Wabah LGBT Kian Meresahkan, Kita Butuh Solusi Tuntas



Oleh : Rengga Lutfiyanti

Belum usai berita mengejutkan tentang kasus Reynhard Sinaga, yang disebut-sebut sebagai kasus pemerkosaan terbesar di Inggris, publik kembali dikejutkan dengan berita pencabulan terhadap 11 anak dibawah umur di Kota Tulungagung. Jawa Timur khususnya Kota Tulungagung, kembali menjadi sorotan publik. Bukan sorotan karena sebuah prestasi, melainkan menjadi sorotan karena sebuah kasus pencabulan kepada 11 anak dibawah umur oleh Ketua Ikatan Gay Tulugagung.

Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) menetapkan Mochammad Hasan alias Mami Hasan (41) sebagai tersangka kasus pencabulan. Pria yang diketahui merupakan Ketua Ikatan Gay Tulungagung (IGATA) tersebut telah mengakui melakukan tindak cabul pada 11 korbannya. "Modusnya, saat ada anak-anak yang datang ke kedai kopi, biasanya pelaku membujuk dengan iming-iming sejumlah uang," ujar Prita pada awak media. Uang iming-iming pada tiap korban bervariasi, mulai dari Rp 150 ribu sampai Rp 250 ribu. Tawaran uang itu untuk menarik minat korban agar mau melakukan persetubuhan sesama jenis dengan Hasan (JatimTimes.com, 21/01/2020).

Hal tersebut cukup membuat resah masyarakat terutama para orang tua. Karena wabah LGBT ini tidak hanya menyasar orang dewasa saja, tetapi wabah ini juga sudah mulai menyasar kalangan pelajar. Ini semakin membuktikan bahwa sistem yang diterapkan saat ini tidak mampu mencegah dan mengatasi wabah LGBT ini secara tuntas. Bahkan semakin hari jumlah kasus LGBT ini semakin meningkat. Sistem kapitalisme yang dianut oleh masyarakat saat ini, dimana pokok pemikiran dari sistem ini adalah kekayaan (uang). Sehingga mereka rela melakukan apapun untuk mendapatkan uang. Terutama para pelajar yang mana mereka belum mampu untuk bekerja, sehingga mereka mengambil jalan pintas untuk mendapatkannya. Maka dengan diiming-iming sejumlah uang mereka rela menyerahkan diri mereka sebagai alat pemuas nafsu.

Kurangnya pemahaman tentang ilmu agama juga bisa menjadi pemicu semakin suburnya wabah LGBT. Masyarakat saat ini samakin jauh dari agama dan mereka terlenakan oleh hingar bingar dunia. Ini karena diterapkannya sistem sekulerisme, sebuah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Padahal agama merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Sebab agama berperan sebagai kontrol dan standar dalam berbuat. Jika agama dijauhkan dari kehidupan, maka tidak ada lagi kontrol serta standar yang bisa dijadikan pijakan dalam manusia berbuat.

Wabah LGBT merupakan sesuatu yang serius, sehingga hal ini tidak boleh dianggap remeh. LGBT ini adalah sebuah kejahatan dan kemungkaran yang besar. Karena LGBT ini telah bertentangan dengan fitrah manusia. Dan di dalam Al quran dikatakan bahwa perilaku LGBT ini adalah sebuah perilaku yang melampaui batas. Allah Swt berfirman, " Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas", (QS. Asy Syu'araa', Ayat 165 dan
166).Sehingga LGBT ini harus dihentikan. Dan hanya Islamlah yang mampu mengatasi wabah LGBT secara tuntas.

Karena dalam syariat Islam mengharuskan sebuah negara untuk senantiasa menanamkan akidah Islam dan membangun ketakwaan dalam diri rakyat. Sehingga rakyat akan memiliki kendali internal yang dapat mencegah dari tindak kriminalisasi termasuk LGBT. Rakyat akan mampu menyaring informasi dan budaya yang merusak. Dalam sistem Islam, umat akan dibangun ketakwaannya, diawasi perilakunya oleh masyarakat agar tetap terjaga, dan dijatuhi sanksi bagi mereka yang melanggarnya sesuai dengan sayriat Islam. Dan hukuman bagi para pelaku LBGT ini adalah hukuman mati. Ini berdasarkan sebuah hadist dari Ibnu Abbas r.a., sesungguhnya Nabi Saw bersabda, “ Barang siapa yang kamu dapati melakukan perbuatan Kaum Luth, maka bunuhlah pelaku dan teman pelakunya” (HR Ahmad dan Sunan yang empat selain al-Nisa’i dan oleh al-Hakim dan al-Baihaqi). Sehingga dengan adanya hukuman seperti itu akan menimbulkan efek jera bagi para pelakunya. Dan masalah LGBT ini akan terselesaikan secara tuntas.

Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak