Oleh : Sri Indrianti
(Pemerhati Remaja)
Seringkali muncul lontaran dari para muslimah bahwa mereka walaupun tidak memakai "jilbab" tetapi selalu berusaha berbuat kebaikan. "Menjilbabi Hati" dulu kilah mereka. Kemudian biasanya mereka memaparkan berbagai fakta bahwa muslimah ber"jilbab" belum tentu orang baik. Misalnya kurang ramah, sholat di akhir waktu, ghibah, dan seabrek fakta untuk mendukung pembenaran pernyataan mereka.
Selintas terlihat benar pernyataan tersebut. Namun kalau kita cermati lagi ternyata istilah "Menjilbabi Hati" itu merupakan kesalahan fatal. Pasalnya, "jilbab" itu bukan untuk menutupi hati.
Jelas sekali tercantum di dalam Al-quran surat Al-ahzab ayat 59 : Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dari terjemahan ayat tersebut jelas bahwa jilbab itu untuk menutupi tubuh bukan hati. Istilah keren untuk jilbab adalah gamis. Justru ketika memakai jilbab itu hati bukannya tertutup namun terbuka. Ya... terbuka menerima kebenaran. Kalau berusaha untuk men"jilbabi hati" berarti berusaha untuk menutup kebenaran yang datang. Naudzubillah
Kemudian apabila ada beberapa fakta muslimah ber"jilbab" namun masih melakukan perbuatan yang buruk itu adalah kesalahan individu. Tidak bisa langsung digeneralisir bahwa muslimah ber"jilbab" ternyata melakukan keburukan.
Manusia itu bukanlah makhluk yang sempurna dan suci. Menuntut manusia untuk sama sekali tidak berbuat salah jelas tidak mungkin. Manusia normal apabila melakukan kesalahan maka ada kegelisahan yang merasuki dirinya. Maka diharapkan ketika manusia khilaf segera bertaubat.
Merupakan sesuatu yang sangat penting memiliki teman atau tim yang senantiasa mendukung untuk berbuat kebaikan. Biasanya teman-teman di tim tersebut akan menasihati saat ada teman lain yang futur. Sangat indah persahabatan apabila memiliki semangat untuk saling menasihati. Sehingga tidak mudah untuk terjerumus melakukan kemaksiatan.
Jilbab dan perilaku memang diharapkan seiring sejalan. Karena berjilbab dan berperilaku baik keduanya merupakan bagian dari syariat Islam. Jika diibaratkan syariat Islam itu pohon, maka berjilbab dan berperilaku baik itu adalah ranting-rantingnya.
Jilbab bisa menjadi alarm bagi muslimah apabila terbersit niat melakukan kemaksiatan. Ada rasa malu ketika melihat pantulan diri di cermin memakai jilbab namun masih memiliki perilaku buruk. Untuk itu, dengan berjilbab maka akan semakin memotivasi muslimah untuk senantiasa berbuat kebaikan dan tidak lelah untuk terus memperbaiki diri.
Yuk, bagi para muslimah yang masih galau terhadap jati dirinya segera mantapkan untuk berjilbab. Berjilbab itu tidak perlu menunggu kesiapan toh ajal datang juga tidak menunggu kesiapan. Astaghfirullah. Semoga kita semua dimudahkan untuk istiqomah berjilbab.