Yusra Ummu Izzah
(Pendidik Generasi & Komunitas Ibu Cinta Qur’an)
Haram meniru sistem pemerintahan Nabi Muhammad Saw. Pernyataan tersebut dilontarkan seorang pejabat negara selevel menteri beberapa waktu lalu. Lagi-lagi kontroversial, bahkan terkesan ngawur oleh sebagian kalangan. (NU Online, 25/01/2020)
Alasannya, negara yang didirikan Nabi merupakan teokrasi di mana Nabi memiliki hak melaksanakan tiga kekuasaan sekaligus yaitu : legislatif, yudikatif, dan eksekutif yang langsung dibimbing Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Nabi SAW. sudah tidak ada, maka sekarang tidak bisa ada lagi negara seperti yang didirikan Nabi SAW.
Logika Ngawur dan Berbahaya
Lidah memang tak bertulang, dan ini bukan kali pertama sang profesor mengeluarkan statement yang kontroversial. Semenjak perbincangan tentang urgensi dan kewajiban kembali pada sistem pemerintahan Islam mencuat kepermukaan, sang professor termasuk salah satu pihak yang gencar melakukan penolakan.
Namun, statement terakhir ini dipandang merupakan statement paling lancang, sampai-sampai pihak MUI pun meminta sang professor segera bertaubat kembali ke jalan yang benar .(MuslimahNews.com)
Bagaimana tidak? Mahfud MD menyerukan umat Islam untuk tidak ittiba’ (mengikuti) baginda Nabi dalam salah satu aspek yang sangat penting, yaitu sistem pemerintahan yang juga diatur oleh Islam.
Selain itu, seruan inipun secara tidak langsung telah mereduksi keyakinan umat Islam tentang kesempurnaan ajaran Islam yang jelas-jelas sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an. Bahkan mereduksi ajaran Islam tidak lebih nilai-nilai moral, bukan system hidup yang memberi penyelesaian terhadap problem-problem ril kehidupan.
Padahal Allah Subhanahu waTa’ala telah berfirman,
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS Al Maidah:3)
Buah Demokrasi Sekuler
Sekalipun telah jelas untuk menjadikan Rasul SAW. Sebagai suri tauladan terbaik dalam segala aspek kehidupan, tak terkecuali dalam sistem pemerintahan, dan dalilnya jelas-jelas ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, namun pendapat ngawur ini selalu ada dan mereka tidak pernah rela Islam menjadi system pemerintahan.
Hal ini tentu wajar terjadi dalam sistem demokrasi sekuler, aturan Islam tidak diperkenankan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Kalaupun ada, maka itu hanya berlaku dalam aspek ritual ibadah saja. Sistem sekuler berupaya menjerat setiap muslim untuk berpikir sekuler dan menentang ketaatan sempurna pada syariat, Tentu saja mereka akan takut dan panik jika ada yang mengancam eksistensi sistem demokrasi sekuler ini.
Walhasil, narasi yang mereka hembuskan selalu kental dengan propaganda-propaganda sesat yang disematkan pada ajaran Islam. Mereka mencoba mengaburkan dan menyesatkan umat tentang kewajiban menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Berusaha keras membendung ghirah umat menyongsong janji Allah dan bisyarah Rasulullah SAW., yaitu tegaknya sistem Islam al-Khilafah.
Terlebih barat kuffar beserta rezim boneka beserta antek-anteknya yang ada di negeri-negeri Islam, sudah kalang kabut menyadari bahwasanya pembahasan negara Islam atau Khilafah telah menjadi perbincangan hangat di seluruh kalangan. Apalagi di tengah carut marutnya kebijakan rezim yang makin membebani dan menyengsarakan umat. Wajar kalau umat mencari solusi Islam sebagai alternatif terbaik.
Lantas, apakah narasi sesat ini mampu mencegah umat untuk terus memperjuangkan syariat Islam tegak di muka bumi dalam bingkai khilafah? Tentu tidak, syariah Allah akan tetap mulia walau berulang kali para penista menodainya. Begitupun dengan kebenaran ajaran Islam, akan senantiasa terjaga walau para munafikun berusaha untuk merusaknya. Sebab ada banyak Ulama yang siap menjaga kalam Allah, dan ada para pengemban dakwah yang akan senantiasa rela mengorbankan waktu, harta, tenaga, pikiran, bahkan nyawa sekalipun.
Wajib Meneladani Rasulullah SAW.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzaab:21)
Maka sudah saatnya menjadikan negara yang dibangun dan diwariskan oleh Rasulullah SAW.-yakni Khilafah untuk diperjuangkan agar tegak di muka bumi. Bukankah Allah dalam firman-Nya di atas telah menyebut Rasulullah adalah suri teladan terbaik? Sekalipun Beliau seorang Nabi, namun peran dan fungsinya sebagai role model bagi umat, termasuk dalam soal kepemimpinan. Maka sungguh tak ada alasan menjadikan yang lain seperti filosof Yunani bernama Montesquieu dan Karl Marx sebagai teladan. Sekali-kali tidak. Not apple to apple, definitely! Wallahu a’lam bishowab.