Oleh : Ani Ummu Khalisa
Barat tak pernah lelah melancarkan serangan ke tubuh kaum muslimin, untuk memporak porandakan ajaran Islam. Melalui tangan - tangan orang Islam(agen) yang mengagumi Barat. Berbagai penafsiran terhadap alqur’an yang mulia pun dilakukan. Tujuannya tiada lain adalah untuk menyenangkan tuannya dan anehnya banyak dari orang Islam tidak sadar mereka diperalat kafir Barat. Bahkan mereka bangga jika sudah mempromosikan ide-ide Barat semisal liberalisme, demokrasi dan Islam moderat.
Dilansir dari media online Republika.co.id, Muktamar Tafsir Nasional 2020 sepakat untuk mempromosikan Islam Moderat yang di selenggarakan program sudi ilmu Al-Quran dan Tafsir Universitas Nurul Jaded (UNUJA) Probolinggo, menghasilkan beberapa rekomendasi. Diantaranya, ratusan pesantren muktamar tersebut sepakat untuk mempromosikan moderasi Islam atau Islam Moderat. Bahkan guru besar Ilmu Alqur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, prof. Abdul Musakim mengatakan, penafsiran terhadap Al-Qur’an dan hadis yang mengedepankan moderasi sangat penting dilakukan. Dia menilai tafsir Al-Qur’an yang moderat dapat mencegah menyebarnnya ajaran radikalisme di Indonesia (Republika.co.id minggu, 13/01/2020).
Sistem demokrasi sekuler melahirkan manusia - manusia yang bermental munafik. Antara hati dan lisan jauh panggang dari api. Mengaku beriman tetapi kenyataannya justru syariat Islam terus dicampuraduk sekehendak hawa nafsu. Pada akhirnya akan merusak generasi yang akan datang. mengapa? Karena kelak jika hukum - hukum Islam diambil sekehendak hati dan mengikuti pola-pola yang dirancang Barat tentu yang dihasilkan penafsiran yang menyimpang.
Berdiam diri terhadap kondisi ini, sama saja dengan menunggu kehancuran generasi. Saat ini mereka agen Barat yang notabene orang Islam dan berbalut kaum intelektual lebih rida mengajarkan ajaran Islam moderat yang dimasukkan didalam kurikulum pendidikan.
Barat menyadari bahwa dengan memasukkan ide mereka kepada sistem pendidikan akan mudah melenyapkan khazanah, tsaqofah terutama pemahaman tentang Islam kaffah. Padahal seharusnya kaum intelektual bersinergi untuk mencari solusi atas kecarut-marutan negeri ini, yang kian terpuruk dan diambang kehancuran. Bukan malah mengikuti kehendak para penguasa yang agen Barat yang terus mencengkeramkan kuku tajamnya untuk mengoyak-ngoyak bangunan agama Islam ini.
Arus moderasi ini terus digencarkan karena mereka mengkhawatirkan lahirnya Islam radikal yang mengkampanyekan Islam kaffah. Mereka menyadari jika masyarakat sadar terhadap Islam kaffah tentu akan menghalangi kepentingan dan ambisi untuk meraup harta dan kekuasaan.
Tafsir moderasi akan terus digencarkan hingga tujuan mereka berhasil. Sebenarnya ini adalah cara lama yang dimunculkan lagi mengingat saat ini kesadaran masyarakat terhadap Islam kaffah dalam hal ini wacana khilafah kian mendunia.
Tidak heran berbagai upaya terus digencarkan untuk membungkam ide tersebut.
Ambisi kekuasaan dan harta benda telah menyeret hampir seluruh pemangku kekuasaan dan para corong Barat. Tak ayal moderasi terhadap Islam menjadi jalan keluar untuk menghantam Islam kaffah dan radikal. Seolah Islam yang moderat itu baik sementara yang radikal itu buruk.
Bagaimana kita menyikapi tafsir Moderasi
Menghadapi gencarnya arus moderasi tentu tidaklah diam maka hal yang dilakukan adalah melakukan kajian - kajian yang lebih intensif terhadap para ulama yang hanif. Ulama yang hanif dan lurus adalah ulama yang dibenci penguasa karena mereka setiap yang keluar dari lisan mereka adalah kebenaran, tanpa menyembunyikan kebenaran ajaran Islam.
Dengan terus mengkaji Islam kaffah akan terhindar dari pengkaburan ajaran Islam. Berpegang teguh terhadap Al- Qur’an dan as-Sunah akan menyelamatkan dari kesesatan.
"Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian terimalah. Apa yang dilarangnya atas kalian tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. " (QS. al-Hasyr (59):7)
Tentu bagi seorang muslim yang taat tidak akan memilih-milih hukum syariat sesuai kepentingan, semua diterima dengan keimanan secara penuh. Tak takut dibilang radikal ataupun Islam fundamentalis versi Barat. Karena sesungguhnya Islam itu satu tidak ada pengkotak-kotak dengan tafsir yang sekehendak hawa nafsu.
Berbagai penyesatan wajib kita hadapi. Hal ini tercantum dalam AlQur’an sebagai berikut :
"Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah mengerjakan amal shalih dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. "( TQS. Fushilat [41] 33 )
Kaum yang cinta Allah dan Rasulnya tak boleh diam, mereka wajib bicara, Al-Hafizh Abdurrahman al-Awza’I ( w. 157 H ) mengingatkan:
Tidaklah setiap muslim itu kecuali ia harus berdiri didepan celah dari celah-celah pertahanan islam. Siapa saja yang mampu agar Islam tidak di hancurkan dari celah didepannya, maka lakukanlah!
Wallahu a’lam bi ash-shawab.