Oleh : Laela Komalasari*
Corona Virus atau nCov 2019 atau disebut juga Novel Corona saat ini sedang menggegerkan dunia. Virus yang diduga pertama kali muncul di pasar hewan-hewan liar ilegal di Wuhan, Tiongkok menjadi momok menakutkan bagi rakyat di dunia. Kota dengan 11 juta penduduk itu saat ini terisolasi karena dibatasinya akses keluar masuk menuju Wuhan, mengantisipasi virus semakin menyebar.
Virus yang tengah ramai diperbincangkan ini setelah diteliti oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Chitna menyatakan bahwa Virus Corona berasal seafood Huanam di Wuhan yang menjual daging hewan-hewan liar seperti kodok, kelelawar, ular hingga anak serigala. Seperti makanan pokok, hewan-hewan tersebut dikonsumsi bebas oleh masyarakat China, khususnya di kota Wuhan.
Sejak terdengar kabar munculnya Virus Corona pada akhir Desember 2019 pemerintah China membatasi akses keluar masuk kota Wuhan dan kota-kota dalam provinsi Hubei. Hingga saat ini Wuhan bak kota mati, banyak warganya yang mengeluhkan stok pangan karena tidak ada suply makanan ke dalam kota. Dan banyak pula warga yang menimbun stok pangan untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan.
World Health Organization atau WHO awalnya menyatakan darurat Virus Corona hanya berlaku untuk Tiongkok. Namun, saat ini negara lain pun sedang darurat Virus itu. Seperti negara Korea, Jepang, Malaysia dan Australia. Dalam waktu satu bulan Virus itu menyebar luas, sehingga sudah banyak korban yang terinveksi, bahkan korban meninggal setiap hari terus bertambah.
Saat ini Jumlah kematian akibat virus corona di China terus meningkat. Hingga kini, sebanyak 56 orang tercatat telah meninggal dunia dan yang terinveksi Virus Corona sebanyak 1.975 (Republika 26/1/20). Dan itu terus bertambah, bahkan China saat ini tengah membangun Rumah Sakit khusus di Wuhan untuk menampung sekitar 1000 orang yang terjangkit Virus tersebut.
Rumah sakit khusus di Wuhan pun dikerjakan hanya dengan waktu 16 hari, saking urgentnya Virus Corona menjangkit warga Wuhan. Karena rumah sakit yang ada saat ini tidak cukup untuk menampung korban yang terjangkit Virus Corona, menyebabkan terus bertambahnya korban dan kurangnya tenaga medis yang menangani korban Virus tersebut.
Virus ini masalah besar yang tidak bisa ditangani individu, harus ada peran pemerintah. Nah, ngomong-ngomong soal pemerintah ada hal antimainstream yang dilakukan pemerintah di Negeri ini. Disaat beberapa negara menolak kedatangan warga China entah itu alasan turis wisata atau hanya pendatang. Justru, Indonesia malah membiarkan turis asal Negeri tirai bambu tersebut karena alasan Ekonomi.
"Netizen juga menyayangkan sikap Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang menerima 174 turis asal Kunming, China, di Bandara Internasional Minangkabau di Padang pada Minggu (HarianHaluan - 26/1)." Selain karena penerimaan turis China di Sumbar, Indonesia. Netizen juga menyangkan sikap Irwan Prayitno (Gubernur) dan Alwis (Sekda) yang malah menyambut para turis layaknya tamu kehormatan.
Dengan alasan ekonomi hingga Kamis (23/1/2020), Kementerian Kesehatan tidak akan menutup akses atau melakukan pembatasan perjalanan dari dan ke Daratan China melalui jalur udara, laut dan darat.
Tanpa memikirkan resiko terburuk yang akan terjadi membiarkan rakyatnya keluar masuk China, begitu juga China yang tidak dibatasi aksesnya menuju Indonesia.
"Kita tidak melakukan restriksi, pembatasan perjalanan orang, karena bisnis bisa merugi, ekonomi bisa berhenti." kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I, Bandara Soekarno-Hatta, dr. Anas Ma'aruf di Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (22/1/2020) malam. (Harian Jogja 23/1/20).
Lucu sekali saat negara lain sibuk melakukan cara untuk mengevakuasi warganya di China. Justru, Indonesia mengutamakan warga China datang dan warga Indonesia sendiri belum ada kepastian kapan dievakuasi. Bahkan negara maju seperti Perancis kecolongan saat ada turis China masuk hanya di cek melalui alat pendeteksi. Dan Indonesia hanya mengecek warga China dengan pendeteksi suhu tubuh?
