Oleh: Kunthi Mandasari
Virus Corona tengah menjadi ancaman. Korban tewas akibat virus Corona yang mematikan yang melanda Cina daratan dan sekitarnya kembali bertambah, termasuk di Provinsi Hubei, menjadi 70 orang. Dengan begitu, total kematian akibat virus ini meningkat menjadi 564 orang total seluruh dunia dan dikonfirmasi jumlah orang yang terjangkit virus corona mendekati 28 ribu kasus di seluruh dunia (tempo.co, 06/02/2020).
Berdasarkan jumlah korban yang meningkat serta penyebarannya yang kian meluas, WHO menetapkan virus Corona sebagai darurat global. Sejumlah negara juga telah bersiaga sejak dini untuk menghadapi penyebaran virus tersebut. Adapun upaya yang dilakukan yaitu larang masuk untuk turis China, mengevakuasi warga mereka yang terjebak di Wuhan, China, serta berbagai upaya pencegahan lainnya.
Namun, di tengah kesibukan berbagai negara untuk menghalau masuknya virus Corona. Adapula negara yang justru bersikap sebaliknya, menyambut utusan yang berasal dari China. Dilansir dari Haluan.com, 26/01/2020,
Tagar #TolakSementaraTurisChina viral dikarenakan banyaknya turis yang datang ke Indonesia. Netizen juga menyayangkan sikap Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang menerima 174 turis asal Kunming, China, di Bandara Internasional Minangkabau di Padang pada Minggu (26/1). Ratusan turis tersebut disambut langsung oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan Sekda Sumbar Alwis.
Bukan hanya diberi sambutan saja, tetapi juga terlontar sebuah penyataan yang lebih mementingkan keuntungan. Hingga Kamis (23/1/2020), Kementerian Kesehatan tidak akan menutup akses atau melakukan pembatasan perjalanan dari dan ke Daratan China melalui jalur udara, laut dan darat (harianjogja.com, 23/01/2020). Padahal kemunculan virus Corona telah berlangsung sejak awal Januari. Namun, pembatasan perjalan ke negeri tirai bambu justru dikeluarkan setelah beberapa orang diduga telah terkena virus Corona. Kebijakan baru itu dibahas dalam rapat terbatas "Kesiapan Menghadapi Dampak Virus Corona" yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, Istana Bogor (tirto.co.id, 04/02/2020).
Pernyataan tersebut amat terang benderang, kemana arah keberpihakan. Bahwa keuntungan lah yang menjadi tujuan. Kapitalis yang telah menjadi nadi dalam pengambilan setiap kebijakan. Meskipun harus mengabaikan keamanan dan keselamatan jiwa yang telah menjadi amanahnya. Seharusnya penyebaran virus bisa ditekan seminimal mungkin, tetapi justru diabaikan. Demi mengejar keuntungan yang akhirnya merugikan banyak orang.
Beginilah wajah demokrasi kapitalis yang sebenarnya. Slogan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat hanya omong belaka. Fakta justru berbicara sebaliknya. Ide kebebasan dalam berbisnis telah mengabaikan segalanya.
Virus Corona akan segera terselesaikan ketika diikuti dengan langkah tepat dan cepat tanggap.
Dibutuhkan pemimpin yang amanah. Mengutamakan keselamatan rakyat di atas segalanya. Sebagaimana pernah dicontohkan para sahabat dalam menangani wabah. Kala wabah Tha'un melanda daerah Amwas, Palestina. Dan menyebar ke seluruh penjuru Palestina. Wabah ini telah menerima korban 25.000 jiwa. Ada pula yang mengatakan korbannya sebanyak 30.000 jiwa.
Ketika wabah ini memuncak dan beritanya sampai kepada Khalifah Umar bin Khatab ra, Umar segera mengirim surat kepada Abu Ubaidah yang meminta agar ia segera kembali dari daerah yang terkena wabah tersebut. Namun, Ubaidah menolak karena teringat sabda Rasulullah saw.: "Jika kalian mendengar wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi di suatu tempat dimana kalian berada, maka janganlah meninggalkan tempat itu." (HR. Bukhari).
Hingga akhirnya Ubaidah bin Al-Jarrah menjadi salah satu korban keganasan wabah Tha'un. Sabda Rasulullah tersebut merupakan langkah awal penganan wabah dengan melakukan isolasi yang mempersempit penyebaran wabah Tha'un. Ketika berbagai upaya tidak membuahkan hasil, langkah berikutnya yang dilakukan oleh Umar al-Khattab ialah menunjuk Amr bin Al-Ash. Beliau bukan seorang dokter apalagi memiliki kema
puan dalam bidang medis. Namun kecerdasan ala pendidikan Islam yang dimilikinya mampu mengurai persoalan wabah tha'un hingga namanya dikenang sepanjang masa.
Penyelesaian virus Corona tidak akan berakhir tuntas ketika masih menggunakan paradigma kapitalisme. Sebuah aturan yang lahir dari akal manusia. Dimana keuntungan masih menjadi tujuannya. Kemampuannya tidak akan mampu menandingi aturan Sang Pencipta. Aturan yang menyeluruh tentang berbagai permasalahan. Dimana dalam penerapannya telah mampu mengurai berbagai problematika. Termasuk penyelesaian wabah yang kala Rasulullah saw. masih ada belum ada wabah virus yang menggila. Namun, telah dikabarkan melalui sabdanya.Wallahu'alam bishshawab.