Banjir bandang yang terjadi di Jakarta disinyalir akibat pengalihfungsian lahan resapan air menjadi lahan bangunan. Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menyatakan demikian. Menurutnya, banyak kawasan resapan air di Jakarta telah beralih fungsi menjadi kawasan perumahan elit dan pusat-pusat bisnis. Sebut saja, kawasan Mall Taman Anggrek Slipi. Dulu daerah itu adalah kawasan hutan kota.
Ya, dalam sistem kapitalisme, perencanaan penguasa cenderung dikalahkan kepentingan pengusaha. Padahal, banjir terjadi bukan semata karena hujan. Ada proses sistemik yang mendorongnya. Sehingga, agar tidak banjir, butuh solusi sistemik pula, yaitu bagaimana mengendalikan peresapan dan pembuangan air melalui managemen negara.
Untuk urusan peresapan air, yang harus dilakukan adalah penghutanan sebanyak mungkin terhadap lahan-lahan kosong, terutama di daerah hulu. Mengingat, keberadaan pohon merupakan teknologi mekanis terbaik. Sehingga, apapun alasannya, tidak seyogianya daerah resapan air dialihfungsikan menjadi pemukiman.
Adapun terkait sistem pembuangan, air yang mengalir di permukaan harus dibuang ke laut. Kalau debitnya amat besar, sungai yang ada tak akan bisa menampung. Maka, pembuangan air bisa dilakukan entah dengan membuat setu (danau penampungan), kanalisasi, pompanisasi, atau membangun tanggul.
Terpenting, perhatikan juga tata ruang kota, jangan membuang sampah sembarangan, dan masifkan program edukasi tanggap bencana pada warga. Semoga banjir tak lagi memporak-poranda. Aamiin.
Ilmi Mumtahanah
Konawe, Sulawesi Tenggara
Tags
surat pembaca