Oleh: Umi Rizkiy
(Komunitas Setajam Pena)
Virus corona bak monster yang tiba-tiba menyerang manusia. Bagaimana tidak, kabar menyebarnya virus corona di Wuhan Cina yang begitu cepat menjadi ancaman yang sangat menakutkan masyarakat. Bahkan hampir seluruh negara di dunia pun bereaksi terhadap ancaman corona. Mereka menutup akses warga Cina yang akan berkunjung ke negara mereka, bahkan mengisolasi warga Cina yang ada di negara mereka.
Namun tidak demikian dengan negeri tercinta kita. Pemerintah bahkan seolah santai menanggapi permasalahan corona. Bahkan hal itu memicu aksi masyarakat untuk berdemonstrasi menuntuk ketegasan pemerintah menghadapi virus corona ini.
Seperti dilansir Batam.com pada 2 februari 2020 bahwa aksi demonstrasi masyarakat sepakat membuat 6 poin tuntutan kepada pemerintah pusat maupun daerah, yaitu: 1. Meminta WNI asal dari wuhan dipindahkan ke kapal perang KRI. Tujuaanya agar dapat diobservasi di pantai lepas dan tidak menimbulkan kecemasan serta keresahan warga; 2. Meminta pemerintah pusat dan daerah memberi konpensasi berupa posko kesehatan Natuna; 3. Menuntut pemerintah pusat memberi dokter psikiater, karena virus corona ini tidak hanya berdampak fisik, tpi juga psikis; 4. Meminta menteri kesehatan untuk wajib tinggal di Natuna; 5. Menuntut segala kebijakkan pemerintah ke depannya dapat disosialisasikan; 6. Masyarakat meminta pemda menjadi penyambung lidah masyarakat kepada pemerintah pusat. Jika tuntutan ini tidak dilakukan maka massa akan membuat mosi, bahwa masyarakat tidak percaya baik kepada eksekutif maupun legislatif.
Pemerintah juga belum melakukan peringatan bagi WNI yang menuju atau dari cina. Peringatan khusus diberikan pada orang yang mau pergi ke hubei provinsi wuhan cina. Padahal dari 31 provinsi di cina 30 provinsi terkena virus corona. Pemerintah seharusnya respontif dan sensitif mengantisipasi berbagai kemungkinan. Di bidang keimigrasian pemerintah juga belum mengeluarkan kebijakkan apapun untuk membatasi warga negara cina ke Indonesia.
Faktanya, negara kita ini mungkin terlalu cinta terhadap Cina. Pemerintah sangat lemah lembut dan sangat lamban bak siput berjalan yang lagi kelaparan. Padahal sangat jelas bahwa virus corona ini sangat ganas dan tidak boleh diremehkan. Tapi apa yang dilakukan pemerintah sangatlah tidak sesuai fitroh manusia, yang seharusnya memberi rasa nyaman terhadap warga negara ini, dengan tidak lagi mengimpor barang dari luar negeri terutama dari Cina. Baik berupa bahan makanan, alat komunikasi, pakaian, makanan dan sebagainya. Pemerintah juga harus mengambil tindakan tegas adanya larangan atas orang-orang yang mau pergi atau datang ke Cina. Pemerintah harus mengevakuasi orang orang yang berada di wuhan cina ke tempat yang lebih aman dan diisolasikan dan diperiksa dengan tujuan apakah dia terjangkit virus corona ataukah tidak.
Beginilah buah dari demokrasi kapitalisme, tidak lagi peduli dengan keselamatan nyawa seseorang. Bahkan mau menyelamatkan negeri dan rakyatnya pun atas dasar untung rugi dan berdasarkan nilai manfaat saja.
Berbeda dengan negara islam, yang menerapkan islam secara kaffah. Bagaimana mengatasi suatu wabah penyakit, termasuk corona atau yang sejenisnya. Maka negara harus dengan tegas dalam mengambil kebijakkan, sesuai dengan sabda nabi Muhammad SAW yang artinya:
"Jika kalian mendengar suatu wabah disuatu negeri, maka janganlah memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah disuatu tempat kalian berada, maka kalian jangan meninggalkan tempat itu". (HR Bukhari Muslim).
Dari hadist ini telah jelas bahwa bagaimana seharusnya sikap pemerintah dalam mengambil kebijakkan tentang virus corona ini yaitu jika telah mendengar wabah di negeri jangan membiarkan rakyatnya untuk mendatangi tempat itu. Dan bagi WNI yang berada di Wuhan Cina maka seharusnya tidak pergi atau meninggalkan tempat itu. Dengan tujuan agar wabah itu tidak menyebar dan menular ke negeri lainnya.
Maka begitulah Islam dengan tegas, tanpa menghitung untung ruginya dalam menyelamatkan rakyatnya, karena kenyamanan, keselamatan dan keamanan rakyatnya serta kesejahteraan rakyatnya itu yang terpenting dan yang utama. Allahu'alam bisowab.