Oleh: Tri Nuryani
Mesut Ozil membuat Cina geram. Ozil menulis di akun twitternya mengenai muslim Uighur di Xinjiang, Cina. Mesut Ozil melontarkan kritik pada pemerintahan Cina yang dianggap bersikap tak adil pada minoritas Uighur.
Selain itu, pesepak bola Jerman keturunan Turki ini juga mempertanyakan sikap umat muslim yang hanya diam mengetahui ketidakadilan tersebut. Inilah cuitan Ozil dalam postingan Twitter-nya dalam bahasa Turki yang telah diterjemahkan:
"Wahai Turkistan Timur...
Luka berdarah umat ini...
Al Quran dibakar...
Madrasah dilarang...
Alim ulama satu persatu dibunuh...
Para lelaki Cina ditempatkan di rumah-rumah mereka...
Bahkan wanitanya banyak dipaksa menikah dengan lelaki Cina..
Namun, meskipun begitu tetap saja umat Nabi Muhammmad SAW bungkam diam membisu..
Tak satu pun angkat bicara, tak tahukah mereka bahwa diam mereka terhadap suatu kezaliman adalah sebuah kejahatan (kezaliman)". (CNBC, 16/12/2019)
Tidak hanya itu para muslimah disterilisasi sehingga tak bisa lagi memiliki keturunan. Sampai-sampai, mereka minta ijin untuk bunuh diri, karena Cina bisa melakukan apa saja kepada mereka.
Problem penyiksaan, pembantaian, pelecehan etnis Uighur oleh negara teroris Komunis Cina adalah karena agama (Islam). Yakni, karena etnis Uighur adalah muslim. Juga dikarenakan kekayaan alam, terutama minyak di Provinsi Xinjiang.
Muslim Uighur adalah saudara kita. Yang dibutuhkan mereka adalah pembelaan kita. Seharusnya, sesama muslim bagaikan satu tubuh. Satu disakiti yang lain ikut merasakan. Namun para penguasa negeri Islam ini seakan tidak satu tubuh. Mereka tersekat Nasionalisme. Semenjak runtuhnya khilafah Ustmani, dunia islam terpecah belah menjadi beberapa negara.
Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing dan menganggap urusan wilayah lain bukanlah urusannya. Lebih parahnya lagi, ormas islam yang mengerti dan faham akan arti persaudaraan dalam islam justru membela Cina. Seperti yang dikatakan Wasekjen PBNU yang menyamakan muslim Uighur dengan separatisme di Papua (GELORA.CO, 17/12/ 2019).
Katanya, hal inilah yang membut pemerintah Cina memberikan perhatian khusus terhadap muslim Uighur. Ia juga mengklaim bahwa saat melakukan kunjungan ke Cina, ia dan rombongan tidak melihat adanya kamp konsentrasi. Yang ia lihat adalah pelatihan fokasional (GELORA.CO,17/12/2019).
14 Negara Barat yang bukan muslim memprotes atas kekejaman pada jutaan muslim Uighur. Seharusnya penguasa-pengusa di seluruh negeri muslim ini faham betul apa yang sebenarnya terjadi. Tapi mereka sengaja menutup mata dan telinga karena mereka sudah dibungkam oleh Cina lewat hutang piutang dan investasinya, termasuk Indonesia. Seharusnya muslim di Uyghur ini mendapatkan haknya untuk hidup tenang, nyaman, damai. Namun itu sangatlah sulit.
Mereka yang benar-benar menganggungkan perdamaian dan HAM mana suaranya? kira-kira itulah yang saudara kita di Uighur rasakan. Tidak ada HAM untuk kaum muslim (orang islam).
Masalah Uighur, Khasmir, Palestina dan yang lain terjadi karena umat islam kehilangan perisai atau pelindungnya, yaitu Khilafah. Tanpa Khilafah, problem akan berulang dan terus berulang. Akibatnya, umat islam seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
Maka menegakan Khilafah sebagai institusi yang akan melindungi umat Islam menjadi prioritas dan menjadi sebuah kewajiban. Karena seorang Khalifah yang akan memelihara urusan-urusan dengan berhukum langsung dengah aturan yang datang dari Al Khaliq dan Al Mudabbir Allah SWT. Yaitu Alquran dan As-Sunnah. Wallahu a'lam bishowab.
Tags
Opini