Membenturkan Agama dan Pancasila, Tudingan Jahat Untuk Memecah belah Bangsa



Oleh: Suci Hardiana Idrus

Pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Profesor Yudian Wahyudi terkait hubungan Pancasila dan agama kembali telah menuai kontroversi ditengah-tengah masyarakat. Kepala BPIP Yudian Wahyudi kepada tim Blak-blakan detikcom, mengatakan ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

"Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," kata Yudian.

Dilansir dari detikNews, Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan menyayangkan kegaduhan akibat pernyataan yang disampaikan Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, yang mengatakan bahwa agama merupakan musuh Pancasila. Menurutnya, pendapat tersebut keliru dan perlu diluruskan.

Dia menilai sejak dulu hingga kini dan sampai kapan pun, agama tidak pernah memusuhi Pancasila. Agama dan Pancasila tidak bertentangan. Karena itu, agama tidak mungkin menjadi musuh Pancasila.

"Kalau benar pendapat tersebut disampaikan Ketua BPIP, pendapat tersebut perlu diluruskan. Sejak dulu agama tidak pernah bertentangan dengan Pancasila, apalagi sampai menjadi musuhnya," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/2/2020).

Meski Kelapa BPIP sudah mengklarifikasi pernyataannya, jika yang diucapkan tak bermaksud menyinggung agama, akan tetapi pernyataan Yudian Wahyudi dinilai telah mendiskreditkan agama dan menyudutkan pihak tertentu.

Masyarakat berharap ada tindakan tegas dari pemerintah terkait pernyataan tersebut. Alih-alih diberi sanksi, Ketua MPR Ahmad Basarah malah berupaya memberi pembelaan terhadap Yudian Wahyudi yang saat ini telah membuat gaduh masyarakat. Ia menilai pernyataan Yudian sebagai selip lidah. Merujuk pada kalimat keseluruhan, ia menilai pernyataan yang ramai dikritik bukanlah pada substansinya.

Melansir dari CNN Indonesia (14-02-2020), Pengamat politik The Habibie Center Bawono Kumoro menyebut seharusnya Yudian bisa lebih menata setiap pernyataan yang dilontarkan demi membuktikan bahwa BPIP bukan lembaga atau badan yang dibentuk untuk menggebuk lawan politik pemerintah.

Dia melanjutkan, Yudian seharusnya memberikan pernyataan yang tidak bias sehingga bisa membuktikan bahwa pemerintah tidak menggunakan Pancasila untuk menggebuk lawan politik.

Senada, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin berharap agar pernyataan Yudian ini tidak semakin memperjelas bahwa BPIP dibentuk untuk melegitimasi pemerintah mencap radikal atau antinasionalisme terhadap kelompok atau kalangan tertentu. Menurutnya, Jokowi harus segera mengoreksi kinerja BPIP.

Sebagai umat beragama, tentu sangat mengherankan terkait adanya pernyataan bahwa agama merupakan musuh besar Pancasila. Ini adalah tudingan yang sangat keji yang dapat melukai perasaan umat beragama. Seakan-akan kita dihadapkan pada sebuah pilihan antara agama dan Pancasila. Tatkala seseorang memilih agama, itu berarti mereka dianggap tidak Pancasila dan tidak setia dengan NKRI.

Selain itu Pancasila sendiri lahir dari landasan agama dimana sila pertama berbicara tentang ketuhanan. Pernyataan Kepala BPIP tidak hanya menista satu agama, akan tetapi ia telah menghina eksistensi semua agama yang telah disepakati di Indonesia. Orang yang beragama tentu tidak akan mungkin melontarkan pernyataan fatal yang mempertentangkan agama dan Pancasila. Terkecuali jika ia berideologi komunis, yang tidak mengakui eksistensi Tuhan dan menggeser peran agama dalam kehidupan.

Pembenturan agama dan Pancasila adalah upaya jahat untuk memecah belah bangsa. Kerancuan berpikir tentang agama dan Pancasila dapat menabuh genderang perang ditengah-tengah masyarakat jika sebagian memilih agama dan sebagian pula memilih Pancasila. Perbedaan terhadap paham tertentu akan terus menjadi isu yang sensitif dan memanas yang berujung pada terpecah belahnya masyarakat menjadi masyarakat agamis atau masyarakat yang pancasilais. Tentu ini sangat tidak baik bagi bangsa jika didalamnya terdapat masyarakat yang tersekat-sekat oleh pemahaman tertentu, yang awalnya agama dan Pancasila menjadi satu kesatuan lalu kemudian dibenturkan oleh pihak-pihak tertentu untuk tujuan tertentu.

Dalam ajaran Islam sendiri, Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara.
(QS Ali Imran:103)

Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan petuah di mimbar,

“Siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, ia akan sulit mensyukuri yang banyak. Siapa yang tidak mau berterima kasih pada manusia, berarti ia tidak bersyukur pada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah bentuk syukur. Enggan menyebutnya adalah bentuk kufur. Bersatu dalam satu jama’ah adalah rahmat. Sedangkan perpecahan adalah azab.”
(HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan, perawinya tsiqah sebagaimana disebutkan dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 667).

Wallahua'lam bisshowwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak