Bullying, Problem Akut Generasi Sekuler




Oleh : Eri
(Pemerhati Masyarakat) 


Kasus perundungan atau bullying setiap hari kian mengerikan, terutama dikalangan pelajar baik sebagai pelaku ataupun korban. Kasus kekerasan di sekolah bukan hal baru lagi di Indonesia. 'Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra mengatakan bahwa sepanjang 2011 hingga 2019 tercatat ada 37.381 pengaduan mengenai anak. Terkait dengan kasus perundungan, baik di media sosial maupun di dunia pendidikan, laporannya mencapai 2.473 laporan'. (republika.co.id 10/02/2020). 

Tindak bullying dapat berupa ejekan, penindasan bahkan kekerasan fisik yang berujung luka serius. Selain itu, banyak korban dari bullying yang mengalami depresi berat. Tidak jarang para korban memilih untuk mengakhiri hidupnya. Hal tersebut telah jamak di beberapa negara maju dunia seperti Jepang, Korea Selatan, Asia dan sekitarnya dengan jumlah yang terus meningkat. 

Pengunaan media sosial turut berperan dalam perilaku negatif para remaja. Kurangnya pengawasan orang tua dan masyarakat, serta tidak bijaknya mereka dalam penggunaan media sosial cenderung meningkatkan hasrat seseorang untuk melakukan kekerasan secara verbal maupun non verbal. Tidak luput tontonan kekerasan juga berpeluang untuk ditiru oleh anak. Sungguh, kondisi tersebut lah yang akan memberi dampak negatif dan membuat perilaku mereka menjadi beringas.

Pihak KPAI telah melakukan berbagai cara untuk menghentikan perilaku bullying ini, dimulai dengan melakukan kampaye stop bullying ke sekolah-sekolah di beberapa daerah. Melibatkan guru dan siswa dalam program displin positif untuk mencegah kekerasan dalam lingkungan sekolah. Serta bekerjasama dengan Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Infomatika) memberikan edukasi kepada para pelajar dan pengguna media sosial lainnya mengenai internet sehat. Namun disayangkan, semua program tersebut akan sia-sia belaka, melihat kondisi rusak lingkungan sosial dan pergaulan bebas remaja yang begitu marak saat ini. 

Sekulerisme, Akar Masalah

Kasus perundungan atau bullying akan terus berulang. Dengan perilaku ataupun karakter remaja yang masih mencari jati diri, sangat mudah bagi mereka untuk bertindak tanpa berpikir. Sehingga para pelaku tidak akan segan untuk melukai temannya dan menyebarkan video tersebut di dunia maya. 

Apa yang mereka lakukan semua tidak terlepas dari penerapan sistem sekuler - pemisahan agama dari kehidupan. Sistem pendidikan yang tidak sinergi dengan agama hanya akan menghasilkan akidah yang lemah, mencetak pribadi para siswa yang lebih mencintai kebebasan. Alhasil, nilai-nilai kebebasan terbawa dalam kehidupan, lingkungan sosial bahkan pergaulan. Akibatnya remaja kita tertanam nilai-nilai sekuler. Tidak adanya filter terhadap film kekerasan dan kurang mendidik menjadi contoh yang mudah ditiru oleh mereka. Masyarakat yang abai menjadi faktor lainnya dari cepatnya pergaulan bebas dan kekerasan menyerang generasi muda saat ini.

Islam Mengatasi Bullying

Tentu kita tidak bisa berdiam diri melihat kasus bullying yang semakin mengkhawatirkan. Solusi yang dicari pun haruslah benar-benar solutif dan tidak menyisakan masalah lainnya. Islam sangat memperhatikan masalah ini. Sebagai agama yang sempurna dan sangat menjunjung tingginya adab, Islam telah menjelaskan tentang bagaimana bersikap hormat terhadap orang tua dan menyanyangi yang muda. 

Selain itu, menyelesaikan permasalah ini juga dibutuhkan kerjasama berbagai elemen yang ada. Selain peran orang tua yang melahirkan serta mendidik generasi cemerlang, juga dibutuhkan peran masyarakat dan negara sebagai kontrol masyarakat. Dimulai sejak dini orang tua menanamkan sifat-sifat akhlak dan adab Islam. Tujuannya menciptakan pribadi yang berkualitas dan berkarakter mulia.

Adapun masyarakat mempunyai andil dalam mengawasi pergaulan remaja serta mencegah tindakan buruk atau kekerasan terjadi pada diri mereka. Sedangkan negara memiliki peran sebagai garda terdepan untuk melindungi generasi dari pemikiran rusak, bahkan mencegah masuknya budaya yang bertentangan dengan Islam. 

Peran penting orang tua akan maksimal dengan dukungan sistem kehidupan Ilahiah yang diterapkan negara sehingga akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Penerapan Islam secara sempurna akan melahirkan individu-individu yang bertakwa dan mencetak visi-misi negara sebagai tonggak peradaban gemilang. Wallahu a'lam bis shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak