Oleh: Suci Hardiana Idrus
14 Februari menjadi momentum yang hampir tak pernah dilupakan oleh para muda-mudi remaja. Ia dikenal sebagai Valentine Day, yang di artikan sebagai hari kasih sayang. Bunga dan cokelat menjadi lambang kasih sayang antara sepasang kekasih. Tak hanya remaja, kalangan dewasa atau pun tua tak ketinggalan dalam perayaan tersebut meski dengan cara yang beragam.
Dengan masuknya bulan Februari, kini supermarket diramaikan dengan bunga dan cokelat beserta kartu ucapan yang dibungkus dengan sedemikian rupa cantiknya demi terciptanya sebuah kesan yang romantis. Akan tetapi, disaat yang sama, kondom sutra pun begitu mudah terlihat di samping kasir dengan berbagai macam bentuk warna dan harga. Sedang sudah kita ketahui bersama bahwa Valentine Day identik dengan free sex. Tentu hal ini menambah kesan jika free sex yang dilakukan pada hari itu seakan dibolehkan.
Bermodal kasih sayang berbentuk bunga dan cokelat sebagian kalangan rela melepas kehormatan. Suka sama suka menjadi faktor penting dalam hubungan tersebut. Kemudian dimanfaatkanlah hari Valentine sebagai waktu yang tepat untuk memadu kasih. Tanpa sadar mereka terjebak oleh budaya Barat yang rusak, dan yang pasti bertentangan dengan syariat Islam. Meski tak dipungkiri setiap tahunnya selalu ada gerakan yang mengingatkan dan juga menolak Valentine Day di Indonesia.
Perihal Valentine Day, tentu keberadaannya dilatarbelakangi oleh sejarah-sejarah zaman dahulu, meski ceritanya beragam.
Dilansir dari detikNews, menuturkan sejarah Valentine Day dari berbagai versi.
Versi St. Valentine Dan Claudius II
Sejarah pertama datang dari seorang pendeta dari Roma bernama Valentine, yang memiliki akhir tragis. Legenda ini menceritakan bawah Valentine dipukuli dan berakhir dipancung pada tanggal 14 Februari 278 Masehi. Bentuk eksekusi ini merupakan sebuah hukuman karena pendeta Valentine dianggap menentang kebijakan seorang Kaisar bernama Claudius II.
Berdasarkan sejarah, Claudius II ini dikenal kejam setelah membuat Roma terlibat dalam berbagai pertempuran berdarah. Hal ini agar Roma selalu menang dalam peperangan. Sehingga sang Kaisar harus menunjukkan memiliki tentara yang kuat. Namun hal tersebut ternyata sulit untuk diwujudkan, karena menurut sang Kaisar bala tentaranya enggan pergi ke medan perang karena terikat pada istri atau kekasih mereka. Untuk mengatasinya Claudius II melarang semua bentuk pernikahan serta pertunangan yang ada pada Roma.
Sayangnya pendeta Valentine ini menentang kebijakan tersebut, ia berusaha secara diam-diam menikahkan pasangan muda. Tindakan ini ketahuan dan pada akhirnya pendeta Valentine ditahan serta dihukum, kemudian tubuhnya dipukul hingga dipancung. Hukuman ini menjadikan sebuah tanda sebagai peringatan atau perayaan yang dilakukan setiap tanggal 14 Februari.
Sejarah Valentine yang sebenarnya ini memang lebih banyak dipercaya, karena legenda yang beredar menyebutkan bahwa Valentine meninggalkan catatan perpisahan untuk putri penjaga penjara yang menjadi temannya. Dengan tulisan 'From Your Valentine' ini menjadi populer dan banyak menginspirasi. Atas jasanya, Valentine dinobatkan sebagai orang suci hingga disebut sebagai Santo Valentine.
Sejarah Menurut Festival Lupercalia
Sejarah lainnya mengenai Valentine, menyebutkan bahwa Valentine berasal dari sebuah festival. Ada beberapa versi legenda yang menyatakan berita ini. Namun sampai saat ini masih belum tahu cerita mana yang memang benar menghasilkan acara Valentine. Salah satunya adalah Festival Lupercalia ini, sudah menjadi tradisi bangsa Romawi kuno yang tidak terlepas dengan hal-hal yang berbau seks.
Kebenaran ini pernah ditulis oleh J.A North dalam The Journal of Romance to this volume 98 2008. Selain itu Lupercalia merupakan tradisi nenek moyang Romawi kuno yang tidak bermoral dan tidak melambangkan kehangatan atau kasih sayang sama sekali. Namun pada sebuah waktu tradisi ini diubah menjadi lebih baik.
Festival Lipercalia yang sering kali dilakukan dianggap sebagai salah satu tradisi untuk menghormati Dewa kesuburan pada zaman pra Romawi. Namun Lupercalia ini umumnya dirayakan pada tanggal 15 Februari, sedangkan Valentine dirayakan satu hari sebelumnya yakni pada tanggal 14 Februari.
Lantas bagaimana sikap seorang Muslim dalam menyikapi Valentine Day?
Hanya ada dua sikap: bagi muslim yang paham, tentunya mereka akan menolak perayaan tersebut. Dan yang belum paham mereka akan menyambutnya dengan suka cita melebihi hari perayaannya sendiri.
Semua itu tak lepas dari pengaruh budaya asing yang leluasa masuk ke Indonesia dan meracuni pemikiran kaum muslimin khususnya. Aktivitas pacaran menjadi hal yang biasa ditengah kehidupan masyarakat tanpa memikirkan secara serius dampak bagi generasi muda selanjutnya. Zina, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi tak lagi menjadi hal yang tabu. Bahkan negara menganggapnya sebagai bagian dari kebebasan individu yang tak bisa dicampuri oleh pihak lain selama tak merugikan pihak yang lainnya. Akan tetapi pada kenyataannya konsep kebebasan ini tak membawa dampak yang positif dan cenderung merugikan bagi individu, masyarakat bahkan negara itu sendiri secara fitrah.
Valentine Day sesungguhnya telah menyempitkan makna kasih sayang itu sendiri. Sedangkan Islam, telah mengajarkan untuk senantiasa berkasih sayang terhadap semua ciptaan Allah. Tolong menolong dan saling mengingatkan dalam hal kebaikan merupakan wujud cinta kasih terhadap sesama manusia. Kita pula diwajibkan untuk menjaga dan merawat ciptaanNya, terlebih menjaga diri kita dari melanggar perintah dan larangan Allah. Yang harus kita sadari bahwa selain perayaan yang disyariatkan oleh Islam, maka itu haram untuk kita contoh dan mengikuti.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya: "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka."
(HR. Abu Daud no. 4031, dishahihkan oleh Al Albani)
Selain itu dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ » . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ « وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
Artinya: "Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta." Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah SAW, Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi? Beliau menjawab, Selain mereka lantas siapa lagi?"
(HR. Bukhari No. 7319).
Maka sudah saatnya generasi millenial bertakwa untuk mengatakan "Say No to Valentine Day"
Wallahu'a'lam bisshowwab