Oleh: RAI Adiatmadja
Sistem yang bercokol hari ini telah menciptakan sejarah frustasi sosial yang luar biasa membahayakan dan fatal. Tingkat stres masyarakat semakin menjadi-jadi seperti penyakit menular yang susah sekali ditangkal. Ibarat wabah yang tak ada obat, liar menguasai dan melemahkan imunitas para penderitanya hingga berada di level sekarat. Iman semakin tipis karena sistem rusak yang semakin mengiris. Perjalanan kehidupan semakin jauh dari teladan kebaikan serta kebenaran. Karakteristik sistem jahil ini memang merusak hingga ke akar terkuat. Masyarakat dibuatkan candu agar akidah tak lagi menjadi pijakan kalbu.
Kita bisa memeriksa berbagai fakta bahwa level stres manusia ada di tingkat kritis. Tak sulit kita menemukan pajangan-pajangan nuansa kegilaan dalam berita, baik di media elektronik atau daring.
Hal terbaru yang viral bahkan membuat kita sedikit terpingkal adalah tentang kerajaan terbaru yang bernama Kerajaan Agung Sejagat. Polisi akhirnya menguak motif penipuan di balik beragam aktivitas kerajaan ini. Hingga raja dan ratu menjadi tersangka utama.
“Mungkin jalan pikirannya (pencetus Keraton Agung Sejagat) bisa dianggap orang ‘sakit’ yang ingin menyembuhkan orang ‘sehat’. Mereka ini dibawa oleh fatamorgana,” kata Edward kepada CNNIndonesia.com, Selasa (14/1)
Begitu pun sebelumnya ada Kerajaan Ubur-Ubur di tahun 2018 yang didirikan oleh pasangan suami istri dan mengiming-imingi kekayaan dunia kepada para korbannya. Bahkan meyakini memiliki nabi perempuan.
Tak beda jauh dengan kemunculan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di tahun 2016 beberapa orang hilang dengan serentak. Menurut keterangaan Kasubdit I Keamanan Negara Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri AKBP Satria Adhy Permana, para pengikut Gafatar berangkat dari rasa kebingungan yang dimanfaatkan oleh para pengurus yang melakukan pendampingan secara terus menerus.
“Lalu mengucapkan syahadat dengan mengakui Ahmad Mussadeq sebagai nabi menurut Milah Abraham. Membuat syahadat sendiri,” kata Satria.
Semua senada dengan kemunculan gerakan sesat Lia Eden, ada sisi berbeda di religi-spiritualitas saja. Motifnya tetap sama. Berawal dari ketidakwarasan dan keputusasaan.
Kemudian yang terbaru adalah Sunda Empire. Kelompok ini tidak tercantum sebagai organisasi legal dalam Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangol) Kota Bandung.
Bahtiar sebagai pejabat Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum mengaku telah memerintahkan Kesbangpol di Pemda untuk menelusuri hal tersebut bahkan meminta Pemda untuk berkoordinasi dengan kepolisian. Bahtiar menyebut kerajaan-kerajaan baru tersebut dikelola oleh orang-orang yang tidak waras dan menyalahkan organisasi kemasyarakatan (ormas).
Para pendiri kelompok dan kerajaan-kerajaan palsu tersebut lebih banyak memanfaatkan situasi di mana terdapat banyaknya lahan krisis sosial dan spiritual, terpuruknya tingkat kemakmuran dan ketenteraman yang menjadi pemicu. Fakta yang terurai di atas adalah sebuah realitas bahwa sistem sekuler kapitalis telah gagal mewujudkan keadilan. Janji yang diciptakan hanya bergumulnya pengingkaran demi pengingkaran yang melahirkan banyak penyimpangan, kesesatan, dan kerusakan.
Ini bukti ketidakseriusan dan kelalaian hukum lokal yang membiarkan semua penyimpangan menjadi lahan subur penipuan bagi para pendiri organisasi-organisasi yang nyeleneh aneh tersebut. Sebuah fakta dari kegagalan pemerintah dalam menangani semua, sehingga melahirkan kerugian besar selain akidah yang rusak, harta pun tergasak, dan mental masyarakat semakin terdesak dikacaukan oleh berbagai problematika yang tidak selesai. Tertutama dalam masalah kesejahteraan dan keadilan.
Jauh panggang dari api jika kita meninjau hukum Islam yang menangani semua permasalahan dengan cepat tuntas, sehingga tidak melahirkan penderitaan dan kesengsaraan pada umat. Di mana akidah menjadi fondasi kuat yang memuaskan akal, menenteramkan jiwa, dan sesuai dengan fitrah manusia. Peraturan yang terpancar dari akidah Islam, seperti halnya sistem ekonomi Islam memiliki karakter yang khas dan manusiawi. Ketika kita menyinggung masalah sejahtera dan adil tentunya berhubungan erat dengan perekonomian. Tidak akan terlahir para penipu ulung yang bisa menyesatkan umat ketika pemahaman tentang akidahnya lurus. Begitu pun tidak akan ada yang terjebak bius-bius kebohongan ketika keyakinan dan keimanan terhadap Allah maksimal.
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)
Ujian kesulitan di dalam Islam bukan mengarahkan manusia pada kekufuran dan kesyirikan tetapi sebuah pelatihan agar manusia senantiasa mengokohkan rasa syukur. Tentu itu hanya bisa dilahirkan dari akidah yang lurus. Kehidupan yang bermanfaat di dunia dan di akhirat akan tercapai saat setiap manusia taat kepada aturan Allah dan menjalankan syariat-Nya dengan benar.
Masihkah kita akan terus bertahan dalam pilihan sistem yang sudah semakin banyak menghancurkan dan merugikan? Dunia bisa sejahtera bukan sekadar dalam satu sendi kehidupan saja tetapi di semua bidang, tentu itu hanya akan terwujud dengan menjalankan hukum Islam dan hukum tersebut akan benar berjalan dengan tegaknya sistem Islam.
Wallahu a'alam bishawab