Ngawur, Menjadikan Agama sebagai Musuh Pancasila





Oleh: Diyana Indah Sari
(Mahasiswi Sebelas Maret Surakarta)

Baru beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 5 Februari 2020, Prof Yudian Wahyudi dilantik sebagai ketua BPIP, kini ramai dibicarakan dan menjadi sorotan publik. Pernyataan yang dilontarkan prof Yudian mengenai agama adalah musuh terbesar pancasila tentu membuat geram. Kepala BPIP ini mengutarakan, sebagaimana masa orde baru dimana Pancasila berlaku sebagai asas tunggal. Dengan adanya asas pilihan seperti Islam maka “dari situlah Pancasila dibunuh secara administratif”. Ia juga beranggapan bahwa belakangan ini ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila. "Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," papar Yudian yang juga sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogjakarta.


Yudian menjelaskan bahwa konsep pancasila sebagai dasar kehidupan bernegara yang majemuk, pancasila merupakan anugrah Tuhan dan juga berdifat religius. Namun dalam penerapannya harus disekulerisasi, yakni kita sendiri yang menentukan peraturannya. "Tapi untuk mewujudkannya kita butuh sekularitas bukan sekularisme. Artinya soal bagaimana aturan mainnya kita sendiri yang harus menentukannya," kata Yudian.
https://news.detik.com/berita/d-4895595/kepala-bpip-sebut-agama-jadi-musuh-terbesar-pancasila


Pernyataan tersebut tentu banyak mengundang kritik, menjadikan agama sebagai musuh merupakan kesalahan yang sangat besar. Jika agama dijadikan sebagai musuh sama halnya kita harus menyingkirkan agama dari kehidupan, meninggalkan aturan Allah dan hanya hidup dengan aturan manusia dengan segala kekurangannya.


Jika kita kembali menilik masa lalu, islam sangat berperan dalam kemerdekaan Indonesia, dengan islam pula mampu membangkitkan semangat jihad untuk memerangi penjajah. “Para pendiri bangsa Indonesia menyatakan bahwa bahwa Indonesia itu merdeka berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan negara Indonesia dibentuk berdasarkan kepada Ketuhanan yang Maha Esa, dan Tuhan Yang Maha Esa itu yakni Allah yang Maha Kuasa adalah sumber agama, bagaimana tiba-tiba ada yang mengatakan agama musuh Pancasila ?” kata al Khaththath Sekjen Forum Umat Islam (FUI). https://suaraislam.id/agama-disebut-musuh-terbesar-pancasila-sekjen-fui-itu-tidak-tahu-sejarah/


Agama dan kehidupan tidak dapat dipisahkan, menjadikan agama sebagai musuh berarti telah membawa kehidupan ini kedalam kerusakan. Pemikiran ketua BPIP ini jelas sangat sekuler, tidak menginginkan peran agama dalam kehidupan terutama kehidupan bernegara. Menjadikan pancasila diatas segala-segalanya dan memahami pancasila sebagai aturan hidup yang lebih baik dari aturan Allah SWT tentu akan menjerumuskan pada kesyirikan. Manusia adalah makhluk lemah dan penuh keterbatasan, jika berfikir manusia dapat membuat aturan sendiri, yang dihasilkan hanyalah aturan atau hukum yang cacat


Agama juga sangat berperan dalam keberjalanan kehidupan bernegara, menganggap ideologi pancasila paling benar dan menafikan agama tentu itu adalah kesesatan dan penghinaan terhadap islam. Jelas kondisi seperti ini menunjukkan bahwa kehidupan ini buta akan Tauhid dan meremehkan hukum Allah, memilih membuat hukum sendiri untuk menuruti hawa nafsu.


Oleh karena itu perlunya pemahaman mengenai tauhid, dan segala konsekuensinya. Allah telah menciptakan manusia dan diberikan hukum dan syariat untuk mengatur kehidupan ini. Lalu hukum siapa yanga akan dipilih, hukum Allah yang pasti adil dan terbaik atau hukum manusia yang menyesatkan ?


Ideologi yang digadang gadang saat ini apakah mampu memberikan arah tujuan hidup yang jelas? apakah mampu menuntun masyarakat dalam mengatasai permasalahan kehidupan? Ternyata yang didapati hanyalah kerusakan. Tidak seharusnya manusia membuat hukum dan membanggakannya, hanya ALLAH SWT yang berhak membuat hukum dan mengatur kehidupan ini. Jika yang diinginkan adalah mensekulerisasi kehidupan menentukkan aturan main sendiri, maka yang ditemui hanyalah kehancuran.


Menjalankan syariat ALLAH adalah konsekuensi keimanan, dengan menegakkan syariat juga akan memberikan jaminan kesejahteraan hidup.
“Maka demi Rabbmu, mereka tidak akan beriman sehingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusanmu dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’ (4): 65).


Jika kita melihat sejarah kegemilangan islam dengan diterapkannya khilafah, pada saat itu kesejahteraan terjamin bahkan mampu meriayah ummat selama 13 abad. Tentu saat itu yang diterapkan adalah ideologi islam, menegakkan hukum dan syariat ALLAH dan tidak ada pemisahan agama dari kehidupan.


Sebagai contoh bukti kegemiangan khilafa, Will Durant seorang sejarawan barat. Dalam buku yang dia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization, dia mengatakan, “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka”


Dengan demikian, apabila digaungkan agama sebagai musuh pancasila, ketika aturan yang dipakai adalah aturan yang disekuleriasai, kita dapat menyimpulkan bahwa kita hanya akan menemui kegelapan dan kesesatan. Sudah saatnya kita kembali pada ideologi shohih yakni ideologi islam, menerapkan hukum dan syari’at Allah sebagai konsekuensi keimanan dan guna mewujudkan kebangkitan yang shohih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak