Bullying, Problem Akut Generasi Sekuler



Oleh Rina Sriana A, S.E.



Seolah tak pernah habis berita duka di negeri ini. Bertumpuknya masalah yang tak pernah terselesaikan. Salah satunya yaitu masalah bullying atau intimidasi, satu istilah yang sering kita dengar akhir-akhir ini. Bagaimana tidak, berita bullying hampir ada di setiap  media cetak atau pun elektronik. 

Seperti yang diberitakan oleh harian Republika (Minggu, 10/02/2020), Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra mengatakan sepanjang 2011 hingga 2019, KPAI mencatat 37.381 pengaduan mengenai anak. Terkait dengan kasus perundungan, baik di media sosial maupun di dunia pendidikan, laporannya mencapai 2.473 laporan. 

Jasra meyakini pengaduan anak kepada KPAI tersebut bagaikan fenomena gunung es. Artinya, masih sedikit yang terlihat di permukaan karena dilaporkan, sementara di bawahnya masih tersimpan kasus-kasus lain yang besar namun tidak dilaporkan."Trennya terus meningkat," kata Jasra, Ahad (9/2).

Fenomena bullying ini muncul diakibatkan oleh beberapa hal. Seperti tontonan kekerasan, dampak negatif gawai, penghakiman media sosial, dan dampak kurangnya pendidikan dari orang tua. Banyak orang tua yang menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya hanya ke sekolah. 

Orang tua beranggapan bahwa dia hanya wajib menafkahi. Tapi dalam hal mendidik itu adalah tugas gurunya. Mereka rela membayar mahal agar anak-anaknya itu menjadi orang yang berhasil kelak. Tapi banyak dari kita sebagai orang tua lupa bahwa tugas kita sebagai orang tua bukan hanya mencari nafkah saja tapi ada beban mendidik anak terlebih mendidik anak dengan ilmu agama.

Karena sesungguhnya bila kita berharap lebih pada pendidikan formal atau sekolah yang saat ini justru sedikit sekali membekali anak-anak kita dengan ilmu agama, bayangkan saja bila anak-anak sekolah di sekolah umum maka pelajaran agama yang di berikan hanya sedikit sekali. Mungkin dalam seminggu hanya beberapa jam saja, padahal ilmu agama itu sangatlah penting.

Karena dalam ilmu agama itu banyak diajarkan tentang bagaimana cara kita menghormati orang lain, berlaku baik pada orang lain, bahkan dalam agama Islam diajarkan agar kita berlaku adil dan tidak boleh menzalimi orang lain. Rasulullah SAW bersabda :
“Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menelantarkannya” (HR. Muslim no. 2564).

Sesungguhnya pendidikan kita sudah jauh dari tujuan yaitu mendidik manusia menjadi sesuatu yang bermanfaat. Saat ini yang di kejar hanyalah kesuksesan dunia, manusia dituntut menjadi orang hebat dan sukses tanpa memikirkan orang lain sehingga untuk meraih cita-cita nya sering melukai bahkan menyakiti orang lain. 

Karena pendidikan kita saat ini adalah pendidikan sekuler yang di mana ilmu agama hanya diterapkan saat kita beribadah saja tapi dalam kehidupan sehari-sehari aturan agama dicampakkan. Bullying ini sebenarnya bukanlah kasus biasa, ini merupakan problem massif bangsa. 

Semestinya negara menyadari akan kelemahan sistem pendidikan kita, karena dari sistem ini muncullah individu-individu yang jauh dari nilai-nilai kebaikan karena yang dipikirkan hanya dunia semata. SDM yang saat ini ada masih jauh dari standar. Maka jalan keluar yang bisa kita lakukan adalah merubah sistemnya menjadi lebih baik. 

Gunakanlah sistem Islam yang sudah jelas gemilang mendidik generasi penerus. Sudah terbukti di saat Islam berjaya muncul generasi-generasi hebat seperti Ibnu Firnas penemu pesawat, Al Khwarizmi penemu Al jabar. Karena dalam sistem Islam, pendidikan bukan hanya diarahkan untuk kepentingan dunia atau kepentingan pribadi saja.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak