Oleh : Dini Azra
Februari katanya bulan penuh cinta. Inilah momentum terindah yang dinantikan para pemuda pemudi yang dimabuk asmara. Dimana ada satu hari khusus yang dirayakan sebagai hari kasih sayang. Atau biasa disebut dengan Valentine's Day, setiap tanggal 14 Februari.
Berbagai mantra dan tipu daya tentang makna cinta, telah membuat banyak orang terlena. Menganggap Valentine's Day hari istimewa yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Mereka menggunakan moment itu untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang yang dicintai. Bisa keluarga, sahabat hingga kekasih hati.
Media massa pun gencar memberitakan persiapan hari Valentine, dimana banyak pusat perbelanjaan mulai memajang berbagai ornamen simbol cinta. Gambar Dewa Cupid yang sedang memanah lambang hati berwarna merah. Bunga-bunga yang indah merekah, ditambah aneka coklat dijual dengan harga yang murah(diskon). Meski perayaannya sendiri sering menuai kontroversi, tapi masih terus berulang di setiap bulan Februari.
Tahukah anda cikal bakal atau sejarah dari Valentine's Day? Peristiwa sejarah ini dimulai ketika dahulu bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan.
Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor.
Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998)(Sumber: Rumaysho.com).
Dari sejarah diatas, bukankah sudah jelas bahwa Valentine's Day bukan berasal dari ajaran Islam? Bahkan juga bukan dari budaya Nusantara. Melainkan berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno, yang sarat dengan paganisme dan kesyirikan.
Dan akhirnya dirubah menjadi perayaan gereja, atas inisiatif Paus Gelasius I. Kemudian diganti pula tanggalnya menjadi 14 Februari sesuai hari kematian Sang pahlawan cinta, St. Valentine. Jadi sesungguhnya, Valentine's Day ini didedikasikan untuk menghormati tokoh nasrani tersebut. Tapi hari ini disamarkan dengan nama hari kasih sayang.
Tidak layak bagi seorang muslim untuk ikut merayakan hari Valentine. Sebab mengikuti dan merayakannya telah dianggap tasyabbuh bil kufar atau mengikuti kebiasaan orang kafir. Hal ini terlarang, sebagaimana yang pernah disampaikan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam, beliau bersabda : "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Adapun tentang ungkapan cinta atau kasih sayang yang disematkan dalam perayaan ini, sesungguhnya hanyalah cinta semu berbalut hawa nafsu. Hal itu terbukti, menengok dari sejarahnya dan masih terasa hingga saat ini.
Kebanyakan yang merayakan Valentine's Day adalah pasangan muda-mudi yang belum terikat pernikahan. Mereka berkhalwat, bermaksiat hingga berujung pada perbuatan zina. Menurut beberapa survey yang dilakukan beberapa media, di hari Valentine tak hanya coklat dan bunga yang meningkat penjualannya. Tapi alat kontrasepsi berupa kondom turut melonjak permintaannya. Sungguh tepat jika perayaan ini juga disebut sebagai hari maksiat dunia.
Namun banyak juga yang berkilah, menganggap ini sebagai hal yang lumrah. Tidak masalah jika niatnya hanya sebatas mengekspresikan kasih sayang, tanpa dibumbui adegan terlarang. Apalagi kita juga bisa membantu ekonomi para pembuat coklat dan petani bunga. Bahkan ada juga yang menyertakan dalil tentang kasih sayang untuk membenarkannya.
Janganlah tertipu! Islam memang mengajarkan kepada umatnya untuk saling mencintai dan berkasih sayang. Cinta didalam Islam termasuk kedalam fitrah manusia, yang telah diCiptakan-Nya. Yakni diberikan naluri berkasih sayang atau gharizatun nau'. Kasih sayang ini tidak sebatas rasa suka terhadap lawan jenis saja. Akan tetapi meliputi cinta kepada orang tua, sanak-saudara, dan umumnya pada sesama manusia. Dalam rangka mewujudkan cinta.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam bersabda :
ِ“Salah seorang di antara kalian tidaklah dikatakan beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54).
Islam sebagai agama yang sempurna, telah mengatur agar rasa cinta dalam diri kita bisa terarah, dan menjadi ibadah. Bagi sepasang manusia yang jatuh cinta, jalan terbaik bagi mereka hanyalah dengan menikah. Jika rasa cinta diluapkan diluar pernikahan, akan berdampak buruk pada diri, keluarga dan masyarakat.
Juga bisa merusak nasab. Sedangkan cinta terhadap orang tua, keluarga, dan sesama harus ditunjukkan setiap hari. Tidak perlu menunggu hari kasih sayang tiba. Tinggalkanlah perkara yang sia-sia, yang bisa merusak iman dan akidah kita. Say goodbye Valentine's Day, sekarang juga!
Wallahu a'lam Bish Showab.
Tags
Opini