataan bahwa sesungguhnya musuh terbesar Pancasila adalah agama, bukan kesukuan kepada tim detik.com. 
Pernyataan tersebut sangat menyinggung umat terutama umat Islam. Pernyataan itu tersebar disosmed dalam bentuk vidio. Akibat beredarnya vidio tersebut, sontak banyak yang protes termasuk beberapa anggota DPR komisi II. Prof. Yudian Wahyudi pun langsung klarifikasi dan menuduh rakyat bahwa pernyataannya yang dikutip tidak utuh, Seperti yang dikutip dari (https://www.republika.co.id). Menurut Yudian, penjelasannya yang dimaksud adalah bukan agama secara keseluruhan, tapi mereka yang mempertentangkan agama dan Pancasila.
"Karena kelima sila itu dapat ditemukan dengan mudah di dalam kitab suci keenam agama yang telah diakui secara konstitusional oleh negara Republik Indonesia," tegas Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, Rabu (12/2). Maka dengan demikian, menurut Yudian, Pancasila adalah penopang. Untuk mewujudkannya dibutuhkan kesetiaan atau bahasa lainnya sekuler, tapi bukan sekularisme. Kemudian membutuhkan ruang waktu, pelaku, anggaran dan juga perencanaan.
Pihak istana pun turun tangan untuk mengklarifikasi pernyataan Yudian, diantaranya Kepala Staf Presiden Moeldoko membela pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, Moeldoko meyakini Yudian tak bermaksud menyudutkan bahwa agama menjadi musuh Pancasila. "Ya, bisa saja yang memaknainya yang salah. Padahal bukan seperti itu maksudnya," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (13/2). Jadi jangan menyalahkan Yudian.
Selain Moeldoko, Menteri Agama pun ikut bicara, beliau mengatakan bahwa "Beliau (Yudian) sudah klarifikasi, jadi kita pegang saja klarifikasinya," kata Fachrul saat ditemui di Masjid Al-Akbar, Surabaya, Kamis (13/2, https://www.cnnindonesia.com.nasional).
Pejabat publik bukan hanya kali ini  mengeluarkan pernyataan yang kontroversial, sebelumnya juga sudah pernah. Misalnya pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Khatib. Khatib harus diseleksi dan bersertifikat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Wapres, Ma'ruf Amin, Khatib itu omongannya betul-betul harus membawa kemaslahatan. Makanya perlu ada sertifikasi khatib, yang bacaannya benar, komitmen kebangsaan di tengah merebaknya ajaran-ajaran radikal di kalangan umat Islam, harus memuat nilai-nilai Pancasila dan prinsip NKRI.(https://www.mediaindonesia.com).
Begitulah jika Islam hidup dalam negara sekuler. Ajaran Islam akan diobok-obok oleh orang-orang yang berkuasa, meskipun mereka beragama Islam. Mereka tidak merasa berdosa ketika mengeluarkan pernyataan yang menyeleneh. Mempertentangkan agama dengan sesuatu yang lain dalam sistem saat ini sudah menjadi kebiasaan penguasa. Ketika banyak yang protes baru klarifikasi, sedangkan pemimpin jika dimintai pendapat atas ucapan-ucapan bawahnnya, Ia akan menjawab bahwa itu bukan urusan saya.
Ketika sudah seperti itu, tanpa sadar mereka sudah memperlihatkan kebohongannya. Kebohongan tersebut seperti sebuah sinetron. Episode demi episode diputar untuk mencitra burukan Islam, seperti ungkapan-ungkapan Pancasila musuh Islam, Khilafah itu Islami tetap tidak cocok di terapkan di Indonesia, bahkan baru-baru ini mereka mengeluarkan pernyataan untuk mengganti Ucapan salam dalam Islam dengan salam Pancasila.
Ditambah lagi saat ini seruan untuk menjadikan Islam sebagai rujukan mencari solusi masalah bangsa semakin kencang disuarakan, sehingga Penguasa berusaha membenturkan para pejuangnya dengan Pancasila agar umat Islam semakin takut menerapkan Islam kaffah atau Penguasa mengeluarkan peraturan agar dipatuhi oleh umat, pada akhirnya peraturan tersebut mempersempit gerak umat Islam. 
Dan memang dalam sistem sekuler ini, Islam bukan hanya diobok-obok, tetapi akan dijauhkan dari kehidupan umat Islam, apalagi Presiden sudah pernah menyatakan bahwa politik harus dijauhkan dari agama. (22/3/2017, https://www.nasional.kompas.com). Saat Islam sudah dijauhkan dari politik (negara), otomatis kehidupan didalamnya akan suram. Yang menjadikan Islam sebagai pedoman hidup hanya segelintir saja, sedangkan yang hidupnya tidak mau diatur oleh agama, maka kehidupan orang tersebut akan suram, apalagi negara juga ikut mendukung. 
Jadi jangan heran, jika generasi saat ini banyak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Islam, meskipun mereka bergama Islam. Misalnya beredarnya narkoba, korupsi, pembunuhan, pembegalan, menistakan Islam dengan label orang gila. Para pelaku tidak lagi takut dengan hukum, karena hukum juga bisa diperjual belikan. Para hakim pun rela menerima uang suap dari para pelaku, sehingga hukuman yang diterima pelaku menjadi ringan bahkan dinyatakan bebas.
Hukuman berat hanya diberikan kepada mereka yang baru menjadi terduga teroris, sedangkan para koruptor, perusuh yang beragama diluar Islam dibiarkan atau bahkan diundang ketempatnya. Namun, penguasa dinegeri ini tidak pernah sadar dari berbagai masalah yang terjadi dinegeri ini, mereka hanya mengutamakan dirinya saja. Negara sekuler juga mampu merubah orang-orang Islam yang religius menjadi musuh Islam itu sendiri, mereka tidak sadar jika dirinya sudah merusak Islam dari dalam, karena sudah dibutakan dengan uang atau politik yang sedang dijalankan saat ini.
Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam semestinya sudah harus sadar bahwa ketika Islam dijauhkan dari kehidupan, umat Islam akan banyak melakukan hal-hal yang bertentangan Islam. Dan kita juga harus paham bahwa ajaran Islam ini sangat sempurna, karena kesempurnaan inilah Islam tidak akan bisa hidup berdampingan dengan sistem sekuler yang mengutamakan kebebasan bahkan menjauhkan agama dari kehidupan. Umat yang hidup dalam sistem sekuler meyakini Allah hanya sebagai pencipta sehingga dalam kehidupannya tidak mau diatur oleh aturan Islam. 
Saat ini tak ada pilihan lain selain memperjuangkan islam, agar Islam bisa diterapkan kembali dalam semua lini kehidupan. Jika Islam sudah diterapkan dalam semua lini kehidupan, pasti ajaran Islam tidak akan diobok-obok seperti saat ini, ajaran Islam tidak diartikan sesuai dengan kehendak mereka, seperti pernyataan Shinta Nuriah tentang jilbab tidak wajib bagi muslimah. Islam akan terjaga dengan baik, karena ketika ada yang mengobok-obok Islam, maka pemimpin (Kahlifah ) akan memberikan sanksi yang berefek jera kepada yang bersangkutan. Tidak akan dilindungi dengan dalih orang gila. 
Wallahu’alambishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak