Oleh : Elis Sulistiyani
(Komunitas muslimah Perindu Surga)
Negeri Matahari terbit, Jepang, dilaporkan memimipin resesi seks yang kini tengah melanda negara maju. Kata resesi mungkin lebih sering kita dengar dalam istilah ekonomi, yang jika disandingkan kata resesi ekonomi dapat diartikan kemerosotan ekonomi. Namun kini negara maju juga sedang dikhawatirkan dengan fenomena resesi seks, yakni kemerosotan seksual atau dengan kata lain ini adalah fenomena keengganan menikah dan memproduksi keturunan. Negara-negara tersebut adalah Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan dan Swedia. (cnbcindonesia, 31/12/2019 )
Salah satu penyebab terjainya resesi seks di Jepang adalah dengan mulai populernya penggunaan robot dan asisten digital untuk keperluan pribadi. Baik berupa robot seks, karakter hologram, sampai asisten rumah tangga digital. (cnbcindonesia, 31/12/2019 ). Selain itu orientasi hidup yang hanya untuk mendapatkan materi juga membuat kaum muda disana enggan untuk menjalin hubungan dan lebih menyukai bekerja dengan jam kerja yang tinggi.
Menururut analisis ekonomi dan politik Jake Novak dalam penelitiannya, penurunan gairah seks menandakan menurunnya pernikahan, mengindikasikan bahwa kaum milenial juga akan menunda aspek-aspek kedewasaan lainnya seperti membeli rumah atau mobil, yang mana akan menyumbang perlambatan ekonomi. Kekhawatiran para ahli terkait dampak buruk resesi seks ini memang cukup beralasan, bagi mereka para kapital mereka akan merugi karena omset penjualan mereka terhadap properti dan kebutuhan keluarga lainnya akan merosot. Lebih dari itu akan terjadi depopulasi di negara maju tersebut.
Bak senjata makan tuan Amerika sebagai pengusung Liberalismei juga tengah merasakan dampaknya. Dengan salah satu slogannya dalam kebebasan berprilaku, membuat setiap orang bebas untuk memilih mau menikah atau tidak. Jake Novak menyebutkan bahwa sejumlah penelitian baru-baru ini mengungkapkan turunnya gairah seksual dan perkawinan di AS disebabkan karena adanya teknologi dan peluang baru yang diberikan oleh teknologi yang memicu orang dewasa muda lebih senang menyendiri ketimbang berhubungan dengan manusia lainnya secara langsung. (cnbcindonesia, 04/111/2019 )
Dengan merebaknya peristiwa ini kita dapat melihat bahwa ini tidaklah memanusiawikan manusia. Karena alamiahnya menikah merupakan manifestasi dari potensi dalam diri manusia berupa naluri untuk melanjutkan Namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini resesi seks kian menjadi momok yang menakutkan.
Hal ini jauh berbeda ketika Islam hadir dengan seperangkat aturan yang memecahkan permasalahan manusia. Islam sendiri memandang hubungan antara laki-laki dan perempuan bukan hanya untuk pemusan nafsu semata. Lebih dari itu disanalah letak pahala yang luar biasa yang akan terus disemai hingga akhirnya dituai diakhirat kelak. Lebih dari itu menikah juga sebagai cara untuk memperbanyak keturunan. Karena Rasulullah pun bangga ketika umatnya banyak, “Menikahlah kamu, berketurunanlah, dan perbanyak keturunan, karena sesungguhnya aku akan bangga dengan jumlah kamu di antara umat yang lain (H.R. Abu Daud dan Nasa’i)
Hadits diatas dengan tegas memberi penjelasan kepada kita, agar kita memperbanyak keturunan. Karena memang pertumbuhan penduduk bumi sudah menjadi keniscayaan, dan tidak dapat dihindari. Memperbanyak keturunan juga sejalan dengan maqashid syariah (maksud syariah), yaitu hifzun nasl (menjaga keturunan). Bahwa keluarga yang menjadi basis sosial paling mendasar dalam siklus kehidupan, memiliki peran penting untuk memperluas syiar Islam. Keluarga pun harus menjadi tempat syiar pertama dan utama.
Islam sendiri tidak membenarkan penundaan menikah jika tidak ada udzur. Segala upaya dilakukan dalam daulah Islam ketika ada seorang pemuda yang sudah mampu menikah namun belum menikah. Salah satu contohnya dapat kita lihat pada masa kekhilafahan Ustmaniyah terdapat undang-undang khusus yang memaksa pemuda usia 25 tahun yang belum menikah untuk menikah. Bahkan ketika ada seorang pemuda yang mau menikah namun tak memiiki apapun maka negra akan turun tangan membantunya dengan memberikan kepadanya tanah pemerintah seluas 150 sampai 300 hektar (satu hektar setara 920 meter) yang paling dekat dengannya. Pemberian ini dimulai sejak pernikahannya.
Sungguh indah Islam kala membingkai suatu mahligai pernikahan. Memandangnya sebagai satu ikatan suci demi mencapai riho Illahi. Negarapun dipandang sebagai institusi penting yang harus ikut membantu segala kesulitan seputar permasalahan pernikahan. Karena menikah juga bagian dari ibadah yang sudah sepatutnya negara menjaga umatnya untuk beribadah sebagaimana syariat menuntunnya. Maka ketika rindu dengan suasana yang begitu syahdu ini, sudah saatnya kini kita rinu dengan kembalinya Daulah Khilafah yang kelak akan menerapkan Islam secara kaffah, dan mengembalikan kegemilangan yang pernah terukir i masa lampau.