Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
Sungguh tak aneh mendengar kata kemiskinan di negeri ini. Ternyata negeri ini tak bisa lepas dari fakta kemiskinan. Sungguh miris memang. Di satu sisi kekayaan negeri sangat melimpah ruah. Namun kondisi rakyatnya tak semakmur yang dibayangkan. Bahkan mereka perlu kerja keras banting tulang hanya untuk mencari sesuap nasi.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyatakan sebanyak 53 juta jiwa di Indonesia masih masuk dalam kategori rentan miskin. Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan Indonesia mengungkapkan separuh penduduk Indonesia berada dalam kategori menjelang kelas menengah atau expiring middle class, dan 20% darinya adalah golongan rentan.
"Kelompok yang rentan ini bisa jatuh kembali menjadi kelompok dalam garis kemiskinan, kalau mengalami masalah seperti kehilangan pekerjaan, sakit berkepanjangan, kenaikan harga pangan, dan bencana," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Kamis (29/8). Terlebih, kata Bambang, sebagian besar dari masyarakat golongan rentan tersebut tidak tercakup dalam program bantuan sosial pemerintah maupun jaminan sosial dan ketenagakerjaan, karena pendapatannya dinilai jauh di atas garis kemiskinan. (alinea.id, 29/08/19).
Banyak sekali kisah pilu orang-orang yang terjerat kemiskinan di negeri ini. Hampir semua orang mengetahui bahwa negeri zamrud khatulistiwa ini sedang tidak baik-baik saja. Termasuk masih ada permasalahan kemiskinan yang belum terselesaikan dengan baik.
Apa sebetulnya penyebab dari permasalahan ini? Bisakah masalah kemiskinan ini tuntas?
Saat ini sejak manusia tidak diatur lagi oleh aturan Allah lantas memilih aturan buatan manusia yang serba lemah dan terbatas, maka kita bisa melihat banyak sekali kekacauan yang dirasakan termasuk masalah kemiskinan yang tak kunjung tuntas. Sistem sekulerisme-kapitalisme yang memisahkan agama dengan kehidupan dan membebaskan siapa saja untuk memiliki SDA menjadi salah satu penyebab terpuruknya masyarakat.
Banyak sekali SDA yang dikuasai oleh seseorang atau sekelompok orang tertentu sehingga yang bisa menikmati SDA tersebut hanya segelintir orang saja. Begitupun subsidi-subsidi semakin dicabut, biaya listrik, harga naik, pendidikan dan kesehatan yang semakin melambung sudah menjadi opini umum dan suatu keadaan yang menekan rakyat. Sehingga wajar yang kaya semakin kaya yang miskin akan bertambah miskin. Dan ketimpangan sosial akan selalu terjadi. Lantas bagaimana sebetulnya mengentaskan dan menyelesaikan masalah kemiskinan ini?
Kita adalah manusia, makhluk Allah. Saat Allah menciptakan manusia, Allah pun membuat seperangkat aturan untuk mengatur manusia di dunia berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah. Islam memiliki semua solusi atas permasalahan yang dialami manusia, termasuk masalah kemiskinan ini. Islam tak hanya mencakup ibadah sholat, shaum, zakat saja tapi Islam pun mengatur semua aspek kehidupan seperti masalah ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.
Dalam Islam masalah kemiskinan tidak lepas dari pengaturan politik dan ekonomi suatu negeri. Politik dan ekonomi dalam Islam menggunakan asas aqidah Islam. Politik dan ekonomi ini diatur menggunakan aturan islam. Sehingga salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah kemiskinan ini harus dibangun paradigma mendasar terlebih dahulu bahwa negara berkewajiban untuk mengatur semua urusan rakyatnya.
Termasuk memastikan apakah rakyatnya sudah terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, papan.
Rasulullah saw. bersabda:
…الإِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus”. (HR al-Bukhari dan Ahmad).
Dalam Islam seorang pemimpin wajib memberikan hak setiap warga negara berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan secara cuma-cuma. Pemimpin pun akan mengerahkan segala daya upaya untuk menciptakan lapangan kerja yang sangat luas untuk rakyatnya sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan primernya.
Tak hanya itu fasilitas publik seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan diberikan secara gratis kepada rakyat. Rakyat tak perlu dibebani biaya yang sangat tinggi untuk memenuhi hal ini. Masalah kepemilikan pun diatur dalam Islam dimana terbagi menjadi kepemilikan negara, masyarakat dan individu. Seperti SDA yang sangat melimpah itu adalah hak semua rakyat.
Seperti dalam hadits Rasul saw.:
“Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Hadits di atas menyatakan bahwa kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api sehingga ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu. Para ulama terdahulu pun sepakat bahwa air sungai, danau, laut, saluran irigasi, padang rumput adalah milik bersama, dan tidak boleh dimiliki/dikuasai oleh seseorang atau hanya sekelompok orang.
Sehingga SDA yang ada di negeri-negeri kaum muslim akan dikelola dengan optimal oleh negara dan hasilnya diberikan langsung kepada rakyat. Lantas masih adakah peluang kemiskinan di negeri tersebut saat Islam yang mengatur segala urusan?
Terkisah di masa Islam, diriwayatkan oleh Ubaid, bahwa Gubernur Baghdad Yazid bin Abdurahman mengirim surat tentang melimpahnya dana zakat di Baitul Maal karena sudah tidak ada lagi orang yang mau menerima zakat. Lalu Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk memberikan upah kepada orang yang biasa menerima upah.
Lalu Yazid menjawab:”sudah diberikan namun dana zakat masih berlimpah di Baitul Maal”. Umar mengintruksikan kembali untuk memberikan kepada orang yang berhutang dan tidak boros. Yazid berkata:”kami sudah bayarkan hutang-hutang mereka namun dana zakat masih berlimpah”. Lalu Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk menikahkan orang yang lajang dan membayarkan maharnya. Namun hal itu dijawab oleh Yazid dengan jawaban yang sama bahwa dana zakat di Baitul Maal masih berlimpah. Pada akhirnya Umar bin Abdul memerintahkan Yazid bin Abdurahman untuk mencari orang yang usaha dan membutuhkan modal, lalu memberikan modal tersebut tanpa harus mengembalikannya.(zakat.or.id/, 16/04/14).
Masyaallah, sungguh luar biasa pengaturan dalam Islam. Semuanya dapat merasakan kemakmuran dan kesejahteraan dalam naungan sistem hidup berdasarkan Islam.
Jika kita ingin terlepas dari lingkaran kemiskinan ini, maka sudah selayaknya kita kembali pada aturan Allah yang bisa menyelamatkan. Aturan Islam yang hanya melahirkan kemaslahatan bukan kerusakan. Aturan Allah saja yang bisa menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi manusia.
Wallahu’alam bi-ashowab.
Tags
Opini