Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Muslimah Penulis Sidoarjo
Tanggal cantik 2 Februari 2020 yang lalu merupakan hati istimewa bagi seorang artis Indonesia, Istana Sarasvati, salah satu diva dari sekian banyak diva. Setelah 12 tahun berpacaran, akhirnya melangkah di jenjang pernikahan juga.
Sebagaimana sahabatnya, Raisa yang dulu ketika menikahpun banyak yang menyayangkan, sehingga rame-rame patah hati. Kalau sekarang patah hati yang keberapa ya?
Acara pernikahan digelar dengan minim media. Supaya lebih privat dan khusuk katanya. Akad digelar dengan balutan kebaya brokat putih yang anggun. Tak berhijab. Nusantara banget. Mungkin Divasama seperti ketika ia menyanyikan the Halelujjah Chorus, yang penting kan beragama Islam, tak penting apa yang dikerjakannya.
Pas resespsi, Isyana kembali tampil dengan anggun dan mempesona dengan balutan baju pengantin putih lengkap dengan kain yang menjuntai dari kepala hingga lantai. Tak dinyana, pakaian itu hanya utuh didepan sementara punggung hingga batas pinggang terbuka.
Apa ini? keramahan fashion, kecanggilan teknologi atau bagaimana? seketika berusaha mengumpulkan perasaan yang ambyar. Diva, tenar, materi lebih dari cukup mengapa menggelar pernikahan tidak dengan berhijab?
Inilah bahayanya jika melihat Islam secara kontekstual ataupun tekstual. Padahal Islam satu, jikapun ada ayat yang multifafsir para alim ulama telah mendapatkan jawabannya secara sempura baik kembali kepada Al-Qur'an maupun As-sunnah.
Isyana yang menjadi panutan wanita sejagad media, ternyata tak mampu menggali apa mau Ilahi. Jadi teringat sepulang sekolah anak gadisku, ia menggerutu sebab kelas gak segera dipulangkan karena beberapa temannya susah duduk salih.
Ada syarat ketika ingin minta sesuatu. Menikah minta langgeng rukun hingga anak cucu, namun mengapa menguranginya sejak awal dengan kesombongan, tak mau jalani syariat Allah?
Astaghfirullah.
Tags
Opini