Oleh: Arin RM, S.Si
Islam memiliki keistimewaan bagi para pemeluknya. Ajaran yang dimilikinya tidak sebatas dinilai sebagai sebuah aturan formal sebatas pengetahuan belaka. Bagi setiap orang beriman, kepekaan imannya akan menuntunnya untuk meyakini setiap apa yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya tanpa tapi. Bahkan kepekaan ini pula yang akan membuat orang beriman bisa melihat sesuatu yang tak “terlitat mata” sebagai pendorong aktivitasnya, pahala dan dosa, surga dan neraka.
Keimanan membuat keyakinan adanya janji Allah membulat dalam diri kaum muslim. Begitu pula halnya dengan setiap kabar gembira yang disabdakan Rasulullah, akan menjadikan sumber energi tak terbatas bagi muslim. Bahkan keyakinan akan janjiNya dan kabar gembira Rasulullah pernah terbukti menjadikan muslim rela mengorbankan apa saja yang dimilikinya. Sejarah pembebasan Konstantinopel dari generasi ke generasi telah membuktikan itu. Sebuah pembebasan yang tak henti diupayakan maksimal, hingga berhasil ditunaikan ratusan tahun setelah disabdakan.
Kaum muslim di masa itu memiliki kualitas keimanan yang luar biasa. Gen iman out of the box. Gen iman yang mampu menembus realitas kesulitan demi hasil akhir yang hendak dicapai. Gen seperti ini dulunya juga ditanamkan Rasulullah kepada para shahabat. Sejak awal dapat diketahui bahwa Rasullah mendidik shahabat agar tidak membatasi pandangan pada realitas zaman. Tuntunan iman yang ditanamkan berhasil menjadi pencetak mental shahabat agar tidak percaya realitas di depan mata, tapi lebih meyakini apa yang disampaikan Zat Yang Maha Benar, yang menjadi tujuan akhir pencapaian.
Sehingga kala itu didapati pribadi para shahabat yang memiliki visi jauh melesat ke depan, melangkahi kesulitan dan problematika hidup yang sangat besar, sangat banyak, dan sangat menyulitkan. Visi dan keimanan kala itu laksana bahan bakar yang siap mengobarkan api harapan sepanjang waktu. Menjadikan segala halangan dan rintangan layaknya fatamorgana, pandangan semua yang tidak dapat menandingi visi hidup yang diberikan Islam, yakni membebaskan dunia.
Gen demikian juga diwarisi oleh generasi Muhammad Al Fatih. Golongan yang telah menyandang predikat Amir dan pasukan terbaik sekaligus karena kegemilangannya merealisasikan kabar gembira Rasulullah, membebaskan Konstantinopel. Keyakinan akan visi besar pembebasan telah ditanamkan pada diri mereka sejak kecil. Keyakinan bahwa apa yang terucap dari Rasulullah pasti akan terjadi, kendati semua makhluk selainnya berkata tidak. Sebuah keyakinan yang di luar batas keumuman, produsen orang hebat yang berpikir besar, penghasil usaha besar, dan penghasil prestasi besar.
Namun keyakinan seperti ini bukanlah tanpa persiapan, justru harus dipersiapkan dengan seksama dan sungguh-sungguh. Jika Rasulullah bisa mengkader shahabat menjadi hebat, Muhammad Al Fatih juga bisa sedemikian hebat, maka dengan menempuh jalan yang sama, tidak ada kemustahilan generasi saat ini pun untuk mendapatakan kualitas serupa. Generasi dengan gen out of the box, melihat realitas lebih dari sebatas apa yang ditangkap oleh mata. Meyakini pula akan keberadaan sesuatu yang lebih hebat dari dirinya dan layak disembah kapan saja. Sehingga dengan berserah dan tunduk padaNya, apapun yang disampaikanNya melalui kekasihNya adalah benar, kendati itu belum terjadi.
Langkah penting mendapatkan gen demikian adalah dengan mendalamkan kedekatan hamba kepada Allah, salah satunya dengan shalat. Muhammad Al Fatih adalah contoh pribadi yang begitu dekat kepadaNya, bahkan dalam urusan shalat pun tak pernah ketinggalan jamaah. Kedekatan ini menjadikannya meyakini bahwa setiap kemenangan yang dipimpinnya merupakan pertolongan nyata dari Allah. Pelajarannya adalah bahwa gen hebat dimiliki oleh mereka yang memiliki kualitas ibadah di hadapan Allah, terutama shalat. Sebab shalat merupakan bukti ketundukan dan penghambaan kepadaNya.
Apabila shalat tertegakkan dengan sempurna, maka tertahanlah setiap diri dari perbuatan keji dan mungkar. Sebaliknya tertanamlah pribadi yang punya komitmen kuat terhadap nilai-nilai dan aturan Islam. Pribadi yang konsisten dalam menggenggam kebenaran, yang mampu mengontrol diri dan hawa nafsunya agar senantiasa tunduk. Sehingga lahirlah darinya kreativitas, gagasan dan ide brilian yang menebarkan kebaikan dan kebenaran. Muncullah generasi yang kompeten dalam mengamalkan ajaran agama.
Iklim dan lingkungan yang menjamin tertegakkannya sholat dengan sempurna juga merupakan langkah penting yang harus diwujudkan. Yakni sebuah kehidupan berasaskan Islam, yang menjadi ruang tanpa batas bagi dilaksanakannya ajaran Islam. Berat, namun bagi yang mampu melihat dengan tuntunan iman melebihi apa yang sekedar ditanggap lensa mata, ia telah menggenggam energi tak terbatas. Mereka menjadi tak lelah beribadah maksimal kepada Allah. Menjadi tak masalah jika harus berusaha susah payah untuk mewujudkan lingkungan demikian.
Sebab apa yang dijanjikan Allah dan RasulNya menjadi visinya, penyemangatnya menjadi pribadi terbaik yang beroleh kenikmatan kekal yang juga tak terlihat mata biasa, surga. Maka kita dapati upaya serius dari kalangan kaum muslimin saat ini untuk mengembalikan lingkungan Islam. Memurnikan Islam dari pengaruh sekularime yang berupaya membatasi ketundukkan pada Allah hanya pada urusan sebatas ibadah saja. Agar Islam kembali tampil sebagai habitat alami bagi kaum muslim guna menyemai bibit gen out of the box selanjutnya.