Oleh: Hifza Clemira Mun
Dosen Perguruan Tinggi Swasta
Jalan raya adalah fasilitas umum yang merupakan hak rakyat. Namun saat ini, terlebih di musim penghujan, begitu banyak jalanan yang mudah rusak. Jika diperhatikan, hampir setiap tahun perbaikan jalan dilakukan, namun hal ini seolah menjadi rutinitas proyek tahunan. 73 persen jalan milik Provinsi Jabar umurnya sudah habis, yakni sepanjang 1.735 Km dari panjang total jalan provinsi 2.360 Km. Menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Jabar, A. Koswara, ini adalah salah satu persoalan pengelolaan infrastruktur jalan. Umur kontruksi disesuaikan dengan rencananya, pasti saat pembangunan akan dianalisis jalannya dengan aspal atau beton akan berbeda. Dampaknya, kalau umur kontruksi sudah habis maka jalan di atasnya akan bagus mulus tapi di bawahnya justru akan cepat rusak. Menurut Koswara pula, permasalahan jalan provinsi lainnya adalah, sekitar 76 persen jalan provinsi belum standar atau sekitar 1.816 Km tak memenuhi standar kriteria jalan. (AyoBandung.com)
Tentu hal ini ironis dengan pembangunan jalan tol yang besar-besaran dan dimana-dimana. Padahal jika kembali pada kepentingan rakyat, jalan ruas provinsi lebih dibutuhkan untuk akses transportasi dimana hal tersebut adalah fasilitas umum bagi semua rakyat dan gratis. Berbeda dengan jalan tol, hanya kalangan tertentu saja yang bisa menggunakannya, yakni yang mampu membayar tarif tol, tidak bisa di akses oleh semua orang. Bahkan atas nama investasi, pembangunan jalan-jalan tol tersebut dibiayai dari utang dan pengelolaannya nanti akan diberikan pada swasta. Menjadi pertanyaan besar, mengapa pemerintah seolah lebih mendahulukan kepentingan para pemilik modal daripada kepentingan rakyatnya sendiri?
Tidak sedikit kasus kecelakaan yang terjadi akibat jalan rusak bahkan hingga merenggut nyawa, kemacetan dimana-mana, kenyamanan transportasi sulit didapat dan persoalan-persoalan lainnya. Sangat disayangkan, pemerintah yang notabene adalah pelindung rakyat, saat ini dalam sistem demokrasi kapitalis sekuleris, perannya hanya menjadi regulator yang seringnya berpihak pada kalangan kapitalis. Hal ini menjadi sesuatu yang lumrah, dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa dibalik naiknya pejabat atau wakil terpilih, ada kapitalis yang ‘memberikan modal’, sehingga tidak heran kebijakan yang dikeluarkan akan memudahkan usaha para pemberi modal tadi. Inilah buah dari aturan hidup sekulerisme kapitalisme, dimana aturan buatan manusia ini hanya akan menyebabkan ketidakadilan bagi manusia di dunia dan akhirat.
Berbeda dengan aturan hidup Islam yang berasal dari Sang Pencipta. Dalam Islam ditetapkan bahwa pemerintah adalah pelindung dan perisai bagi umat.
“Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggung jawab atasnya” (HR. Al Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad)
Adapun mengenai tanggung jawab pemimpin Islam dalam urusan jalan sebagai fasilitas umum, hal ini nampak dari kisah Umar bin Khattab yang berkata bahwa jikalau ada kondisi jalan di daerah Irak yang rusak karena penanganan pembangunan yang tidak tepat, kemudian ada seekor keledai yang terperosok kedalamnya, maka ia bertanggung jawab karenanya. Ini merupakan bentuk kehati-hatian Umar dalam mengurusi urusan umat. Binatang saja begitu dikhawatirkan, apalagi manusia yang merupakan tanggung jawab utamanya. Inilah gambaran sosok pemimpin dalam Islam, dimana ketaqwaannya begitu teruji karena dibentuk dengan aqidah Islam.
Namun sejatinya, sosok ini pun tercipta dari sebuah sistem yang mulia. Dimana jika sistem aturan hidup yang diterapkan berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala, maka akan lahir sosok pemimpin dengan keimanan yang tinggi. Dalam Islam, sistem hidup yang diterapkan dan sosok pemimpin yang sholeh merupakan dua perkara penting yang tidak dapat dipisahkan, yang akan mengantarkan manusia pada keselamatan dunia dan akhirat.
Wallahu ‘alam bi ashowab.
Tags
Opini