Jadi, sebenarnya pemerintah ini investasi ekonomi atau investasi virus? Memang, belum tentu warga China yang datang ke Indonesia terjangkit virus Corona. Tetapi, dengan segala keterbatasan yang ada disaat ini manusia hanya bisa waspada dan mencegah virus semakin menyebar luas. Bukan malah seolah menantang virus itu untuk menyebar ke Indonesia.
Kenapa Bisa Terjadi?
1. Memang manusia diciptakan sepaket dengan naluri. Sudah naluriahnya manusia untuk makan dan minum. Tapi, manusia juga memiliki ego dan ketidak puasan terhadap sesuatu. Padahal alam sudah menyediakan hewan dan tumbuhan yang baik untuk dikonsumsi. Dan manusia dengan kerakusannya mencoba hal baru, yaitu memakan hewan yang seharusnya tidak dimakan.
2. Ditambah kurangnya aware atau peringatan dari pemerintah pusat kepada rakyatnya untuk tidak memakan hewan-hewan liar yang jelas mengandung virus.
3. Dibiarkannya pasar seafood yang menjual hewan-hewan liar secara ilegal oleh pemerintah.
4. Tidak mengurangi akses pendatang dari dan menuju ke China.
Bagaimana Pandangan Islam mengenai kasus ini?
Pada zaman Khalifah Ummar Bin Khattab muncul wabah virus Tho'un di daerah Amwas, Palestina. Tidak ada obatnya pada saat itu dan belum ada orang yang dapat menghentikan wabah virus itu. Sampai akhirnya Ummar selaku khalifah menunjuk Amr Bin Al Ash, seorang yang cerdas dan special menyelesaikan hal-hal rumit (al-mu'dilat).
Yang dilakukan Amr Bin Al Ash saat survei lokasi, yaitu :
1. Yang diluar rumah tidak boleh masuk, yang didalam rumah tidak boleh keluar.
2. Virus mudah menyebar saat orang yang terjangkit berkumpul-kumpul, maka Amr meminta mereka dipisahkan. Ke gunung, goa bahkan ke lembah orang-orang itu di karantina jauh dari masyarakat. Dan hanya dengan hitungan hari selesai.
Masyaa Allah
Siapa Amr Bin Al Ash? Beliau bukan Dokter, bukan Ilmuan, bukan ahli medis lalu kenapa bisa dipercaya untuk mengatasi wabah virus ini hanya dengan waktu kurang dari satu pekan. Ini bukan tentang gelar dan sekolah. Tapi, tentang kualitas pendidikan ala Islam. Tsaqofah Islam mampu melahirkan orang-orang berkualitas.
Bisa kita petik hikmah sejarah di atas bahwa penanganan yang tepat akan mengurangi jumlah orang yang terinveksi, akan mempersempit penyebaran virus tersebut. Bukan malah dengan menyambut orang yang notabene di Negaranya sendiri saja dibatasi aksesnya. Sistem saat ini menjadikan manusia lebih mengedepankan materi dibanding keselamatan dan kesehatan rakyatnya.
Di dalam Islam juga kita dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan thoyib. Halal haram sudah jelas Allah pisahkan. Kita tidak boleh mencampir adukkan halal dan haram, hak dan bathil. Allah mengharamkan sesuatu pasti ada maksud baik dibaliknya. Karena Allah yang lebih paham manusia, bahkan dari diri kita sendiri.
Makanan thoyib juga saat ini sulit didapati. Apalagi di negara komunis seperti China. Dikategorikan thoyib saat makanan itu diolah dengan baik, bersih dan selalu melafadzkan asma Allah. Contoh, saat memotong hewan sapi, ayam, kambing atau unta kita diwajibkan mengucapkan Basmallah. Sampai se-begitunya aturan Islam itu. Dan aturan Allah berikam demi manusia itu sendiri, bukan untuk-Nya.
Maka, sepatutnya kita sebagai makhluk yang lemah dan serba terbatas ini tidak selayaknya sombong. Sombong dalam artian menyepelekan aturan Allah. Bisa dilihat saat ini bahkan virus yang harusnya hanya menjangkit kawasan Wuhan saja, tapi mampu menyebar ke beberapa Negara. Yang harusnya bisa diminimalisir sedari awal.
Semoga dengan adanya penyebaran Virus Corona ini, manusia sadar betapa lemahnya ia dan butuh sesuatu sandaran yang hakiki yaitu Al-Khaliq. Dan manusia sadar bahwa sistem saat ini sama sekali tidak me-manusiakan manusia karena sistem kapitalisme dan komunisme lebih mengutamakan materi. Berbeda dengan peradaban Islam, tak habya manusianya dimuliakan hewan pun ikut merasakannya karena Islam adalah rahmatan lil'alamin.
Wallahu'alam.
*Aktivis Muslimah Karawang
Tags
Opini