Oleh : Windha Yanti. S
Beberapa waktu lalu ada sebuah pernyataan yang membuat gaduh yang keluar dari lisan elit politik. Dan ini cukup membuat geram kaum muslim terutama mereka yang memperjuangkan aturan Islam agar bisa diterapkan.
Menteri Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Indonesia Mahfud MD menyampaikan materi saat diskusi panel di Gedung Pengurus Besar Nahdlatu Ulama, mengatakan Indonesia dan Malaysia memiliki kesamaan yaitu ingin membangun negara yang Islami. Yaitu, negara menerapkan nilai-nilai Islami.
"Saya tak mengatakan mendirikan negara Islam tapi nilai-nilai Islami. Sebab itu saya sering menggunakan istilah kita tak perlu negara Islam tapi perlu negara Islami. Islami itu kata sifat, jujur, sportif, bersih, taat hukum, anti korupsi, pokoknya yang baik-baik itu Islami. Sehingga seperti New Zeland bukan negara Islam tapi negara lslami," kata Mahfud saat mengisi diskusi dengan tema Harapan Baru Dunia Islam: Meneguhkan Hubungan Indonesia-Malaysia di Gedung PBNU Republika.co.id, Jakarta pada Sabtu (25/1).
Seolah-olah negara Islam adalah momok yang sangat menakutkan jika diterapkan, tak sedikit elit penguasa dan elit politik yang mendiskriminasi ajaran Islam, sehingga mereka berupaya keras menjauhkan umat dari Islam, dengan memonsterisasi ajaran Islam. Dan tidak cukup hanya memonsterisasi tetapi juga membuat opini sesat, agar kaum muslim tidak lagi mampu membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Begitupun pernyataan Menteri Kordinator Bidang Politik tersebut sangat berbahaya, bahkan berpotensi menyesatkan umat, pasalnya pernyataannya tidak memiliki landasan dalil syar'i. Dengan kondisi umat hari ini yang sangat awam dengan ajaran Islam bisa dengan mudah rakyat akan terbawa dengan opini sesat tersebut.
Terlebih lagi pernyataan yang sangat menyakitkan umat keluar dari lisan seorang profesor dengan mengatakan, agama melarang untuk mendirikan negara seperti yang didirikan Nabi. Sebab, negara yang didirikan Nabi merupakan teokrasi dimana Nabi memiliki tiga kekuasaan sekaligus yaitu legislatif, yudikatif, dan eksekutif. (Republika.co.id)
Ini adalah pernyataan yang berbahaya dan dapat menyederai atau merusak keimanan seseorang. Pasalnya pernyataan tersebut, meyamakan sistem pemerintahan Islam dengan sistem Demokrasi, dimana kedua sistem tersebut sangat berbeda. Sedangkan sistem Islam kedaulatan berada pada hukum syara, sedangkan Demokrasi kedaulatan ada pada suara rakyat yang diwakilkan oleh pemerintahan.
Tak sepantasnya pula seorang elit penguasa membuat pernyataan demikian, pasalnya seorang pemimpin adalah panutan atau teladan bagi yang dipimpin. Dan jabatan yang diberikan dari rakyat adalah amanah yang harus dijaga. Inilah yang terjadi, sistem Demokrasi akan membuat muslim yang berada di dalamnya akan terjerat dengan pemikiran sekuler.
Sistem yang berasaskan pemisahan agama dari kehidupan, akan melahirkan manusia manusia yang tidak ta'at syari'at, pasalnya negara mencontohkan bahwa urusan agama tidak boleh dibawa di arena publik, terlebih lagi dalam bernegara. Sehingga virus sekulerisme akan menjalar keseluruh rakyat.
Sesungguhnya barang siapa yang sikapnya menolak untuk diatur kehidupannya dengan hukum Allah dan disertai dengan keyakinan bahwa hukum Allah itu tidak harus dilaksanakan, maka Al quran menjelesakan.
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ ﴿٤٤﴾
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (TQS. Al-Maidah: 44).
Al-Qur’an, Surah Ali ‘Imran: 23, yaitu:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوْتُواْ نَصِيباً مِّنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ اللّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِّنْهُمْ وَهُم مُّعْرِضُونَ ﴿٢٣﴾
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi krbahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran)”.
Sehingga menaati setiap yang dicontohkan Rosul termasuk mendirikan Negara Islam adalah bentuk ketaatan yang sempurna, itulah sikap yang seharusnya dilaksanakan bagi seorang muslim, agar bumi yang kita cintai ini mendapatkan berkah dan terhindar dari berbagai bencana yang disebabkan ulah tangan tangan manusia sendiri.
*( Aktivis Dan Pemerhati Sosial )
Tags
Opini